Ada Aku yang Lain I Devita Syafa Adisti Putri
IDENTITAS PENULIS
Nama
: Devita
Syafa Adisti Putri
Divisi
: Literasi
Jenis : Cerita Pendek
ADA AKU YANG LAIN
Malam
itu hujan turun dengan derasnya. Di rumah itu, Hyun merintih kesakitan sampai
terjatuh di lantai. Ia ingin mengambil botol obatnya yang ada di atas meja,
tapi tak bisa ia gapai. Hyun tergeletak di lantai tidak sadarkan diri. Tak lama
kemudian ia bisa berdiri dengan tegak dan menghadap ke sebuah kaca. Ia
tersenyum menyeringai disertai kilapan warna ungu di matanya. Hyun berubah
menjadi seseorang yang berbeda.
Ia
keluar malam itu memakai jaket, topi berwarna hitam, dan tas ransel. Saat
berjalan, ia tidak sengaja ditabrak oleh orang yang sedang mabuk.
“Hey
kau! Apakah kau tidak bisa berjalan? Kau baru saja menghalangi jalanku! Kenapa
kau diam saja, bedebah?! Jawab aku!” katanya.
Kemudian
Hyun memukul orang itu sampai tak bisa berkutik. Wajah orang itu dipenuhi oleh
darah yang mengalir dari pelipisnya.
“Kau
berurusan dengan orang yang salah hari ini!” ujar Hyun saat akan berjalan
kembali.
Sahabat
Hyun, Chan sedang menelepon Hyun sambil menyetir mobil. Ia terlihat cemas
memikirkan Hyun.
Nomor
yang Anda tuju sedang tidak aktif...
“Kemana
saja dia ini, ku telepon dari tadi tidak aktif terus ponselnya. Semoga saja
mereka tidak keluar.”
Terlihat
di sebelah jok mobil Chan terdapat laporan medis mengenai penyakit D.I.D
(Dissociative Identity Disorder) atau disebut juga kepribadian ganda. Tidak
lama kemudian Chan melihat seseorang yang mirip Hyun di pinggir jalan. Ia pun
langsung menghentikan mobilnya di pinggir jalan kemudian turun menghampiri
seseorang yang mirip Hyun. Chan berhasil menghampiri seseorang itu, setelah
dilihat orang itu bukan Hyun. Chan meminta maaf karena dia salah orang. Chan
mencoba mengatur nafasnya yang terengah-engah itu. Ia mengeluarkan ponsel dari
celananya dan mencoba menelepon Hyun lagi tetapi nomornya tetap tidak aktif.
Akhirnya ia memutuskan untuk menelepon seseorang yang ia kenal dengan panggilan
“Medusa”.
***
Hyun
tiba di area pabrik yang sudah tidak beroperasi lagi. Ia masuk ke bangunan
besar yang terbengkalai itu. Sesampainya di sebuah ruangan yang cukup menyeramkan,
ia meletakkan tasnya di bawah dan mengeluarkan benda tajam, senjata api, dan
tali. Barang-barang itu diletakkan di sebuah meja dan melakukan sesuatu di
dalam ruangan itu. Setelah selesai,. Hyun mengeluarkan selembar foto dari
jaketnya dan memandangi foto itu. Di foto itu ada gambar sosok pria yang
berusia sekitar lima puluh tahun ke atas.
“Sepertinya
sekarang ini adalah waktu yang tepat untuk kematianmu, orang tua” gumam Hyun
sambil tertawa menyeringai.
Hyun
melihat sekeliling ruangan itu sejenak. Ia melihat jam yang ada di tangannya
mengarah ke pukul sepuluh malam, lalu ia pergi lagi dengan tas ranselnya. Ia
berjalan keluar dari area pabrik itu dengan tenang. Tak lama kemudian ia
menaiki taksi.
“Mau
ke mana pak?” tanya si sopir taksi.
“Bawa
aku ke kantor Hana Food sekarang” kata Hyun.
“Baik
pak”
Taksi
itu membawa Hyun ke kantor Hana Food. Apa yang akan dilakukan Hyun sebenarnya?
Sementara
Chan berhenti di sebuah restoran Cina lalu masuk ke dalam restoran itu.
Sepertinya itu bukan restoran Cina biasa. Di restoran itu tampak banyak
orang-orang seperti preman sedang makan semangkuk mi kuah yang hangat. Chan
masuk ke dalam restoran itu. Seorang pelayan datang menghampirinya.
“Medusa”
kata Chan.
“Dia
ada di dalam” jawab si pelayan.
Chan
masuk ke dalam dapur itu, lalu menggeser pintu rahasia yang ada di dalam dapur
restoran itu. Orang yang dijuluki “Medusa” ada di dalam ruangan itu. Medusa
adalah senior Chan saat sekolah SMA dulu. Chan meminta bantuan kepada Medusa
untuk melacak keberadaan Hyun. Medusa menyanggupi permintaan juniornya itu.
