Kontradiksi Antara Bahasa Indonesia, Daerah, dan Asing I Prakas Putra Setiawan
IDENTITAS PENULIS
Nama
: Prakas Putra Setiawan
Divisi : Kreatif
Jenis : Artikel Populer
KONTRADIKSI
ANTARA BAHASA INDONESIA, DAERAH DAN ASING
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer,
yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi,
dan mengidentifikasikan diri (KBBI). Bahasa adalah alat
komunikasi yang dimiliki manusia berupa sistem lambang bunyi yang berasal dari
alat ucap atau mulut manusia menurut Untung Yuwono dalam karyanya dalam buku Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik (2005). Berdasarkan pengertiannya
bahasa memiliki fungsi yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari karena setiap sesuatu yang akan dilakukan manusia selalu
melibatkan bahasa didalamnya. Selain sebagai alat komunikasi dalam kehidupan, bahasa juga menjadi sebuah jati diri bangsa. “Tanpa mempelajari bahasanya sendiri orang tak akan mengenal bangsanya
sendiri”- (Pramoedya Ananta Toer). Lalu, bagaimana dengan negara Indonesia
yang tidak hanya
menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi?
Berdasarkan
data Badan Pusat Statistik penduduk
Indonesia 2010, menyatakan bahwa sekitar 79,15% penduduk Indonesia
menggunakan bahasa daerah dalam berkomunikasi, 20% menggunakan Bahasa Indonesia
dan sisanya menggunakan bahasa asing. Berdasarkan hasil laporan tersebut
asal-usul nenek moyang menjadi alasan mengapa Indonesia memiliki bahasa yang
beragam. Namun, dengan adanya berbagai ragam bahasa apakah dapat memberikan
pengaruh yang baik atau buruk dalam negara Indonesia? Melihat eksistensi dan fungsinya
semua bahasa memiliki kegunaan yang sama. Namun, kegunaan saja tidak dapat
dijadikan sebagai patokan, melainkan diperlukan
kepentingan atau status bahasa tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional negara. Bahasa yang wajib diketahui dan
digunakan masyarakat Indonesia apakah rela memberikan jati dirinya sebagai
bahasa nasional dengan bahasa daerah yang memiliki pengguna lebih dominan.
Begitu juga dengan bahasa daerah apakah rela memberikan eksistensinya sebagai bahasa
yang dominan digunakan dengan bahasa asing sebut saja bahasa Inggris yang
semakin dibutuhkan dalam relasi jangka panjang (Internasional)?”
Setiap
bahasa memiliki kedudukan masing-masing sehingga kita tidak bisa menetukan
penggunaan bahasa ini lebih dari bahasa itu. Perkembangan tuntutan yang semakin hari semakin memberikan standarisasi
lebih juga memberikan
ancaman tersendiri terhadap jati diri bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Misalnya, penggunaan bahasa asing khususnya bahasa Inggris yang
semakin dibutuhkan dalam berbagai hal, bahkan saat ini penggunaan bahasa
Inggris tidak hanya digunakan dalam komunikasi luar negara saja melainkan dibutuhkan dalam dunia ketenagakerjaaan, dibuktikan dengan syarat lowongan pekerjaan yang tak sedikit memberikan syarat
untuk bisa berbahasa Inggris. Selain itu, penggunaan bahasa Inggris juga sudah mempengaruhi
status sosial seseorang dimana seseorang yang bisa bercakap menggunakan bahasa
Inggris memiliki kenaikan status sosial dari sebelumnya. Hal itu merupakan salah
satu alasan mengapa semakin banyaknya masyarakat yang menggunakan bahasa
Inggris dalam berkomunikasi.
Bahasa
daerah saat ini memiliki jumlah pengguna terbanyak dari bahasa yang lain
berdasarkan data Badan Pusat Statistik penduduk
Indonesia 2010, dengan jumlah pengguna yang dimiliki tersebut bisakah
bahasa daerah tetap mempertahankan eksistensinya sebagai bahasa yang dominan? Fakta di lapangan ternyata berkata lain, dalam cnnindonesia.com tertulis
bahwa 25
bahasa daerah terancam punah dan 19 bahasa lain yang masuk status rentan,
artinya penutur bahasa tersebut jumlahnya tidak banyak seperti bahasa-bahasa dari
Maluku, Papua, Sulawesi, Sumatera, dan Nusa Tenggara Timur. Adanya sebuah
globalisasi yang tidak dapat dihindari oleh negara manapun membuat generasi
muda mengikuti arus jaman dengan menggunakan bahasa asing, bahkan mereka
menggunakan bahasa Indonesia dengan bahasa asing secara campuran. Melihat fakta
yang ada dilapangan tersebut tidak ada satu hal yang dapat mempertahankan suatu
eksistensi bahasa,
selain kesadaran dari penggunanya sendiri.
Persepsi
dalam masyarakat yang seharusnya diubah dalam memahami bagaimana konteks
penggunaan bahasa dalam berkomunikasi. Persepsi masyarakat yang kurang tepat dalam memaknai pemilihan bahasa
membuat mereka cenderung memilih bahasa yang ada
bukan memahami bahasa yang ada.
Misalnya, di Indonesia memiliki beragam bahasa antara lain bahasa Indonesia,
bahasa daerah dan bahasa asing. Dengan adanya ketiga jenis bahasa tersebut kita
sebagai pengguna diharapkan untuk memahami penggunaan bahasa tersebut bukannya
memilih bahasa mana yang paling dan harus diprioritaskan di antara
bahasa-bahasa yang ada. Jika masyarakat
memandangnya dari cara memahami bukan memilih pasti banyak masyarakat Indonesia
yang akan menguasai bahasa asing, mempertahankan bahasa Indonesia sebagai jati
diri bangsa dan tetap melestarikan eksistensi bahasa daerah. Hal itu disebabkan,
jika kita memandangnya dari cara pemahaman bukan pemilihan, secara tidak langsung
kita akan berusaha mempelajari ketiga bahasa tersebut tanpa memberikan strata
dalam bahasa-bahasa yang ada. Bahasa memiliki sifat dapat menyesuaikan, dimana
setiap menggunakannya diperlukan penyesuaian. Ada kalanya kita membutuhkan
bahasa Indonesia dalam berkomunikasi, ada kalanya kita menggunakan bahasa
daerah untuk berkomunikasi, serta ada waktunya kita diharuskan menggunakan
bahasa asing seperti bahasa Inggris dalam berkomunikasi. Dengan begitu semua
komponen yang ada tidak akan ada yang tersingkirkan.
Upaya
mempertahankan eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa
daerah sebagi keragaman budaya tidaklah sulit jika dalam persepsi yang didapat
benar, begitu sebaliknya jika pemahaman yang di dapat salah akan bahasa
dampaknya bagi eksistensi bahasa yang ada di Indonesia. Selain itu, diperlukan
adanya sikap peduli kita sebagai pengguna bahasa untuk melestarikan bahasa yang
ada. Bahasa adalah tanggung jawab penggunanya, bahasa adalah jati diri bangsa,
dan bahasa adalah alat pemersatu bangsa jika kita tidak peduli dengan
eksistensi bahasa yang ada maka akan lebih buruk lagi dampaknya. Mari
lestarikan budaya karena kita generasi budaya, peduli akan bahasa dan cinta
keberagaman Indonesia.
Daftar Pustaka
Komentar
Posting Komentar