SAHABAT PERPUSTAKAAN

  Untuk Saudaraku Jauh di Sana (Palestina)   Sebuah puisi oleh Zalfa Islamey H Di setiap embusan nafas Nasib malammu yang selalu tak tenang Di setiap jantung yang berdetak  Selalu ada pertumpahan nyawa dan darah  Aku saudaramu Beda tempat, beda nasib tetapi satu keyakinan.           Putih kulitmu tak seputih nasibmu.  Kita asyik makan tetapi mereka kelaparan.  Palestina  Aku dengar semua jeritan dan tangismu. Suara tembak yang setiap hari kalian dengar membuat kalian ketakutan. Palestina  Saudaraku yang jauh di sana terima kasih sudah mempertahankan dan memperjuangkan tanah kelahiran agama kita.  Kita semua berhutang budi padamu  Saudaraku Tuhan selalu ada bersama kita doa-doa yang setiap kali dipanjatkan selalu di dengar. Yang kuharapkan semoga Tuhan memberikan kemerdekaan dan keselamatan bagi rakyatmu. Save Palestine Indonesia

CEMAS Sebuah puisi oleh Tiara Pratjna Paramitha Menjalani hari tanpa gairah Tiada semangat selain pasrah Entah mengapa hati gundah Seakan air mata ingin tumpah   Hari demi hari berganti Mimpi buruk masih senantiasa menghampiri Menumbuhkan cemas dalam sanubari Meninggalkan perih seakan abadi   Ingin kuseka air mata Menghapus ingatan segala lara Bukan saatnya untuk putus asa Melainkan berdiri dengan perkasa

  Melangkah Penuh Semangat Sebuah puisi oleh Naziroh Faiqohtul Herlia   Langkah kita, semangat yang terpatri, Tak ‘kan goyah meski badai yang datang berlari. Percayalah pada dirimu, sukses terhampiri, Dalam tekad yang tulus, kita kan terangkai berseri. Jangan takut, jangan ragu, kejar cita-cita, Semangat tak terpadam, jadi pilar setia. Biru langit harapan, kita terbang bersama, Menuju puncak kemenangan, tak ‘kan ada drama.   Berpikir besar, terus bergerak maju, Tak perlu henti, tak perlu tergugu. Dengan semangat, kita bisa meraih bintang, Mimpi-mimpi kita, akan selalu menggema jangkauan.

  Closure   Sebuah cerpen oleh Nadila Ibrahim Panas matahari di siang hari terasa terik hingga membuat anak remaja merasa panas dan kehausan. Nadia namanya, anak usia 20 tahun yang sedang menempuh masa pendidikannya di salah satu universitas terkenal di Indonesia. Waktu itu, Nadia sedang berada di perjalanan menuju rumah setelah menyelesaikan kelas yang cukup menguras tenaganya di siang hari. Jarak antara rumah dan tempat Nadia menempuh pendidikan cukup jauh kurang lebih satu jam. Sesampainya di rumah, Nadia langsung beristirahat karena Nadia merasa kelelahan setelah melewati perjalanan yang cukup macet. Saat beristirahat, Nadia tidak sengaja menjatuhkan sebuah album foto di meja. Nadia membuka kembali album foto tersebut, lalu Nadia kembali teringat tentang perjalanan Nadia dari awal menjadi mahasiswa baru hingga sampai sekarang. Tahun depan Nadia akan meninggalkan universitas yang setiap hari telah menjadi rumah keduanya.  Semua ini berawal dari bulan Mei, saat it...

Some Memories by Diva Ananda D. F.   POV: the miserable one   It’s summer again There’s nothing much lately It’s been the same for over nine years Until that one uncommon day   You saw me, I saw you We’re both looking at each other, throwing some jokes But suddenly, you pulled me to the nearest creek You said that I need to accompany you   The beam of light shone through the leaves Coloring your gorgeous gaze The cosmos flowers around you, Can’t even match your beauty   At that very moment, You showed me your true self   Suddenly you made me realized that you’re always here, by my side You told me how precious I am for you,   It sure was a lovely day And even after whatever our chaotic experiences together, You’re still here, right by my side   POV: the beloved one   If I remember correctly,  It was you, wasn't it? The guy that were always holding a bouquet of flowers,...

  DI BALIK KEBISUAN Sebuah puisi oleh Lisa Aziza   Di dalam ruang yang menekan dan hampa Bertopeng senyum indah di depan mata Beban yang dirasa Perjuangan menggapai asa Demi kebahagiaan belahan jiwa semata

  ABILASA Sebuah puisi oleh Soebangkit Akbar Abilasa, ibarat badai dalam hati, Menggoda, menghasut, sering kali berlawanan. Seakan angin liar yang tak pernah reda,  Menghempas diri dalam lautan godaan. Tersembunyi di dalam gelap, merayu hati yang rapuh, Menggoda dengan janji yang semu. Namun, di balik keindahan yang palsu, Tersembunyi duka dan kehilangan dalam kalbu

Menggapai Cita Sebuah puisi oleh Reyna Mareta Setiap pagi ‘ku terjaga  Mengejar harap yang kudamba Tak ada rasa lelah Demi masa depan yang cerah   Ilmu … Engkaulah kunci dunia Hadirmu membuka cakrawala Keberadaanmu sangat berharga Tak ternilai sepanjang masa   Hai ilmu … Keberadaanmu dicari-cari Tak peduli jika harus pergi meninggalkan negeri Demi masa depan bangsa Maka harus siap menempa

  Perjalanan Sebuah puisi oleh Rachma S.N.F.SY   Sinar rembulan membentang sepanjang lautan  Deburan ombak menghanyutkan pecahan kerang  Semilir angin menggoyangkan beberapa  dedaunan  Di mana sang jendela jiwa menatap laut yang membentang  Langkah kaki yang berjalan melalui tajamnya batu karang              Jiwa yang memiliki banyaknya hal yang mengganggu pikiran             Seolah secuil senyuman hanya ditunjukkan sebagai simbol penenang              Harapan besar yang dipikul sendiri mengenai masa depan  Pelukan sebagai tanda penguat telah diberikan  Namun, air mata selalu runtuh tak tertahan  Tak tahu lagi apa yang akan datang di hari kemudian Apakah aku siap untuk memulai perjalanan masa depan?