Pada Akhirnya Menjadi Kembali Semula I Muhyi Aditya Supratman
Pada Akhirnya Menjadi Kembali Semula
Muhyi Aditya Supratman
2 Maret 2020, ia hadir dalam kejutan yang
mengejutkan. Menebar ketakutan. Menghasilkan keraguan. Menampilkan kegelisahan
dan kecemasan. Hingga, pada hari ini Ia menjelma sebagai orientasi paling
membingungkan.
Kontestasi yang
menghadirkan pertarungan dunia. Dalam perang – perang Argumentasi yang tersebar
di sosial media. Memberikan riuh – riuh keributan atas asal usulnya. Saling
berprasangka. Corona namanya. Asal dari negara Cina.
Sebagian orang
menganggap kehadirannya adalah ilusi. Berpegang teguh dari banyaknya
kontradiksi yang merepresentasikan diri. Diri yang berupa virus yang
menghantui. Merenggangkan kehidupan selama ini. Tersekak – sekak oleh banyaknya
kepentingan yang mendasari.
Disisi yang lain ....
Dalam harap yang telah meruntuhkan logika. Terdapat kisah yang hadir untuk
menatap sisa – sisa cerita. Sebelum negara api hadir sebagai bagian dari
skenario sang pencipta. Ada manusia yang menyela tangis dalam duka. Di iringi
tangis yang tak kunjung usai dan terus menumbuhkan lara.
Raga – raga yang tak
berdosa. Tahapan yang melelahkan raga dan jiwa. Memberikan kicauan yang saling
bertentangan. Terdapat cerita – cerita heroik serta melelahkan. Ujung cerita
yang menebarkan kebaikan terhadap dunia. Agama dalam proses paling bahagia
bagi seorang hamba. Memberikan kabar gembira. Menentukan langkah dari setiap
untaian doa yang dipanjatkan kepadanya. Pandemi yang harus segera diusahakan
dalam cara – cara bersama. Menghadirkan ruang negoisasi, merepresentasi ruang
demokrasi.
Cahaya datang dan
pencegahan di hadirkan untuk menghilangkan luka dalam dada. Selepas hati yang
di porak – porandakan oleh semesta. Ada keajaiban yang di tayangkan oleh sang
ilahi sebagai bagian dari banyaknya hati yang meminta. Menginginkan keadaan
seperti sedia kala. Kembali menjadi semula. Memupuk harap yang kembali pada
pertemuan secara tatap muka. Kita semua telah berusaha untuk
menghindarinya.
Terpaut banyak yang
telah diserangnya. Menyeka luka yang menghadirkan duka yang sempat di bicarakan
dalam hati melalui doa – doa. Upaya yang berakhir menjadi sisa – sisa ceria dan
menyayat hati ketika ketidaktepatan tindakan yang di hadirkan para petugas yang
bekerja dalam institusi negara. Merelakan mata pencaharian yang tersekat oleh
aturan yang mengada dan berada. Bantuan yang dibinasakan demi kepercayaan diri
yang tiada tara dan menyeruak ke permukaan setelah terdapat rasa ketidakadilan
yang dirasa. Menggiring skenario cerita di semesta yang telah runtuh dan terbuang
menjadi sisa – sisa harapan untuk terus di upayakan dalam usaha bersama.
Pernah terbesit untuk
mendapatkan kisah – kisah yang maha sempurna. Kembali pada tatanan semula.
Menghiasi sang surya dengan tertawa seperti biasa. Bertatap muka dan saling
bergandengan tangan tanpa ada sekak – sekak diantara kita. Harap yang berujung
pada penantian dan kepastian yang menuju titik keabadian yang telah dan ingin
di usahakan dengan segala cara.
Para ahli di bidangnya
masing – masing terus berusaha. Dengan segala upaya dan terobosan yang
menghantarkan cerita yang baik di hari depan. Menemukan cara untuk cerita kisah
pahlawan yang telah menyelamatkan ribuan manusia dengan nyawanya. Percobaan
demi percobaan di kombinasikan dalam cara – cara kebenaran yang menorehkan
pencapaian. Berujung pada penemuan – penemuan yang menjadi keajaiban dunia.
Kemudian, menjadi penyelamat dari populasi manusia yang telah di serang oleh
wabah yang ada. Itulah yang disebut sebagai vaksin AstraZeneca. Pencapaian dari
seorang wanita.
Kita, manusia diminta
untuk berusaha sembari berdoa untuk menghapus lara yang telah menorehkan
kesedihan. Mengukir dan melukis harap harap kepastian dari vaksin yang
disediakan. Mengajak dan diajak untuk mencapai kekebalan komunal yang nantinya
akan memiliki keterkaitan dengan pelepasan situasi dan keadaan. Kepastian untuk
di hilangkan dari kesedihan yang mendera. Memperoleh cara untuk terbebas dan
membebaskan masing – masing dari kita.
Segala realita yang
saling menimbun dalam ingatan di ruang – ruang bersama. Menduga – duga untuk
mencari celah dalam setiap tindakan yang di hantarkan pada sang semesta. Aturan
– aturan yang telah dihaturkan oleh otoritas setempat. Memberikan pedoman baru
untuk melakukan segala hal tentang hidup. Hingga, kita di tunjukkan atas
keajaiban yang tak pernah terfikirkan sebelumnya.
Skenario tuhan akan
datangnya wabah dan penyakit tidak pernah di ketahui. Manusia sering
mengabaikan dan terus berusaha untuk mendambakan ilmu pengetahuan dan kebenaran
yang ilahi. Melupakan bahwa itu semua adalah hal – hal yang diciptakan oleh
sang maha agung. Sang maha pengubah dengan skenario yang sedang berlangsung.
Memberikan pemahaman akan sosok keabadian.
Meninggalkan tindakan –
tindakan yang dijumpai sebagai perilaku yang telah mengingkari. Bulan dan tahun
dengan serangkaian garis waktu yang menorehkan pilu. Memberi pada manusia untuk
berfikir akan hebatnya hal itu. Menjadikan bumi sedang tidak baik – baik saja
akan kisah sedih yang membuat gaduh seisinya. Segala ritual dan kepercayaan di
upayakan untuk meningkatkan ketakwaan pada masa – masa tertentu. Bahkan, kini
situasi semakin membaik ketika perilaku bertemu dengan hasil paling dinanti
oleh masanya.
Masalah silih berganti menjadi baru. Semerbak dengan segala upaya yang hendak diselesaikan. Mengharumkan kisah – kisah yang berakhir dalam setiap detik waktu. Menghasilkan titik kesepakatan untuk kebaikan bersama. Segala rasa yang ada telah menimba pengalaman yang cukup pelik. Mendambakan hal – hal baik. Meruntuhkan ego – ego yang sedang membawa manusia kepada rasa terburuk. Menumbuhkan segala sesuatu yang dijaga dalam sanubari tubuh. Diiringi sang maha pengubah dengan kebesaran yang tak pernah terduga. Pada sosok paling yang tak pernah kita lihat. Ada rasa yang membuat kita percaya akan kebesarannya pada dunia dan ujung cerita.
Komentar
Posting Komentar