Lalu ia bertanya tentang pelanggan Medusa yang menyeramkan seperti preman.
Medusa menjawab bahwa preman-preman itu sering makan di restorannya karena
harganya yang cukup pas di kantong mereka dan tempat makan yang paling dekat di
markas mereka. Medusa mencoba melacak keberadaan Hyun dari ponsel Hyun. Tapi
lokasi terakhir yang di dapatnya yaitu di rumah Hyun sendiri.
“Sepertinya
dia cukup pintar. Ia mematikan ponselnya terakhir kali di rumahnya agar tidak
ada yang tahu keberadaannya. Lokasi GPS yang ada di jam tangannya pun juga ada
di rumahnya” kata Medusa.
“Apakah
semua alat pelacak yang kau beri itu menunjukkan lokasi yang sama?” tanya Chan.
“Iya
sama semua”
Chan
menghela nafas. Kali ini dia gagal mendapatkan informasi keberadaan Hyun.
Firasatnya menunjukkan bahwa Hyun berubah menjadi orang lain karena tidak
seperti biasanya ia tidak bisa dilacak. Akhirnya Chan pergi dari tempat Medusa
dan mencari Hyun lagi.
***
Waktu
menunjukkan pukul dua belas malam. Hyun berdiri di depan kantor Hana Food. Dari
bawah ia memandangi jendela ruangan yang
lampunya terlihat sedang menyala di lantai empat. Tanda bahwa ada orang yang
belum pulang malam itu. Hyun mengeluarkan pisau kecil dari tasnya lalu
menaruhnya di saku jaketnya. Dan juga ia memakai maskernya dan berjalan menuju
kantor itu. Saat mau masuk ia dihadang oleh petugas keamanan yang sedang ada di
sana. Hyun melawan petugas keamanan itu, dengan santai ia menangkal serangan
dari petugas keamanan itu lalu ia melayangkan tinju mautnya kepada petugas
keamanan itu. Akhirnya Hyun bisa lolos dari petugas keamanan itu lalu menaiki
lift menuju lantai empat. Di sana ia menemukan ruangan pengawas CCTV. Ia
menghapus seluruh rekaman saat ia memasuki kantor itu lalu mematikan semua CCTV
yang ada di kantor itu. Setelah selesai, ia berjalan menuju ruangan yang
lampunya masih menyala tadi. Ruangan itu adalah ruangan presdir. Ia memasuki
ruangan presdir. Ruangan itu kosong tidak ada seorangpun. Hyun mengetahui bahwa
presdir pasti sudah melarikan diri saat tahu ada situasi kacau di bawah. Hyun
segera pergi dari sana karena mereka pasti sudah melaporkan kejadian itu ke
kantor polisi. Rencana Hyun kali ini gagal.
“Sial!
Bajingan itu sudah pergi dari sini” gumam Hyun.
Chan
mendapat kabar dari temannya bahwa kantor Hana Food diserang oleh seseorang tak
dikenal. Chan langsung memutar arah mobilnya menuju kantor Hana Food. Chan
berharap bahwa orang itu bukan Hyun. Sesampainya di sana, ia menemui temannya
yang merupakan petugas keamanan yang tadi dipukul Hyun. Teman Chan mengatakan
bahwa seseorang yang memakai jaket, topi, masker, dan tas ransel hitam itu
masuk ke lantai dasar. Seseorang itu tampak mencurigakan akhirnya petugas
keamanan menghadangnya, karena terlalu kuat akhirnya petugas keamanan yang jaga
malam itu pun gagal menghadangnya. Chan bertanya tentang rekaman CCTV saat
kejadian itu, teman Chan menjawab bahwa rekaman itu sudah hilang.
“Orang
itu sangat hebat sekali, dia bisa melumpuhkan semua petugas keamanan yang ada
di sini. Aku pun mengakui teknik bela dirinya sangat baik.” kata teman Chan.
“Ciri-ciri
orang itu bagaimana?” tanya Chan.
“Dia
agak tinggi, agak kurus tapi kuat, lalu putih. Hanya itu yang ku tahu karena
dia memakai masker” cerita teman Chan.
Dari
ciri-ciri itu, Chan mengambil kesimpulan bahwa orang itu adalah Hyun tetapi
perilakunya bukan seperti Hyun.
“Jangan-jangan
Joseph” kata Chan lirih.
“Apa?”
tanya teman Chan.
“Tidak,
bukan apa-apa. Apakah presdir baik-baik saja?”
“Ya
beliau untungnya baik-baik saja karena dia sudah pergi dari kantor saat
kejadian” jawab teman Chan.
