Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2024

SEKAR Edisi Mei 2024 | Secercah Harapan Karya Reyna Mareta

  Secercah Harapan Karya: Reyna Mareta Dibalik tercapainya suatu impian, Ternyata harus ditukar dengan satu luka hebat yang menunggu untuk dirasakan. Wahai cinta pertamaku, bagaimana mungkin?  Belum sempat melihat putri kecilmu ini mencicipi hal yang engkau dambakan, mengapa malah engkau tinggalkan?  Tapi tak apa, terima kasih telah mengubahku menjadi perempuan yang kuat hingga detik ini. Selamat menyaksikan perjuanganku meraih toga, semoga ini dapat membuatmu tersenyum bahagia.

SEKAR Edisi Mei 2024 | Melinda Karya Aisyah Rayya Amani

  Melinda Karya: Aisyah Rayya Amani Dua tahun terakhir ini, aku selalu duduk di kursi teras rumah. Menikmati sejuknya angin pagi sembari menyesap secangkir teh hangat buatan Ibu. Aku selalu suka melihat bunga-bunga yang Ibu tanam di dekat pagar. Tak lupa juga rerumputan yang selalu basah karena embun pagi yang dingin. Bunga dan rerumputan ini yang menjadi semangat pagiku untuk terus berlama-lama duduk di teras rumah. Kegiatan ini aku lakukan sejak matahari terbit di ufuk timur hingga terbenam. Entah apa yang aku lakukan, tapi aku mencintai Melinda. Aku sering merutuki diri saat sedang bersantai di teras rumah. Menatap iba kaki kiriku serta tangan kananku yang buntung. Apa yang bisa dilakukan manusia cacat sepertiku? Berdiri saja tak bisa, apalagi untuk berjalan. Sedih sekali nasibku ini. Aku seperti manusia tak berguna yang lebih baik mati. Namun Ibu selalu saja menguatkanku untuk terus hidup demi dirinya. Tapi siapa yang peduli, aku hanya ingin terus hidup demi Melinda. Aku mengin...

SEKAR Edisi Mei 2024 | Luka di Persahabatan Karya Hana Diajeng Pratiwi

  Luka di Persahabatan  Karya: Hana Diajeng Pratiwi Dulu kita bagai dua sisi mata uang, Bersama arungi suka dan duka tanpa bimbang. Namun kini, awan kelabu menyelimuti, Persahabatan kita terluka oleh masalah pribadi. Kata-kata menusuk bagai belati, Meninggalkan luka di hati yang tak terperi. Kepercayaan yang terkikis bagai debu, Membuat jarak di antara kita semakin merindu. Oh, sahabatku, kemana perginya tawa dan canda? Mengapa amarah kini menjadi perantara? Aku rindu momen kebersamaan kita, Saat kita saling menguatkan di kala nestapa. Mungkinkah luka ini bisa diobati? Dapatkah kita kembali bersatu hati? Aku ingin persahabatan ini kembali terjalin, Membangun kembali jembatan yang telah rapuh dan berlinangin. Aku harap kau mengerti perasaanku ini, Bahwa aku masih ingin persahabatan ini. Mari kita duduk bersama, bicarakan dengan hati, Semoga luka ini segera terobati.

RESENSI BUKU BULAN APRIL 2024BUMI – TERE LIYE

RESENSI BUKU BULAN APRIL 2024 BUMI – TERE LIYE   Identitas Buku  Judul: Bumi Penulis: Tere Liye Tebal: 438 Halaman Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama Tahun Terbit: 2018 Cetakan: Ke-21 ISBN: 978-602-03-3295-6 Biografi Pengarang  Tere Liye yang memiliki nama asli Darwis ini, lahir pada tanggal 21 Mei 1979 adalah penulis dan akuntan berkebangsaan Indonesia. Setelah menyelesaikan studinya, Tere Liye bekerja sebagai seorang akuntan di sebuah perusahaan. Tere Liye memiliki ketrampilan dalam menulis novel berkat hobinya dalam menulis. Ia memulai debut kepenulisan pada tahun 2005 melalui novel Hafalan Sholat Delisa. Beberapa karyanya yang pernah diadaptasi ke layar lebar yaitu Hafalan Shalat Delisa, Bidadari-Bidadari Surga, Moga Bunda Disayang Allah, dan Rembulan Tenggelam di Wajahmu.  Selain mempunyai karya yang disukai pembaca, sosok Tere Liye sendiri bisa dibilang cukup misterius, sebab tidak seperti penulis kebanyakan, Tere Liye justru kerap menyembunyikan kehidupan pri...

RESENSI BUKU BULAN MEI 2024 KEAJAIBAN TOKO KELONTONG NAMIYA – KEIGO HIGASHINO

RESENSI BUKU BULAN MEI 2024 KEAJAIBAN TOKO KELONTONG NAMIYA – KEIGO HIGASHINO   Identitas Buku  Judul: Keajaiban Toko Kelontong Namiya Penulis: Keigo Higashino (Jepang) Pengalih Bahasa Indonesia: Faira Ammadea Tebal: 400 Penerbit: Gramedia Pustaka Utama Tahun Terbit: 2020 Cetakan: Ke-5 ISBN: 9786020648293 Biografi Pengarang  Keigo Higashino adalah seorang penulis asal Jepang yang lahir pada tanggal 4 Februari 1958. Ia merupakan seorang penulis yang telah menghasilkan banyak karya dan dikenal terutama karena novel-novelnya yang bergenre misteri. Higashino diketahui mulai menulis sejak masih di bangku sekolah menengah dan selalu meluangkan waktunya untuk menulis, seperti saat malam hari dan di akhir pekan terlepas dari kegiatannya untuk bekerja paruh waktu pada saat itu.  Pada tahun 2006, novelnya yang berjudul The Devotion of Suspect X (Pengabdian Tersangka X)  memenangkan  hadiah Naoki ke-134 setelah sebelumnya dinominasikan sebanyak lima kali. Tidak hanya ...

