SEKAR Edisi Mei 2024 | Pergi Tanpa Pamit Karya Octafia Rahmadani
PERGI TANPA PAMIT
Karya: Octafia Rahmadani
Malam berganti pagi, dan sinar mentari mulai menyapa permukaan bumi. Aku masih duduk di tepi jendela, menatap langit yang kini berwarna biru cerah. Hampa di dalam dada terasa mengalir seperti air. Berdiri tanpa memegang tiang dan terus berjalan tanpa arah merupakan hal pertama yang kurasakan saat menjadi dewasa.
Abur namaku. Hilang terkubur dan kabur adalah tabiatku. Semakin bertambahnya umur, aku bisa melihat perubahan dalam diriku maupun lingkup pertemananku. Semuanya seakan hilang, bahkan pergi tak tentu dibalik pungguk batu.
"Aku takut, sungguh takut," ucapku pada diriku sendiri, namun kali ini dengan suara yang lebih mantap.
Dengan langkah perlahan, aku bangkit dari tempat dudukku dan menghadapi cermin di dinding kamarku. Aku memandang diriku sendiri.
“AKHHH SAKITTT, APA YANG SELAMA INI AKU LAKUKAN DI DUNIA
TUHANN… MENGAPA HATIKU RASANYA REMUKK SAAT INI.” Aku menangis sejadi-jadinya
sampai terkulai lemas tak berdaya.
Aku bangkit dalam kegelapan. Sekilas terlintas dipikiranku
untuk menyayat sebuah daging agar hilang sakitku. Kuambil pisau daging ibuku di
dapur. Kusayat perlahan daging itu. Warna merah segar terlihat menggugah selera
para nyamuk. Ide gila sekali lagi muncul. Aku berdiri dan berlari
tergopoh-gopoh mengambil lemon di kulkas.
“HIHIHIHIII INI PERIH TAPI ASYIKK.” Aku berteriak
kegirangan.
Tiba-tiba mataku berkunang-kunang.
“Ohhh Tuhan inikah?” gumamku.
Inilah akhir dari ajal tak berpamit.
Komentar
Posting Komentar