Chan
pun pergi dari kantor Hana Food. Ia menebak bahwa kepribadian Hyun yang lain
telah keluar dan merencanakan suatu hal. Chan pun pergi ke rumah Hyun untuk
melihat kondisi rumah Hyun. Sesampainya di sana, ia melihat kondisi rumah Hyun
cukup kacau. Pecahan kaca berserakan di lantai rumahnya, benda-benda tajam
berserakan di dapur. Chan berpikir bahwa telah terjadi sesuatu di rumah Hyun.
Kembali
lagi ke Hyun. Hyun bersembunyi di suatu tempat yang agak gelap. Kali ini bukan
pabrik terbengkalai yang ia kunjungi sebelumnya. Di depannya ada sebuah pecahan
kaca.
“Bagaimana
Hyun kali ini aku gagal lagi. Apakah kau bahagia jika aku gagal? Kau bahkan
lebih bodoh dari aku. Kau juga seorang pengecut, menghadapi iblis itu saja tidak
berani” gumam Hyun.
Hyun
memecahkan kaca itu dan mengambil pecahan kaca lalu digoreskan ke lengannya
sampai darah yang mengalir cukup banyak. Tiba-tiba Hyun merasa pusing, sama
seperti kejadian sebelumnya. Ia pingsan di tempat itu.
***
Keesokan
harinya Hyun terbangun dari tidurnya. Hyun memegangi kepalanya yang terasa
sakit itu, tiba-tiba ia terkejut melihat tangannya mendapati luka goresan yang
cukup panjang dan bekas darahnya. Ia melihat sekelilingnya, tempat itu terasa
asing baginya. Hyun agak ketakutan dan segera melarikan diri dari tempat itu.
Saat berjalan ia tidak sengaja menabrak seorang wanita yang sedang mengangkat
kotak. Kotak itu roboh dan wanita itu agak terhuyung-huyung jalannya. Hyun
segera menolong wanita itu dan meminta maaf, wanita itu terkejut melihat tangan
Hyun yang terluka. Ia pikir luka itu didapatinya saat menabraknya. Wanita itu
bingung apa yang harus dilakukannya. Hyun menenangkan wanita itu dan
menjelaskannya bahwa luka itu didapatinya bukan karenanya melainkan dari
kecerobohannya sendiri. Wanita itu bernafas lega karena luka itu bukan
karenanya, tetapi ia kasihan melihat keadaan Hyun. Akhirnya wanita itu mengajak
Hyun ke tokonya untuk mengobati luka Hyun. Awalnya Hyun menolak, wanita itu
terus membujuk Hyun sampai Hyun mau diobati.
"Bagaimana
kau bisa mendapat luka sebesar ini di tanganmu? Bukankah ini pertanda
buruk?" tanya wanita itu.
"Ah
aku tidak ingat apa-apa semalam mungkin karena mabuk. Ah.. ngomong-ngomong
apakah kau tinggal di sekitar sini?" kata Hyun.
"Iya, sebenarnya aku tinggal di atas toko ini"
jawab wanita itu.
“Berapa
banyak pelanggan yang biasanya datang ke sini setiap harinya?” tanya Hyun kali
ini.
“Mereka
jarang ke sini. Toko ini selalu sepi, akupun juga bingung apakah aku harus
menutup toko ini atau tidak” cerita wanita itu dengan sedikit sedih.
“Ah...
maafkan aku jika itu membuatmu menjadi sedih.”
“Tidak
apa-apa, lagipula faktanya memang seperti itu jadi santai saja, hehehe...” ucap
wanita itu dengan tersenyum manis.
Sepertinya
Hyun agak tertarik dengan wanita ini. Wanita itu baik, ceria, dan cantik di
mata Hyun. Lalu Hyun berterina kasih karena pertolongan wanita itu dan pamit
untuk pergi. Dalam perjalanan Hyun mencoba untuk mengingat kembali kejadian
sebelun ia tertidur hari ini. Perlahan-lahan ia coba ingat kembali, dan
akhirnya ingat bahwa terakhir kali ia terjatuh di lantai saat mengambil botol
obat di meja. Hyun tampak terkejut bahwa kepribadiannya yang lain pasti telah
melakukan sesuatu yang tidak dia inginkan. Ia meraba-raba tubuhnya mencari
ponselnya, tapi tidak ada. Hyun menghentikan taksi di pinggir jalan dan pulang
ke rumahnya.
Sesampainya
di rumah, Hyun terkejut melihat rumahnya berantakan. Tidak lama kemudian keluar
Chan dari dapur mengenakan celemek dan memegang penyedot debu layaknya asisten
rumah tangga. Dengan reaksi terkejut ala drama korea, mereka berpelukan erat
seperti sepasang kekasih yang lama terpisah. Suasana romantis yang
dilebih-lebihkan itu hanya bertahan sampai sepuluh detik saja, setelah itu Chan
mulai menceramahi Hyun.
“Kau
dari mana saja, bodoh?! Kau tahu betapa frustasinya aku mencarimu keliling
kesana kemari” omel Chan.
