SEKAR Edisi Mei 2024 | Bayangan Di Taman Kenangan Karya Wanda Aziza

  Bayangan Di Taman Kenangan

Oleh: Wanda Aziza


Ia duduk di bangku taman, menatap hamparan bunga yang bermekaran. Angin sepoi-sepoi menggerakkan daun-daun, seolah berbisik pelan di telinganya. Namun, ia tidak mendengar suara angin itu. Yang terdengar hanya gema dari masa lalu yang terus menerus memanggilnya.


Ia mengingat senyuman itu, senyuman yang pernah membuat dunianya terasa lengkap. Senyuman yang kini hanya menjadi bayangan samar di benaknya. Setiap kali ia mencoba melupakannya, kenangan itu selalu muncul kembali, menghantui setiap langkahnya.


Hari itu, hujan turun dengan deras. Ia berdiri di depan rumah yang pernah mereka tinggali bersama. Dinding-dinding rumah itu penuh dengan kenangan. Di sudut ruang tamu, masih ada bekas tawa mereka. Di dapur, masih ada sisa-sisa aroma masakan yang dulu sering mereka nikmati bersama. 


Namun, kini semuanya terasa hampa, hanya menyisakan luka yang tak kunjung sembuh.

Ia teringat saat-saat indah ketika mereka berdua berlari di bawah hujan, tertawa tanpa beban. Kini, ia hanya bisa berdiri sendiri, merasakan dinginnya tetesan air yang turun di pipinya, tak bisa membedakan mana air hujan dan mana air matanya sendiri.


Setiap malam, ia memandangi langit yang gelap, mencari bintang yang dulu selalu mereka lihat bersama. Namun, bintang itu tak lagi bersinar secerah dulu. Hanya ada kegelapan yang menyelimutinya, membuatnya merasa semakin terpuruk dalam kesedihan.


Ia tahu, hidup harus terus berjalan. Namun, ia merasa sulit untuk melangkah ke depan. Masa lalu itu seperti rantai yang membelenggunya, membuatnya tetap terikat pada kenangan yang menyakitkan. Setiap hari adalah perjuangan untuk bertahan, untuk mencoba menghapus bayangan itu dari pikirannya. Tapi semakin ia berusaha, semakin kuat bayangan itu menguasainya.


Ia sadar bahwa ia harus belajar untuk melepaskan. Namun, bagaimana bisa ia melupakan seseorang yang pernah menjadi segalanya? Bagaimana bisa ia menghapus kenangan yang pernah begitu berharga?


Hari demi hari berlalu, ia tetap berada di taman itu, menunggu keajaiban yang mungkin tak akan pernah datang. Ia hanya berharap, suatu saat, ia bisa menemukan kedamaian di hatinya. Mungkin tidak hari ini, atau besok. Tapi ia yakin, suatu saat nanti, luka itu akan sembuh, dan ia bisa merelakan masa lalu untuk pergi.


Namun, sampai saat itu tiba, ia akan terus berjuang, dengan hati yang penuh luka namun tetap berharap. Ia percaya, bahwa di balik setiap kesedihan, selalu ada harapan yang menunggu untuk ditemukan.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEKAR Edisi Bulan Mei-Juni 2023 | Jalan yang Terang untuk yang Bertahan oleh Bella Najwa Muzdha

PROFIL

LITERAFILM: HOME SWEET LOAN (2024)