RIMA: Kimi no Na wa
Resensi Bersama (RIMA): Kimi no Na wa (Your Name) karya Makoto Shinkai
Dalam agenda SPORA Sahabat Perpustakaan yang diadakan pada tanggal 27 Mei 2023, Diva Ananda Dewi Fortuna dari Divisi KPL (Kajian Pengembangan Literasi) berkesempatan untuk menjadi moderator dalam sesi RIMA (Resensi Bersama) yang merupakan bagian dari proker RUAS (Ruang Ulas) yang membahas mengenai film Kimi no Na wa karya Makoto Shinkai.
Film fenomenal yang satu ini memiliki bentuk lain berupa light novel yang dipublikasikan oleh Kadokawa Corporation. Publikasi novel ini dilakukan pada 1 bulan sebelum penayangan perdana filmnya. Jadi, pada bulan Juni 2016 itu publikasi novelnya dan Juli 2016 itu premiere filmnya di Anime Expo dan di bioskop Jepang pada Agustus 2016. Film ini diproduksi oleh Studio Toho. Dan memiliki sountrack epik yang dibawakan oleh band Radwimps. Nah, ada juga versi manga nya yang dipublikasikan 1 bulan setelah premiere filmnya, yaitu pada Agustus 2016.
SINOPSIS
Sebuah komet muncul dan secara misterius memengaruhi dan menghubungkan kehidupan dua remaja seusia, seorang anak laki-laki di kota besar yang ramai, Tokyo, dan seorang gadis di desa pedesaan tempat kehidupan berjalan lambat namun indah. Mereka bertemu dengan alasan yang tidak diketahui, mereka terbangun dalam tubuh satu sama lain selama berminggu-minggu. Pada awalnya, keduanya mengira pengalaman ini hanya mimpi yang jelas, tetapi saat mereka menyadari kenyataan situasi mereka, mereka belajar untuk beradaptasi dan bahkan menikmatinya. Segera mereka mulai berkomunikasi dan mencoba meninggalkan catatan tentang siapa mereka dan apa yang mereka lakukan. Namun, saat mereka mengetahui lebih banyak tentang satu sama lain dan kehidupan masing-masing, mereka menemukan beberapa petunjuk yang mengganggu bahwa jarak mereka lebih dari sekadar fisik dan tragedi menghantuinya.
Cerita ini berpusat pada kehidupan dua remaja, Mitsuha dan Taki, yang secara misterius bertukar tubuh. Mitsuha Miyamizu, seorang gadis SMA yang tinggal di sebuah desa terpencil di pegunungan. dan Taki Tachibana, seorang anak laki-laki SMA yang tinggal di pusat kota Tokyo, secara misterius mulai bertukar tubuh secara acak. Mitsuha terbangun dalam tubuh Taki, dan sebaliknya, Taki terbangun dalam tubuh Mitsuha. Awalnya, mereka menganggap pertukaran ini sebagai mimpi aneh. tetapi seiring berjalannya waktu, mereka segera menyadari bahwa ini adalah kenyataan. Keduanya berusaha untuk menjalani kehidupan satu sama lain, mengatasi perbedaan lingkungan dan kepribadian mereka. Mereka meninggalkan catatan dan pesan untuk berkomunikasi dan memahami satu sama lain. Selama proses ini, Mitsuha dan Taki mulai mengembangkan perasaan yang mendalam satu sama lain, meskipun mereka belum pernah bertemu secara langsung. Namun, ketika mereka mencoba untuk bertemu dalam kehidupan nyata, pertukaran tubuh secara tiba-tiba berhenti. Mitsuha dan Taki merasa kehilangan dan tidak dapat melupakan pengalaman mereka. Taki berusaha mencari tahu tentang Mitsuha, tetapi menemui kesulitan dalam menemukannya. Melalui sebuah pesan dari masa lalu. Taki mengetahui bahwa desa Mitsuha terkena bencana dan tidak ada yang selamat dari bencana itu. Dengan tekad yang kuat, Taki memutuskan untuk melakukan perjalanan ke desa Mitsuha untuk menyelamatkan Mitsuha dan penduduk desa. Di tengah perjalanan. Taki menyadari bahwa mereka terhubung oleh waktu dan takdir yang kuat. Akhirnya, Taki dan Mitsuha bertemu dalam sebuah upacara tradisional dan merasakan koneksi yang mendalam satu sama lain, meskipun mereka tidak memiliki kenangan yang jelas tentang pertukaran tubuh mereka. Meskipun waktu dan ruang memisahkan mereka, Mitsuha dan Taki berjanji untuk mencari satu sama lain dan menjaga janji mereka.