“Hei
bagaimana aku tahu, mereka keluar kemarin saat aku jatuh pingsan”kata Hyun.
“Dugaanku
yang keluar adalah Joseph” tebak Chan.
“Kenapa?”
“Kemarin
malam sepertinya dia datang mengunjungi Hana Food untuk menemui presdir, karena
balas dendamnya belum terselesaikan. Tapi yang paling aneh adalah kenapa
tanganmu dibalut perban? Apa dia melakukan sesuatu kepada seseorang?”
“Entahlah,
saat aku terbangun tangan ini sudah terluka.”
Setelah
melakukan obrolan singkat itu, mereka membersihkan rumah bersama-sama. Saat
membersihkan rumah, tiba-tiba bel rumah berbunyi. Hyun keluar untuk melihat
siapa yang datang. Ternyata ada kiriman paket tanpa nama. Awalnya Hyun
ragu-ragu untuk menerimanya, tapi karena penasaran ia menerima paket itu. Saat
dibuka paket itu ternyata berisikan obat bius yang khusus menggunakan resep
dokter. Hyun heran siapa yang mengirim obat bius itu kepadanya. Hyun meletakkan
paket itu ke dalam gudang yang ada di sebelah rumahnya, lalu kembali lagi
membersihkan rumahnya. Chan bertanya siapa yang datang, lalu Hyun menjawab
bahwa pengantar paket yang datang ke rumahnya. Ia juga bercerita tentang paket
aneh itu kepada Chan. Chan menduga hal itu pasti ulah kepribadian Joseph dari
kemarin. Chan juga menduga bahwa kepribadian Joseph memiliki rencana untuk
melakukan sesuatu kepada presdir. Chan berpesan kepada Hyun agar selalu
hati-hati dan Chan juga menyampaikan bahwa laporan medis Hyun dari dr. Shin ada
di meja kamarnya. dr. Shin adalah dokter yang merawat Hyun saat Hyun mengetahui
bahwa ia menderita penyakit kepribadian ganda. dr. Shin yang menolong Hyun
mengatasi penyakitnya sampai sekarang ini.
Malamnya
Hyun tertidur di sofa ruang tengahnya. Hyun bermimpi tentang masa lalunya. Di
dalam mimpinya Hyun kecil berlari saat hujan turun. Ia seperti dikejar
seseorang. Ia berlari dengan ketakutan di tengah hujan yang deras. Ia berlari
sampai di suatu tempat yang agak gelap. Hyun kecil berhenti sejenak sambil
mengatur nafasnya yang terengah-engah. Tiba-tiba ia mendengar langkah kaki
seseorang yang misterius, Hyun kecil tampak ketakutan. Seseorang yang misterius
itu menangkap Hyun. Hyun kecil berteriak. Dan saat itu juga Hyun langsung
terbangun dari tidurnya. Nafasnya terengah-engah dan keringat bercucuran
banyak, ia mencoba untuk menenangkan diri dengan meminum segelas air putih.
Setelah menenangkan diri, ia kembali tidur. Tapi Hyun tidak bisa tidur, ia
seperti gelisah karena mimpinya itu. Karena tidak bisa tidur, Hyun membuka buku
album foto masa kecilnya. Di buku album foto itu, terdapat foto mendiang ibunya
sedang tersenyum lebar. Hyun menatap lama foto itu sampai tidak sadar bahwa ia
telah meneteskan air matanya. Terlihat dari mata Hyun betapa dalamnya rasa
kasih dan sayang kepada mendiang ibunya itu.
“Ibu,
apakah ibu baik-baik saja di sana? Aku di sini merasa tidak baik, apa yang
harus aku lakukan ibu?” gumam Hyun.
***
Hyun
tidak bisa tidur hingga keesokan harinya. Saat selesai mandi ia becermin,
terlihat kantung mata Hyun menghitam. Hyun resah dengan penampilannya itu. Ia
mengoleskan krim penghilang kantung mata berharap agar kantung matanya yang
hitam itu kembali normal, karena hari ini Hyun berencana pergi ke taman dekat
rumahnya untuk mencari udara segar. Penampilannya adalah harga dirinya,
kira-kira seperti itu motto hidup Hyun. Dengan berpakaian kasual ala aktor film
korea ia pergi dengan langkah yang ringan.
