Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2024

SEKAR Edisi April 2024 | Sepotong Kue tuk Renjana Karya Aqilah

 Sepotong Kue tuk Renjana Karya: Aqilah      Malam terang. Langit mendung tersaput awan menandakan akan turunnya hujan. Seorang gadis manis berbaring di atas alas kardus. Renjana namanya, panggil saja Ren. Ia menatap langit yang sudah mulai gerimis. Dingin menusuk hingga ke tulang. Angin malam ini entah mengapa lebih dingin membelai rambut dibandingkan malam-malam sebelumnya. Di rumah kardus di atas sepetak tanah gadis manis itu hidup dengan sangat sederhana.      “Ren.. Apa yang sedang kau pikirkan?”      “Tidak ada.” Ren menjawab pendek tanpa memalingkan wajahnya. Terlihat wanita setengah baya dengan wajah yang menenangkan. Ia duduk membelai rambut gadis yang sedang berbaring di atas kardus itu. Wajah sendu mereka menatap rintik hujan yang mulai deras. Angin malam menusuk hingga ke tulang-tulang membuat bulu kuduk berdiri, kedinginan.      “Ibu.. Kemarin aku melihat kue tart yang tidak begitu besar ukurannya terpajang di...

SEKAR Edisi April 2024 | The Night is Still Young dan Polaroid di Dinding Kamar Karya Rani Kurnia Fadhillah

 The Night is Still Young dan Polaroid di Dinding Kamar Karya: Rani Kurnia Fadhillah Kau berjalan ke kasurmu dan langsung merebahkan diri setelah memutar ‘1 jam the night is still young’ di YouTube. Biasanya, setelah melewati hari yang panjang dan melelahkan, kau akan melakukan kesukaanmu, entah melanjutkan novel yang ingin kau selesaikan, menonton film yang ada di daftar panjang to be watch- mu, melanjutkan serial TV favoritmu, atau menonton anime. Biasanya, kau akan melakukan hal tadi sambil ditemani secangkir kopi dan makanan manis. Itu adalah hal wajib. Hal-hal tadi adalah sesuatu yang membuatmu bahagia, hal-hal yang suka kau lakukan sebelum melanjutkan realita kehidupan perkuliahan. Memikirkan tentang kemungkinan apa saja yang akan kau lakukan di kos nanti membuatmu bersemangat. Tapi, kali ini berbeda. Begitu sampai kos, kau merasa tidak ingin melakukan apapun. Bahkan, mata pun menolak untuk tidur walau tahu tubuhmu sangat lelah. Kau pun membuka laptop di atas mejamu, ke halam...

SEKAR Edisi April 2024 | Ingatlah Hari Itu Karya Cindy Putri Intanari

Ingatlah Hari Itu Karya: Cindy Putri Intanari Keindahan cahaya rembulan Kupandangi penuh perasaan Pikiranku pun melayang Masa lalu selalu terbayang Ku coba ingin hentikan Ku coba ingin melupakan Kisah romansa di sekolah Membuatku gundah dan gelisah Bisikan rindu tanpa arah Bertahan membawaku lelah Tak lama, aku pun menyerah Walau hatiku sakit tak berdarah

SEKAR Edisi April 2024 | Bisikan perpisahan. Karya Afifah Citra Pratama

 Bisikan perpisahan. Karya: Afifah Citra Pratama Adalah sorak ajakan yang kudengar dari gelegar petir Mengundang untuk bermain, membiarkanku lupa akan rasa getir Rasanya menyenangkan, aku terlena Hingga, hujan menampar ku kembali sadar Tak ada yang benar-benar tinggal Mereka hanya singgah, sebentar Sedang aku, Terus berdiri meratapi sepi, di tengah ricuhnya teriakan-teriakan hati Tangis-tawa, dan canda-duka berebut melintas tanpa kata Aku di sini, sendiri, tetap menanti pelangi yang takan pernah kembali. 2020