"Kimi no Na wa" adalah sebuah cerita yang memadukan unsur fantasi, romansa, dan perjalanan waktu. Cerita ini menggambarkan ikatan yang tak terelakkan antara dua jiwa yang terpisah oleh waktu dan ruang, serta upaya mereka untuk menemukan dan bersatu kembali. Cerita ini mengangkat tema takdir, cinta, dan kekuatan hubungan antarmanusia. Saat alur cerita terungkap, cerita ini menjelajahi arti kenangan, dampak waktu, dan ketangguhan hati. Melalui perjalanan luar biasa mereka, Mitsuha dan Taki berusaha untuk saling menemukan melintasi waktu dan ruang, menantang segala rintangan untuk memenuhi takdir yang saling terikat.
KARAKTER
TACHIBANA TAKI/TAKI TACHIBANA
Tachibana Taki adalah tokoh laki-laki utama dalam Kimi no Na wa. Dia adalah seorang siswa SMA berusia 17 tahun yang menjalani gaya hidup sibuk dengan bekerja paruh waktu di restoran Italia, menghabiskan waktu bersenang-senang dengan teman-temannya, dan bermimpi memiliki masa depan di bidang arsitektur. Gaya hidupnya berubah ketika dia mulai bertukar tubuh dengan seorang siswi SMA bernama Mitsuha Miyamizu dalam mimpinya, yang berharap bisa hidup sebagai seorang cowok tampan di Tokyo. Tachibana Taki, tokoh utama pria dalam Kimi no Na wa., awalnya digambarkan sebagai seorang siswa SMA biasa dengan sikap santai dan agak acuh tak acuh. Namun, seiring berjalannya cerita, dia mengalami perkembangan karakter yang signifikan. Keberanian, tanggung jawab, sifat peduli, keingintahuan, keterampilan pemecahan masalah, dan kemampuan romantis Taki membentuk kepribadian yang kompleks. Melalui pengalaman dan fenomena pertukaran tubuh dengan Mitsuha, Taki belajar tentang empati, mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang orang lain, dan menjadi lebih matang sebagai individu. Perjalanan hidupnya menggambarkan kekuatan transformasi cinta dan penemuan diri, yang pada akhirnya membuat Taki menjadi karakter yang bisa dihubungkan dan diingat dalam film tersebut.
MIYAMUZU MITSUHA/MITSUHA MIYAMUZU
ULASAN-ULASAN DARI PARA NARASUMBER
"Ini adalah anime kedua yang saya tonton yang berhasil
membuat saya move on dari Naruto. Scene yang ditampilkan bena-benar estetik, sering
dicari-cari orang di Pinterest. Filmnya tidak santai seperti yang tampak pada
poster atau gambar potongan scene yang beredar di banyak sosial media. Dalam poster maupun gambar-gambar itu,
orang-orang pasti hanya mengira film ini merupakan kisah tentang dua remaja atau
anak sekolah pada umumnya.
Akan tetapi poin yang saya dapat di sini adalah tentang
pencarian jati diri. Dimana Mitsuha merasakan burn out karena keteraturan yang dalam
hidupnya di pedesaan membosankan. Inilah yang membuatnya merasakan euphoria
saat pertama kali bertukar tubuh dengan anak laki-laki dari Tokyo (Taki) karena
merasa bahwa doanya selama ini terkabulkan. Lalu setelah berselang beberapa
konsekuensi dari pertukaran tubuh tadi, sifat impulsif Taki dan beberapa sisi
gelap kehidupannya , Mitsuha mulai memahami bahwa ekspektasinya selama ini
tidaklah benar. Akan tetapi setelah menonton sampai akhir, saya merasa bahwa fokus
penokohan hanya di Mitsuha.
Unsur fantasi dalam film ini terasa ketika Mitsuha dan Taki berjuang penuh untuk meyakinkan rakyat desa terkait adanya fenomena alam berupa jatuhnya meteor yang dianggap mitos oleh warga desa setempat. Perputaran waktu yang cukup pada alur film menyenangkan dan membuat alur film ini tidak bisa ditebak. Ide Déjà vu di sini disajikan berbeda dari cerita-cerita lain pada umunya dengan adanya unsur time eror. Filmografi sangat bagus, grafiknya tidak kaku, perpaduan warnanya epik," ujar Cinthya Risti Ambasari Weningtyas (Ketua Divisi KPL).