Hyun sangat menikmati udara segar di
taman itu. Sinar matahari bersinar dengan terang, bunga-bunga yang ada di taman
itu pun bermekaran dengan indahnya, kupu-kupu terbang dengan saling mengejar
satu sama lain, burung-burung berkicau dengan merdu di atas pohon. Pemandangan
di taman itu sangat bagus. Tidak sedikit orang mengambil foto selfienya hari
ini di taman dan mengunggahnya di sosial medianya masing-masing. Pandangan Hyun
terhenti di sebuah bunga lili berwarna putih yang tumbuh agak tinggi dari yang
lain. Bunga itu merupakan bunga kesukaan mendiang ibunya. Hyun mendekati bunga
itu dan memegang lembut mahkota bunga itu. Saat menoleh ke seberang taman bunga
lili itu, ia melihat ada seorang ibu dan anaknya sedang berjalan-jalan kemudian
si anak memetik satu tangkai bunga mawar berwarna merah muda itu kepada sang
ibu. Sang ibu tersenyum dan memeluk anaknya dengan penuh kasih sayang. Setelah
melihat kejadian itu, Hyun jadi teringat akan kenangan masa lalu dengan
mendiang ibunya saat kecil. Kenangannya persis dengan kejadian yang ia lihat di
taman sekarang ini. Hyun jadi merindukan mendiang ibunya saat ini, bahkan rasa
rindunya jauh lebih besar dari kemarin. Hyun memetik bunga lili berwarna putih
tadi lalu ia memutuskan untuk pergi ke rumah abu mendiang ibunya itu untuk
melepas rasa rindunya. Di rumah abu itu, Hyun sempat meneteskan air matanya
sambil memandang foto mendiang ibunya yang dipajang di sebelah guci penyimpan
abu. Setelah itu ia menaruh bunga lili yang dibawanya di sebelah foto mendiang
ibunya.
***
Chan
memasuki sebuah kafe, di sana ia bertemu dengan seorang lelaki berumur sekitar
lima puluh tahunan menggunakan jas hitam. Chan datang menghampiri laki-laki itu
lalu menyapanya. Rupanya lelaki itu adalah presdir perusahaan Hana Food.
"Ah...
presdir Anda sudah datang terlebih dahulu. Maaf karena saya datang
terlambat" sapa Chan.
"Tidak
apa-apa, aku masih belum lama di sini. Duduklah. Bagaimana keadaan Hyun di
Amerika saat ini? Apakah dia baik-baik saja?" tanya presdir.
"Ya
pak, dia baik-baik saja di sana" jawab Chan dengan sedikit terkejut.
"Begini,
saat ini aku membutuhkan Hyun untuk bekerja di perusahaan. Menurutku, sudah
saatnya dia mengabdi ke perusahaan. Dia sudah cukup dewasa untuk mengambil
keputusan. Oleh karena itu, di sini aku meminta bantuanmu untuk mengurus Hyun
pindah ke sini. Bawa dia pulang, katakan ini adalah perintah ayahnya"
tegas presdir.
Ternyata
presdir perusahaan Hana Food itu adalah ayah Hyun.
"Ee...
pak ini hal yang cukup berat, tetapi..." kata Chan agak ragu.
"Bagaimanapun
caranya tolong bawa dia pulang. Lagi pula kau sahabatnya kan?" sela ayah
Hyun
Chan
diam sebentar lalu menjawab, "Baik pak akan saya lakukan."
"Terima
kasih banyak Chan karena kamu telah membantu saya" kata ayah Hyun sambil
tersenyum lalu pergi meninggalkan kafe itu.
Chan
menghela nafas panjang, lalu ia menelepon Hyun. Hyun mengangkat telepon itu.
Lalu Chan menceritakan tentang pertemuannya dengan ayah Hyun. Hyun terkejut
dengan kabar yang diberi oleh Chan. Hyun bingung masalah apa lagi yang akan
menimpanya saat ini. Ia takut jika
ayahnya tahu bahwa ia menderita penyakit kepribadian ganda. Hyun memutuskan
untuk menyuruh Chan untuk datang ke rumahnya sekarang untuk membicarakan
masalah ini. Hyun akhirnya pulang dari rumah abu itu.
Sesampainya
di rumah Hyun, mereka membicarakan masalah itu. Hyun bertanya-tanya mengapa
ayahnya melakukan itu dan juga ia cukup tidak dekat dengan ayahnya semenjak
kepergian mendiang ibunya. Chan berpendapat bahwa Hyun menuruti sebaiknya
menuruti keinginan ayahnya saja. Hyun menjawab hal itu bisa saja akan memancing
kepribadian Joseph keluar jika ia berada di sekitar ayahnya. Chan menghela nafas
lagi, lalu pergi menuju kulkas dan mengambil sebotol air minum. Chan kembali
duduk di ruang tengah, ia memberi saran kepada Hyun bahwa sebaiknya sekarang
ini adalah waktu yang tepat untuk menenangkan pikiran dengan menonton drama
korea di televisi dan baru setelah itu bisa mendapat solusi dari masalah
tersebut. Hyun pun setuju dengan saran Chan, ia langsung menyalakan televisi
dan melihat drama korea yang berjudul Guardian: The Lonely and Great God.
