SEKAR Edisi Maret 2023: Mencuri Karena Iri | Imelda Ratih Praditya
Mencuri Karena Iri
Cerpen Oleh Imelda Ratih Praditya
Suatu pagi,
di dekat pohon mangga yang amat rindang ada 3 bocah sekawan. Mereka adalah
Joni, Krisna, dan Lana. Tak sengaja lewat di depan pekarangan rumah Bu Mira, mereka tergoda oleh buah mangga yang bergelantung. Tiga bocah
tersebut berinisiatif akhirnya untuk memetik mangga itu.
Tidak lupa mereka bertiga izin kepada pemilik mangga yaitu, Bu
Mira. Bu Mira tinggal di rumah hanya dengan putranya, Hafidz, yang
umurnya tak jauh dengan mereka bertiga.
Saat mereka
tengah asyik memetik mangga, tiba-tiba Hafidz muncul
di teras rumah dengan membawa satu kardus mainan. Joni yang melihat pun merasa
ingin ikut bermain dengan Hafidz. Tapi Hafidz
adalah anak yang judes sehingga Joni enggan menghamipirinya.
Hal yang tak diduga-duga, Hafidz memanggil mereka bertiga
untuk ikut bermain. Padahal selama mereka bertetangga, Hafidz
tidak pernah menyapa mereka karena memang sifatnya yang agak judes. Sontak
mereka bertiga kaget.
"Itu
tadi yang manggil Hafidz ya?" tanya Joni pada kedua temannya.
"Iya Jon,
tumben banget ya,"
sahut Lana sama herannya.
"Padahal
biasanya suka diem, judes lagi. Makanya enggak punya temen," imbuh Joni.
"Sudah-sudah
jangan gitu, lebih baik kita ke sana saja. Bilang
terima kasih juga karena sudah diizinkan untuk memetik mangga," ajak Krisna, mencoba membuat kedua
temannya untuk berpikiran positif.
"Kamu
aja ya yang ngomong.
Males aku," tolak Joni.
"Biar
aku aja yang ngomong,"
Lana mengajukan diri. Mereka bertiga berjalan menuju teras.
"Hai, Hafidz. Makasih
ya mangganya,"
ujar Lana sembari mengangkat beberapa mangga yang diperolehnya dari memanjat.
"Iya
sama-sama. Lain kali kalau kurang ambil aja, soalnya aku sama mama enggak suka
mangga,"
jawab Hafidz.
Udah judes, sombong lagi anak mama, batin
Joni.
"Eh
kalian mau langsung pulang? Enggak mau main dulu sama aku?” tanya Hafidz.
"Wah,
mainanmu bagus semua ya," puji Krisna melihat banyaknya mainan
Hafidz.
"Lihat
deh. Robotnya bisa berjalan," tunjuk Lana.
"Lana,
kamu mau coba? Ini remote-nya," Hafidz memberikan remote-nya kepada Lana.
"Enggak papa,
Fidz, aku pinjam?" tanya Lana ragu menerima remote
tersebut.
"Ya, enggak papa lah. Masa enggak boleh," Hafidz meyakinkan Lana.
Setelah
mengucapkan terima kasih, Lana
menikmati kegiatannya memainkan robot control. Krisna hanya menonton
saja, karena pada dasarnya Krisna adalah anak yang
pendiam. Sementara itu, Joni cemberut di dekat jendela, dengan
melipat kedua tangannya. Dia nampak kesal dan seperti
sedang memikirkan sesuatu. Krisna yang melihat hal itu pun menghampiri Joni dan duduk di dekatnya.
"Joni, sedang
mikirin apa? Kenapa mukamu cemberut gitu?" tanya Krisna sambil menepuk pundak Joni.
“Emang mukaku
kenapa Kris,
‘kan emang mukaku gini,"
jawab Lana
berbohong.
"Kamu enggak suka ya, kita main sama Hafidz?" tanya Krisna lagi, menebak-nebak apa yang
dirasakan oleh temannya itu.
"Enggak
gitu Kris.
Aku cuma bosan
pengen pulang aja,"
sahut Joni yang tidak mau mengakui perasaannya.
"Coba
deh main ini nanti pasti bosannya hilang," saran Krisna seraya memberikan satu
mainan kepada Joni. Joni memperhatikan
semua mainan Hafidz dan tak ada satu mainan pun yang terlihat jelek. Terbesit niat buruk pada hati Joni. Dia
ingin mengambil mainan Hafidz, hitung-hitung karena Hafidz pernah judes
padanya.
"Lana,
Krisna, emang kalian enggak pulang? Tadi katanya mau kerjain PR," tanya Joni setelah cukup lama bermain di
sana.
"Oh iya, lupa
aku. Fidz, kami pulang dulu ya," pamit Krisna.
"Iya, besok ke sini lagi ya," dengan tersenyum dia meminta mereka untuk
bermain lagi esok.
"Boleh-boleh. Besok
kita ke sini lagi yuk sekalian mau minta mangga lagi," sahut Joni kesenangan.
"Yang
ini kan belum habis,
Jon," dengan heran Krisna menunjukkan buah
mangganya kepada Joni.
"Iya enggak apa-apa. Petik
aja.” Hafidz tidak
mempermasalahkan mereka jika ingin mengambil buah mangga lagi.
Tiga bocah sekawan itu pun pergi
meninggalkan rumah Bu Mira. Sepanjang perjalanan Joni
terlihat sedang memikirkan hal serius.