"Visualisasi dari film ini membuat kita bisa membayangkan, bahkan seperti melihat lukisan yang menakjubkan. Tidak peduli kalian adalah pecinta anime atau tidak, film ini akan membuat para penonton menjadi penasaran dan tertarik walau hanya melihat dari trailernya saja. Grafiknya sangat detail dan pewarnaan (colouring) pada film ini sangat baik. Bahkan menurut saya, untuk bisa menyamakan colouring dari poster film ini saja, kita tidak bisa hanya menggunakan krayon. Akan tetapi kita perlu minimal menggunakan cat air untuk benar-benar bisa menyamai detailnya," kata Abdullah Al Halimir Rosyid atau Lim (Anggota Divisi HRD).
"Saat film ini pertama dirilis, belum ada Netflix atau platform menonton film yang seterkenal yang kita ketahui saat ini. Saya mendapatkan rekomendasi untuk menoton film ini dari teman saya dimana dia sendiri mengatakan bahwa genre film ini adalah romance. Namun setelah ditonton, justru porsi romance-nya di sini hanya sedikit. Lebih banyak ke hal-hal yang supernatural, fantasi, dan sejenisnya. Feel dari film ini memang ‘nyampe’, tapi karena saya sendiri merupakan ‘anak sastra’ dimana saya lebih memahami hal-hal yang ada di realita, saya jadi kurang memahami maksud dari film ini seperti apa. Baru setelah menonton sebanyak tiga kali, saya memahami maksud dari film ini. Warnanya estetik dan gambarnya detail. Alur maju-mundurnya epic karena menyatukan berbagai genre walau terasa agak membingungkan. Kisahnya soft dan bagus. Karya-karya Makoto Shinkai memang selalu dikemas dengan baik, 5 tahun sekali memang layak untuk dinanti-nanti. Untuk menonton film ini, kalian tidak perlu menjadi ‘wibu’. Saya memberi rating 8.5/10 untuk film ini," terang Aisyah Rayya Amani atau Airaa (Sekretaris Divisi Humas).
ULASAN-ULASAN DARI PARA PESERTA
"Porsi Taki dikit sekali dibandingkan Mitsuha. Penjabaran kehidupan Taki hanya sebatas di masa sekolah, dia bekerja sampingan, dan kemudian menjadi dewasa. Menurut saya benar, warga desa sulit percaya dengan Mitsuha (dengan jiwa Taki) terkait fenomena meteor. Itu karena kondisi Mitsuha yang masih kecil. Sudah menjadi fakta bahwa masyarakat hanya akan memandang perkataan dari anak seusianya sebagai bualan belaka. Ini juga anime yang saya tonton setelah Naruto dan Doraemon, jadi menurut saya alur dari cerita membingungkan. Namun saya tetap bisa mendapatkan feel dari film ini, saya tetap merasa sedih meski agak bingung," ucap Berninda Cindy Anjar Sari (Anggota Kelompok Bulan).
"Menurut saya penulis dan pembuat film ini memang menghasilkan karya-karya yang keren. Porsi penokohan pas dan bagus. Mitsuha bukan cewek yang muluk-muluk. Dia memiliki dua sisi, penurut pada budaya tetapi juga ingin mandiri. Taki merepresentasikan cowok di kota yang lebih modern. Filmografi tidak diragukan lagi. Untuk rating, saya memberi 9/10 untuk film ini. Ini karena, ceritanya di luar prediksi, out of the box, dan benar-benar di luar prediksi penonton," sahut Aan Cahya Kurnia Wahyudi (Anggota Kelompok Bulan).
"Alur ceritanya bagus akan tetapi sangat disayangkan bahwa tidak happy ending (ternyata saya belum menonton sampai akhir). Saya belum pernah menonton anime sebelum ini, saya lebih menyukai drakor, tetapi menurut saya film ini bagus. Untuk rating, saya memberikan 9/10 untuk film ini," sahut Rachma Saidah Nur Fadila SY (Anggota Kelompok Bulan).
Beragam tanggapan tersebut membawa kita pada kesimpulan bahwa film ini yang sangat bagus. Ceritanya ditulis dengan baik, menyentuh secara emosional, animasinya benar-benar memukau, dan musiknya indah. Karakternya juga sangat menyenangkan dan mudah di-root. Selain menjadi pengalaman naratif yang luar biasa, film ini juga memiliki banyak tema positif yang dapat diambil orang darinya dan diterapkan dalam kehidupan mereka sendiri. Film ini mengeksplorasi tema cinta, identitas, penemuan diri, kekuatan hubungan manusia, dan pentingnya menghargai momen saat ini. Kimi no Nawa atau Your Name adalah tontonan wajib bagi siapa saja. Ini adalah film yang benar-benar menyentuh banyak orang dan meninggalkan kesan abadi pada banyak orang, dan ini film yang harus dialami setiap orang setidaknya sekali seumur hidup.
Komentar
Posting Komentar