SEKAR Edisi Mei 2024 | Bayangan Di Taman Kenangan Karya Wanda Aziza

  Bayangan Di Taman Kenangan Oleh: Wanda Aziza Ia duduk di bangku taman, menatap hamparan bunga yang bermekaran. Angin sepoi-sepoi menggerakkan daun-daun, seolah berbisik pelan di telinganya. Namun, ia tidak mendengar suara angin itu. Yang terdengar hanya gema dari masa lalu yang terus menerus memanggilnya. Ia mengingat senyuman itu, senyuman yang pernah membuat dunianya terasa lengkap. Senyuman yang kini hanya menjadi bayangan samar di benaknya. Setiap kali ia mencoba melupakannya, kenangan itu selalu muncul kembali, menghantui setiap langkahnya. Hari itu, hujan turun dengan deras. Ia berdiri di depan rumah yang pernah mereka tinggali bersama. Dinding-dinding rumah itu penuh dengan kenangan. Di sudut ruang tamu, masih ada bekas tawa mereka. Di dapur, masih ada sisa-sisa aroma masakan yang dulu sering mereka nikmati bersama.  Namun, kini semuanya terasa hampa, hanya menyisakan luka yang tak kunjung sembuh. Ia teringat saat-saat indah ketika mereka berdua berlari di bawah hujan...

SEKAR Edisi Mei 2024 | Gantung Karya Puti Athirah

  Gantung oleh Puti Athirah Nak, bagaimana mimpimu yang kau gantung kemarin? Sudah keringkah dia? Sudah kerontangkah dia diludahi sang mentari dan dicemooh sang rembulan? Nak, bagaimana mimpimu yang kau gantung kemarin?  Sudah matikah dia? Jika sudah, segera dikubur Jika sudah, jangan ditangisi terus Bisa habis air matamu

SEKAR Edisi Mei 2024 | Meneguk Segelas Kopi Melahirkan Ragam Imajinasi Karya Moh. Nasiruddin

  Meneguk Segelas Kopi Melahirkan Ragam Imajinasi Oleh: Moh. Nasiruddin* kali ini, ini kali hari ini, ini hari saat ini, ini saat ku mantapkan hati untuk belajar dan berguru kepada kopi di antara pahit dan manisnya di antara pekat dan hambarnya di antara bening dan hitamnya yang mengundang akal  untuk merangkai segala keadaan dari hidup yang serba keberpihakan hidup adalah pilihan tidak memilih untuk hidup juga termasuk pilihan merasakan adalah keharusan keadaan adalah pencapaian sehingga mati menjadi keniscayaan. menangis, bersedih, berduka dan bahkan putus asa menjadi pilihan dari hidup yang merasa bahwa dirinya tak punya kuasa  untuk menganggap dirinya lebih bermakna Tersenyum, tertawa, gembira, seraya bersukaria pun menjadi pilihan dari hidup yang istimewa karena dirinya menjadi bisa  dalam menghadapi segala mara bahaya di dalam rintangan dan tantangan yang menimpa hidupnya Semua itu terramu dalam racikan segelas kopi Alih-alih memaknai tegukan aroma sensasinya s...

SEKAR Edisi Mei 2024 | Mahasiswa Rantau Karya Ainun Mardiyah

Mahasiswa Rantau oleh: Ainun Mardiyah Dalam kisah yang panjang dan berliku Kita berjalan, berjuang, dan berkorban Dari kota ke kota, dari negeri ke negeri Kita mencari ilmu, mencari masa depan Dengan jiwa yang keras dan hati yang tulus Kita menghadapi tantangan dan rintangan Dengan semangat yang tinggi dan keyakinan yang kuat Kita menempuh perjalanan yang panjang dan berliku Dalam setiap langkah, kita menemukan diri Dalam setiap perjuangan, kita menemukan masa depan Dengan ilmu yang diperoleh dan pengalaman yang didapat Kita menjadi lebih kuat dan lebih berani Dengan perjuangan yang panjang dan berliku Kita menemukan masa depan yang lebih baik Dengan ilmu yang diperoleh dan pengalaman yang didapat Kita menjadi lebih kuat dan lebih berani  

SEKAR Edisi Mei 2024 | Pergi Tanpa Pamit Karya Octafia Rahmadani

  PERGI TANPA PAMIT Karya: Octafia Rahmadani   Malam berganti pagi, dan sinar mentari mulai menyapa permukaan bumi. Aku masih duduk di tepi jendela, menatap langit yang kini berwarna biru cerah. Hampa di dalam dada terasa mengalir seperti air. Berdiri tanpa memegang tiang dan terus berjalan tanpa arah merupakan hal pertama yang kurasakan saat menjadi dewasa. Abur namaku. Hilang terkubur dan kabur adalah tabiatku. Semakin bertambahnya umur, aku bisa melihat perubahan dalam diriku maupun lingkup pertemananku. Semuanya seakan hilang , bahkan pergi tak tentu dibalik pungguk batu. "Aku takut, sungguh takut," ucapku pada diriku sendiri, namun kali ini dengan suara yang lebih mantap. Dengan langkah perlahan, aku bangkit dari tempat dudukku dan menghadapi cermin di dinding kamarku. Aku memandang diriku sendiri. “AKHHH SAKITTT, APA YANG SELAMA INI AKU LAKUKAN DI DUNIA TUHANN… MENGAPA HATIKU RASANYA REMUKK SAAT INI.” Aku menangis sejadi-jadinya sampai terkulai lemas tak berdaya.  ...