Hmm... ide yang diberikan oleh Chan ini cukup menarik.. Drama tersebut
menceritakan sosok goblin yang mencari pengantinnya lebih dari 900 tahun agar
bisa mencabut pedang yang menancap di dadanya. Dalam waktu kurang dari lima
menit saja mereka sudah terbawa alur cerita drama itu dan menjadi baper. Chan
yang cukup emosional saat menonton pun meneteskan air matanya walaupun sedikit.
Setelah selesai menonton drama korea itu mereka kembali membahas masalah tadi.
Menurut Chan satu-satunya cara adalah menuruti ayah Hyun agar tidak curiga
terhadap Hyun. Hyun berpikir agak lama, mau tidak mau ia harus melakukan itu
daripada ayahnya lebih curiga kepada Hyun.
***
Satu minggu kemudian Hyun datang ke
rumah ayahnya untuk mengunjungi ayahnya dengan berpakaian rapi dan membawa
sedikit oleh-oleh untuk ayahnya. Ia berakting seperti sudah pulang dari
Amerika. Ayah Hyun bertanya tentang sekolah Hyun saat di Amerika, kegiatan yang
dilakukan Hyun sehari-hari saat di Amerika sambil menikmati hidangan yang sudah
disiapkan di meja makan. Hyun berbohong kepada ayahnya tentang sekolah dan kehidupannya
di Amerika. Setelah mereka selesai makan, ayah Hyun mulai berbicara serius
dengan Hyun.
“Hyun,
kamu sudah dewasa saat ini dan aku sudah mulai lemah untuk menjalankan
perusahaan. Akan lebih baik jika kamu yang menggantikan posisiku nantinya. Tapi
itu agak mustahil jika kamu ku letakkan langsung di posisi presdir. Oleh karena
itu ayah akan mempekerjakan kamu harus memulai dari posisi yang rendah, yaitu
sebagai manajer bagian produksi. Posisi itu sekarang kosong “ kata ayah Hyun.
“Kenapa
ayah buru-buru sekali lagi pula aku cukup tidak tertarik dengan perusahaan”
jawab Hyun.
“Ayah
tidak buru-buru. Ayah malah mempersiapkan ini semua agar kamu bisa beradaptasi
nantinya. Kali ini kamu harus menuruti permintaanku, kamu satu-satunya
penerusku. Oh ya ayah juga berharap mulai minggu depan kamu sudah bisa bekerja
di kantor” jelas ayah Hyun.
Lalu
sekretaris ayah Hyun memberikan dokumen-dokumen yang harus Hyun pelajari. Mata
Hyun terbelalak saat melihat tumpukan kertas
itu. Lalu menghela nafas panjangnya. Hyun bertanya kepada sekretaris
ayahnya, “Apakah aku harus mempelajari semua dokumen ini?” sekretaris ayah Hyun
menjawab dengan tegas, “Iya tentunya.” Rasa frustasinya mulai datang kepada
dirinya.
Kemudian
Hyun pergi untuk melihat-lihat rumah yang dulu pernah ia tinggali itu. Hanya
sedikit yang berubah dari rumah itu, hanya penataan ruangannya saja yang lebih
sederhana dibandingkan dulu. Hyun melihat-lihat rumah itu sambil mengingat
kenangan masa kecilnya. Berlarian ke sana kemari dengan membawa mainannya. Ia juga
melihat foto masa kecilnya bersama ayah dan ibunya dipasang di dinding. Senyum
bahagia mereka diabadikan pada saat itu. Hyun melihat halaman rumah itu dari
jendela rumah yang terletak tidak jauh dari bingkai-bingkai foto itu. Ia
teringat kenangannya saat pesta ulang tahunnya yang ke-5. Saat itu banyak
sekali teman-temannya yang datang ke pesta, balon-balon ulang tahun itu
menghiasi halaman rumah dengan indah. Hyun tersenyum mengingat kenangan masa
kecilnya.
Jam
dinding menunjukkan pukul satu siang, Hyun pamit pulang ke ayahnya. Ayahnya
bertanya di mana Hyun akan tidur nantinya, Hyun membohongi ayahnya dengan
menjawab bahwa sementara ini ia akan tinggal di rumah Chan. Ayahnya mempercayai
ucapan Hyun. Kemudian Hyun pergi meninggalkan dari rumah itu. Dalam perjalanan
pulang, Hyun mendapat telepon dari Chan.
“Kau
di mana Hyun?” tanya Chan.
“Aku
baru saja pulang dari rumah ayah” jawab Hyun.
“Kau
tidak punya rencana kan sekarang ini? Jika tidak, datanglah ke kafe M sekarang.
Aku yang traktir”
“Okeeyy...
aku ke sana sekarang.” Jawab Hyun dengan senang.
“Kalo
gratisan aja langusng deh” gumam Chan.
Hyun
segera menancapkan gas mobilnya menuju kafe. Memang hari begini siapa sih yang
tidak mau menolak gratisan.