SEKAR Edisi April 2024 | Kupu-Kupu yang Bersinar Karya Nasya Falasarika

 Kupu-Kupu yang Bersinar Karya: Nasya Falasarika      Nara adalah seorang mahasiswi kupu-kupu, begitu mereka menyebutnya. Kegiatan yang Nara lalui hanya pergi ke kampus lalu pulang ke kosnya. Sudah hampir tiga bulan kegiatan itu ia lakukan. Namun, akhir-akhir ini, ia mulai merasakan sesuatu, suatu perasaan yang tidak nyaman dan membuatnya sulit tidur di malam hari.      Bosan, muak, dan terasingkan. Di kelas, ia hanya menerima materi dari presentasi temannya, ia adalah orang yang tidak akan bertanya walaupun ia tidak paham, kecuali sang dosen menunjuknya. Nara pemalu, ia selalu berlindung di balik kata itu, namun setelah ia melakukannya selama hampir tiga bulan, ia mulai muak akan perasaan dan perilakunya. Ia muak karena ia tidak aktif saat pembelajaran kelas, karena ia pikir orang lain akan mengejeknya, ia muak harus selalu memikirkan apa yang orang lain pikirkan tentangnya, ia muak karena tubuhnya selalu bergetar hebat saat berpikir untuk mengacungka...

SEKAR Edisi April 2024 | RATAPAN SENJA Karya Mohammad Ainul Yaqin

 RATAPAN SENJA Karya: Mohammad Ainul Yaqin Di ufuk barat, senja merona, Warna-warni langit, indah berona. Angin lembut berbisik, merayu, Menyapa bumi, sebelum malam tiba. Gemintang tersenyum, menghiasi langit, Memandang bumi dengan tatapan lembut. Pohon-pohon bergoyang, merasakan kelembutan, Menyambut senja dengan cinta yang tulus. Teriring doa di senja yang damai, Semoga esok kan datang dengan ceria. Namun, di hati tetap tersimpan kenangan, Senja, kau abadi dalam ingatan.

SEKAR Edisi April 2024 | INSTRUMEN DUKA YANG BERDENTING Karya Intan Suci N. S.

INSTRUMEN DUKA YANG BERDENTING Karya: Intan Suci N. S. Kupetik renjana berwarna kelabu Kuminum dukanya yang mengerat kalbu Malam yang redam,langit yang diam Kusuguhkan secangkir dama untuk sekedar sapa Tapi apa? Kau hunuskan lenggana berteman mala Aksaku tak lagi menangkap senyumnya Tiada cela yang hadir dalam logika Bagiku kau tercipta sempurna Tiada penyesalan dalam setiap keputusan Karena mencintaimu, adalah patah hati yang paling kurindukan Segenap pengharapanku telah usang tertikam waktu Tergulung ombak yang menerpa Perahuku kandas ditengah karang yang lenggana melihatku berlayar bebas

SEKAR Edisi April 2024 | Sang Bintang dan Monolognya Karya Diva Asadia

 Sang Bintang dan Monolognya Karya: Diva Asadia “Apa cantiknya diriku?” Sang bintang bertanya. Namun hanya sunyi senyap yang jadi jawabnya. “Sinarku ini, cukup terangkah ia?” Sang Bintang mengedarkan pandangan ke luasnya angkasa lepas, mencari jawaban atas pertanyaan yang tak kunjung ia temukan jawabannya. Matanya lantas terpaku kepada Sang Bulan, permata angkasa yang cahayanya diberikan langsung oleh Matahari. Pikirannya berkelana, pantaskah ia bersanding dengan sang mentari malam? Pantaskah ia berada di sini? “Aku hanya setitik cahaya kecil, yang bahkan alasan keberadaanku sendiri pun aku tidak tahu.” Monolognya menggaung pada luasnya angkasa lepas. Membangunkan Sang Langit yang lantas tersenyum kepadanya. “Kau tahu,” sapa Sang Langit, “Dirimu pantas.” Sang Langit lantas melanjutkan. “Cahaya yang sinarnya benderang—yang kau dapat bukan dari siapapun tapi dirimu sendiri, sudah lebih dari cukup untuk membuat dirimu pantas. Konstelasimu juga cantik. Sangat cantik. Lalu apalagi yang ...