Duka yang Mendera | Muhyi Aditya Supratman

 

Duka  yang Mendera

Muhyi Aditya Supratman


KAMU DENGAN EGOMU, AKU DENGAN PEMIKIRANKU. BAGAIMANA PERASAAN INI AKAN BERSATU JIKA KAMU DAN AKU TIDAK DAPAT

DIPADUKAN ?

 

kamu mengukir hubungan yang telah terjalin begitu lama dengan dia. Terbang tinggi dalam setiap tetes air mata yang tak dapat disangkal. Namun apakah kenyataan akan membaik jika kamu menangis ?. Mungkin sedikit lebih melegakan diantara sakit yang dirasakan. Kamu hanya membekas diantara kenangan yang menyesakkan dada. Mendera luka yang masih belum sepenuhnya terucap. Yang pada kenyataannya kamu harus tetap hidup dan memendamkan lara.

Semestinya kamu tahu jika suatu hubungan harus saling mempercayakan satu diantara yang lain. kebebasan tak seharusnya dikekang dalam setiap ucapan. Mengapa kamu tetap memilih ketika dia tidak lagi memilihmu ?. suatu hubungan yang terjadi adalah saling. Bukan yang paling. Ketika kamu tidak dapat menyaksikan dia berbahagia dengan mu, seharusnya kamu memilih untuk pergi dalam segala kenyataan yang menyesakkan. Ketika kamu tahu dia tidak membebaskanmu dalam setiap hari, kamu harus faham bahwa suatu hubungan adalah tentang kedewasaaan. Bukan saling mencurigakan satu sama lainnya.

Lantas ketika hubungan itu telah begitu dalam, apakah salah satu harus menghancurkan itu ?. Lantas apakah satu diantaranya harus mengalah ?. Lantas ketika salah satu diantara dua orang tersebut telah mengalah, akankah dia dengan egonya dapat berubah ?. Tidak ada yang tahu hal itu, ketika dia dengan egonya tidak dapat kamu ubah, akan ada saatnya dia untuk menyadarinya, ada saatnya dia akan perlahan untuk mengubah sikap dan sifatnya. Seorang wanita memiliki rasa untuk sayang kepada pasangannya, namun ketika perasaan sayang itu telah melebihi batas kewajaran dalam pemikiran. Apakah kamu tetap menahan dan bersedia berbahagia ?. Beberapa kenyataan mungkin sebaliknya. Atau mungkin akan berbalik sangka.


Aku mengerti hal itu, suatu pasangan memang kadang begitu, rasa sayang kadang menjelma bagaikan kecurigaan tanpa logika. Rasa sayang kadang menjelma bagaikan duri duri yang menusuk dada. Tidak akan menusukmu secara langsung, namun mematahkan pemikiran positifmu tentang dia. Hal itu wajar jika dalam batasan yang dapat kamu tangani, namun ketika dia dengan egonya telah menginginkan untuk selalu ada saat kamu berkegiatan, akankah kamu tahan dengan sikapnya yang menginkanmu dalam setiap waktu ?. Bukankah setiap pasangan memiliki caranya masing – masing untuk memilih jalan bersama. Lantas ketika dia dengan sikapnya untuk memintamu untuk bersamanya setiap waktu, apakah kamu tidak berfikir untuk melakukan kegiatan dengan segala rutinitas harianmu ?.

Semua yang telah dilakukan ketika bersamanya hancur bagaikan deburan ombak yang melenyapkan harapan diantara masa – masa yang telah di jalani. Diantara malam malam yang gemintang. Diantara jalan yang mengindahkan harapan. Namun semua itu tak ada artinya lagi untuk mu. Kamu tetap dengan memilih ragu kemudian hancur dan melebur. Pada kenyataannya hubungan yang telah dijalani yang entah kapan akan memilih titik perpaduannya kembali pada titik senyatanya. Mungkin, ini adalah jalan kebaikan diantara insan yang tak ingin kembali memupuk asih. Tak ingin kembali untuk memadu kasih. Dan, setelah nya berakhir belas kasih.

Apakah perasaan ini akan tetap sama walau kamu tidak lagi bersedia ?.

Aku tidak pernah ingin tahu itu, yang kuingini adalah lembaran baru tanpa kamu.

Perasaan Yang Menjadi Lara

 

19 20 Oktober 2021

 

Muhyi Aditya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEKAR Edisi Bulan Mei-Juni 2023 | Jalan yang Terang untuk yang Bertahan oleh Bella Najwa Muzdha

PROFIL

LITERAFILM: HOME SWEET LOAN (2024)