Sesampainya
di kafe, mereka memesan makanan. Saat menunggu makanan datang, Chan menanyai
Hyun tentang pertemuannya dengan ayahnya tadi pagi. Hyun akhirnya menceritakan
pertemuannya dengan ayahnya. Ia juga menceritakan tentang berkas dokumen yang
diberi oleh sekretaris ayahnya, Hyun mengeluh tentang itu. Mendengar Hyun
mengeluh, Chan langsung menertawai Hyun seakan-akan mengejek Hyun. Hyun yang
mendengar tawa Chan langsung cemberut. Lalu Chan kembali bertanya apakah tidak
ada tanda-tanda “mereka” ingin keluar saat Hyun bertemu dengan ayahnya, Hyun
menjawab bahwa ia tidak merasakan tanda-tanda bahwa “mereka” akan keluar. Chan
merasa bahwa itu adalah hal yang aneh, Hyun pun setuju dengan pendapat Chan.
Tidak lama kemudian makanan mereka sudah datang di meja mereka. Mereka makan di
kafe itu sampai sore.
***
Satu
minggu kemudian.
Hyun
mulai bekerja di perusahaan ayahnya. Hari itu ia didampingi oleh sekretaris
ayahnya. Saat memasuki ruangan bagian departemen produksi, ia terkejut melihat
banyak karyawan yang menyambutnya hari ini. Hal itu membuatnya gugup sekaligus
berkeringat dingin, sekretaris ayahnya memberi kode kepada Hyun untuk
memperkenalkan diri.
“B...
b... baik semuanya saya akan memperkenalkan diri. S... s..s.. saya Hyun sebagai
manajer bagian produksi baru yang akan memimpin serta bertanggung jawab atas
departemen ini mulai sekarang, mohon bantuan dan kerja sama dari kalian
semuanya. Terima kasih.”
Semua
karyawan yang ada di sana bertepuk tangan dengan meriah menyambut manajer
mereka yang baru. Tak lupa juga Hyun bersalaman dengan semua karyawannya. Salah
satu karyawan menceletuk saat itu.
“Wah
bukankah lebih enak jika ada pesta penyambutan untuk manajer?”
Lalu
Hyun menjawab celetukan karyawannya.
“Aduh...
tidak usah repot-repot. Disambut seperti ini rasanya sudah cukup kok. Mari
menghemat uang saja.”
Sontak
hal itu membuat semua karyawan yang ada di sana tertawa.
Setelah
acara penyambutan itu selesai, semuanya kembali ke pekerjaannya masing-masing.
Hyun masuk ke ruangannya diikuti dengan sekretaris ayah Hyun. Sekretaris ayah
Hyun berkata bahwa saat ini ia akan menjadi sekretaris Hyun untuk sementara
karena ia masih mencari sekretaris untuk Hyun. Kemudian Hyun teringat dengan
wanita yang pernah menolongnya saat terluka, lalu Hyun bertanya ke sekretaris
ayah Hyun apakah ia boleh mencari sendiri seseorang untuk menjadi
sekretarisnya. Sekretaris ayah Hyun memperbolehkan hal itu dengan syarat orang
itu harus cekatan. Hyun pun menyanggupi syarat itu. Hyun ingin berbalas budi
kepada wanita itu karena sudah menolongnya saat terluka, di sisi lain ia juga
merasa kasihan bahwa toko yang dibuka wanita itu selalu sepi. Sekretaris ayah Hyun bertannya apakah Hyun
mempunyai seseorang yang ingin ia jadikan sebagai sekretarisnya, Hyun menjawab
iya. Lalu sekretaris ayah Hyun pamit untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Hyun
sendirian di ruangannya sekarang. Ia mencoba untuk menyelesaikan pekerjaannya
yang sudah menumpuk di mejanya, tapi yang ia lakukan hanyalah membolak-balik
kertas-kertas itu. Ia menaruh kertas itu lagi dan menghidupkan komputer yang
ada di situ. Hal pertama yang ia lakukan saat komputer itu hidup adalah bermain
solitaire, game andalan microsoft yang cukup populer dan yang terbaik. Saat
sedang asyik bermain game, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu ruangan
Hyun. Tanda bahwa seorang karyawan akan masuk ke dalam ruangan itu. Hyun
langsung meminimize game itu lalu menyuruh karyawan itu masuk. Setelah karyawan
itu masuk, ia menyerahkan sebuah laporan kepada Hyun. Karyawan itu menjelaskan
hal yang ada di laporan itu dengan secara rinci, sampai Hyun hanya mampu
menjawab “iya” saja kepada karyawan itu. Setelah karyawan itu pergi dari
ruangannya, Hyun langsung membuka laporan itu. Hyun hanya bisa menganga dengan
mata terbelalak saat melihat laporan itu. Mau tidak mau ia harus memeriksa
laporan itu dan berhenti bermain game.
