SEKAR Edisi Bulan April 2023 | Fenomena di Negeri Wakanda oleh Emha Taufiq
Fenomena
di Negeri Wakanda
Sebuah
cerbung oleh Emha Taufiq
Pada suatu hari di sebuah fakultas terpencil pada
salah satu perguruan tinggi kota tembakau, ada suatu peristiwa menarik yang
menurut saya lucu. Ibarat suatu bangunan adat kokoh yang dibangun bersama-sama
dan sudah bertahan sejak lama, tiba-tiba diruntuhkan begitu saja oleh kepala
sukunya cuma gara-gara anak bungsunya merengek tidak suka. Lucunya, bangunan
tersebut dirobohkan beralasan karena sudah ketinggalan zaman. Padahal, bangunan
tersebut telah melahirkan banyak cendekiawan maupun pendekar yang disegani
seantero negeri.
Masih pantaskah beliau disebut kepala suku? Padahal
beliau telah menghancurkan budayanya sendiri demi kepentingan pribadi. Para
cendekiawan dan pendekar yang berjuang mati-matian mempertahankan budayanya
sangat kecewa dengan keputusan beliau. Parahnya lagi, beliau juga
memutarbalikkan fakta mengenai budaya yang dijalankan para cendekiawan dan
pendekar. Tapi mereka tak bisa berbuat banyak dengan keputusan tolol kepala
sukunya.
Memang, suku tersebut terkenal dengan kekeluargaan,
keberanian, dan solidaritasnya. Itulah yang membuat suku-suku lain ketar-ketir
ketika berhadapan dengan suku tersebut dalam medan perang. Mungkin para
pemimpin suku bangga akan hal itu, tapi enggan untuk mengapresiasinya. Ada
fakta yang cukup mencengangkan, daerah suku tersebut tak seluas dan tak seindah
daerah suku lain. Apalagi sarana dan fasilitas umum yang miris sekali
keadaannya, sangat jauh dibandingkan daerah suku lain yang penuh dengan ke-aesthetic-an.
Maklumlah, mungkin karena para pemimpin sukunya minim perhatian dan hanya
mengedepankan ego pribadinya.
Para penduduknya sudah sangat sabar menghadapi
tingkah laku para pemimpin suku tersebut, yang terkesan mempersulit usaha
penduduknya. Tapi sejak kecil, para penduduknya sudah terdidik menjadi pribadi
mandiri, sopan santun dan menghormati pemimpinnya. Itulah yang membuat mereka
tetap menghormati pemimpin sukunya walaupun rada amburadul dalam melaksanakan
roda pemerintahan. Inilah keistimewaan sekaligus keanehan, suku yang mempunyai
pasukan dan armada terkuat seantero negeri masih sabar menghadapi keabsurdan
pemimpinnya. Melihat di daerah lain yang pemimpinnya seperti itu, sudah pasti
dihakimi anarkis oleh penduduknya.
bersambung…
Komentar
Posting Komentar