“Besok ke rumah Hafidz
yuk. Aku tunggu di rumahku," ajak Joni saat mereka tiba di rumah Joni.
Krisna dan Lana masih harus meneruskan perjalanan untuk sampai di rumah mereka.
"Oke Jon, seru
juga main sama dia." sahut Lana sembari melambaikan tangan
pada Joni.
***
Keesokan
harinya, tiga bocah sekawan tersebut sudah berkumpul di rumah Joni. Kali
ini Joni sangat berantusias, bahkan Lana dan Krisna pun heran.
Sesampainya di rumah Hafidz, mereka bertiga disambut oleh Bu Mira.
"Fidz, ini
temanmu sudah datang,"
panggil Bu Mira agar Hafidz segera menemui ketiga temannya.
"Iya Ma. Sebentar," jawab Hafidz dari dalam rumah. Tak lama
kemudian dia keluar dengan keadaan rapi, sepertinya dia baru selesai mandi.
"Hai
Lana, Krisna, Joni. Mau petik mangga dulu apa main?" tawar Hafidz.
"Ma—“
"Petik
mangga dulu saja,”
Joni memotong perkataan Lana dan memutuskan pilihannya sendiri.
"Jon,
kamu di situ ya nanti mangganya kamu yang tangkap," Krisna memandu sembari naik ke atas
pohon. Joni mengiyakan
dan Krisna pun mulai mengambil mangga. Dia melemparkan mangga
ke bawah lalu ditangkap oleh Joni.
Tiba-tiba Joni
mengaduh kesakitan. Membuat ketiga temannya yang berada di sana kaget dan
panik.
"Kamu
kenapa, Jon? Mangganya kena kepalamu ya? Maaf ya, Jon," Krisna meminta maaf dari atas pohon
mangga.
"Enggak. Aku
kebelet ini,"
sahut Joni dengan sedikit menekuk perutnya.
"Joni, ada-ada saja kamu ini," Lana menggelengkan kepalanya.
"Fidz,
kamar mandimu sebelah mana?" tanya Joni.
Sebenarnya, Hafidz ingin mengantarkan Joni. Tetapi Joni menolaknya
karena dia bisa sendiri dan teman-temannya membutuhkan bantuan untuk memetik
mangga.
"Ya sudah. Dari
sini lurus saja nanti ada lemari warna putih belok kiri," instruksi Hafidz memberi arah. Joni pun
masuk ke dalam rumah. Tetapi tujuannya bukanlah ke kamar
mandi, melainkan kamar Hafidz.
Ternyata motif Joni
ingin datang ke rumah Hafidz bukan untuk memetik mangga atau pun
bermain, melainkan mencuri mainan Hafidz. Tiba-tiba suara pintu kamar
terbuka dan
Bu Mira memergoki Joni yang sedang mengambil mainan Hafidz.
"Joni, sedang apa kamu? Kamu
mau nyuri ya,"
tanya Bu Mira dengan sedikit memelototi Joni.
“Enggak, Bu," raut muka Joni terlihat panik. Dia tidak
menyangka kalau Bu Mira akan masuk ke kamar Hafidz dengan tiba-tiba.
“Saya tadi lihat kamu masuk
rumah mengendap-endap. Jangan pikir saya enggak lihat," Bu Mira terlihat serius, tidak seharusnya
Joni masuk ke kamar Hafidz.
"Ada apa
ini, Ma?" mendengar sedikit kegaduhan di dalam rumah, Hafidz dan lainnya
menyusul.
"Kamu
ngapain Jon, bukannya tadi mau ke kamar mandi?" Krisna terkejut melihat Joni berada di
tempat yang berbeda dari niat awal tadi.
"Kamu
mau nyolong ya. Pantesan dari tadi ngotot banget mau kesini," tuduh Lana sembari melihat Joni dari atas
ke bawa yang sedang memegang mainan Hafidz.
"Joni,
ayo jawab!"
gertak Bu Mira melihat Joni yang langsung berubah kikuk dan diam beribu bahasa.
"Ma-maaf Fidz, tapi
aku iri sama kamu. Kamu punya banyak mainan, bagus-bagus semua. Aku juga pengen
Fidz,"
Joni sedikit terkejut dan akhirnya dia mengakui niat buruknya.
"Tapi
mencuri itu dosa,
Joni. Kalau
kamu ingin mainan ini kamu bisa pinjam. Tidak seperti ini," Bu Mira menghela napas dan mengambil
mainan yang sedang dipegang oleh Joni untuk dimasukkan ke kotak mainan lagi.
"Fidz, aku
minta maaf ya,"
Joni merasa sangat bersalah telah melakukan perbuatan tercela seperti ini
“Iya, Jon enggak apa-apa. Lain
kali jangan diulangi ya," Hafidz memaafkan Joni dan menjabat tangan
Joni dengan rasa persahabatan.
"Fidz, aku
juga minta maaf dulu aku iri dan benci sama kamu. Karena
kamu itu judes, punya banyak mainan tapi aku enggak
pernah diajak main. Makanya aku berniat buat balas dendam dan nyuri mainanmu," akhirnya Joni mengutarakan perasaan yang
selama ini dia pendam.
“Aku bukannya judes tapi emang enggak
pernah ngomong aja,
Jon," Hafidz tersenyum sembari memberi alasan
kenapa dia terlihat judes.
Kali ini Joni
benar-benar kapok dan tidak mau mengulangi lagi. Empat bocah itu pun saling tertawa, seakan akan beban hilang begitu
saja.
TAMAT
Komentar
Posting Komentar