“Lupakan
solitaire dan ayo bekerja!” ucap Hyun.
Hari
pertama Hyun bekerja berakhir sampai jam tujuh malam. Meskipun sudah pulang,
Hyun tetap membawa berkas-berkas itu ke rumahnya. Rasa lelah, lapar, dan kantuk
pun satu persatu datang menghampirinya. Hyun memutuskan untuk mandi terlebih
dahulu agar badannya segar setelah itu makan malam. Saat ia mandi, kepalanya
terasa sedikit pusing. Ia mengira bahwa kepribadian yang lain akan keluar malam
itu, jadi ia segera menyelesaikan mandinya lalu meminum obat untuk mencegah hal
itu terjadi. Jantungnya berdegup kencang dan merasa was-was. Hyun melakukan
olahraga kecil di rumahnya seperti jalan cepat dan push up. Di rasanya sudah
aman keadaannya, akhirnya Hyun makan malam. Saat ia makan, ia merasakan ada
sesuatu yang dilupakan. Lalu dia ingat bahwa setelah pulang dari kantor Hyun
akan mampir menemui wanita yang pernah menolongnya. Hyun menyesali hal itu
karena lupa. Tapi ia berencana akan menemuinya besok pagi saat akan pergi ke
kantor. Tidak lama ponsel Hyun bunyi. Ia mendapat telepon dari ayahnya. Hyun
mengangkat telepon itu. Ayahnya menanyakan tentang hari pertama Hyun bekerja di
kantor. Hyun menjawab semuanya baik-baik saja. Mereka saling bercakap-cakap di
sana mengenai urusan kantor.
Hari
berikutnya ia masih disibukkan oleh pekerjaan kantor. Berangkat ke kantor pukul
tujuh pagi dan pulang dari kantor paling lambat pukul delapan malam. Setiap
hari ia terus memeriksa laporan yang ia terima dari anak buahnya lalu
diserahkan kepada atasannya. Ayahnya terus memantau kinerja Hyun di kantor
melalui sekretarisnya. Dan kali ini Hyun
berhasil mempekerjakan wanita yang pernah menolongnya untuk menjadi sekretarisnya.
Wanita itu bernama Eun. Awalnya Eun menolak penawaran Hyun untuk menjadi
sekretarisnya. Karena segala sesuatu membutuhkan proses dan usaha, lama-lama
Eun akhirnya menerima tawaran Hyun.
***
Suatu
malam di rumah Hyun, Chan mengadakan pesta perayaan karena Hyun sudah mendapat
pekerjaan. Sebenarnya pesta ini sudah
terlambat untuk dirayakan. Dan Chan tetap membuat pesta itu menjadi
meriah meskipun yang merayakan hanya mereka berdua saja. Alat pemanggang sudah
disiapkan di atas meja ruang tengah. Daging, sosis, sayuran, dan minuman juga
sudah disiapkan. Akhirnya mereka mulai memanggang daging itu dan memakanya.
“Hyun,
bagaimana jika kita tambahkan alkohol. Makan daging tanpa minum alkohol kurang
seru sepertinya.”
“Kamu
gila ya? Besok aku masih harus bekerja. Buat yang sederhana saja, minuman
bersoda sudah cukup.”
“Dasar
penakut. Sedikit saja, ayo lah...” rayu Chan.
“
Hanya satu gelas kecil saja” jawab Hyun
Chan
menuangkan alkohol itu ke dalam gelas Hyun dan begitu pula sebaliknya. Dan
semakin lama mereka terus menuangkan satu sama lain sampai mabuk. Bicara mereka
pun juga ngelantur dan mata mereka tidak sanggup membuka. Akhirnya mereka
tertidur di ruang tengah itu, untung saja posisi panggangan sudah mati. Sungguh
keadaan yang kacau malam itu.
***
Keesokan
harinya Hyun bangun dari sofa. Ia menengok kanan kirinya sebentar lalu berjala
menuju kamar mandi. Tapi kali ini ada yang tidak beres dengan gerak-gerik Hyun.
Seperti bukan Hyun yang biasanya, gaya berjalannya pun berbeda. Setelah selesai
mandi ia berdiri di depan cermin, ia merapikan rambutnya.
"Ya
ampun lihatlah penampilannya, sungguh buruk sekali. Alangkah baiknya jika model
rambutnya seperti model rambutku. Nah... dimodel seperti ini kan terlihat
menarik. Haahh... Sudah lama aku tidak melihat wajah tampanku ini,
hehehehehe.... . Ryu kau memang yang paling tampan di antara mereka"
ucapnya dengan percaya diri.
Ternyata
ia bukan Hyun, melainkan Ryu yang merupakan kepribadian lain yang ada di tubuh
Hyun. Ryu merupakan sosok kepribadian yang paling menyebalkan dibandingkan
dengan Joseph. Rasa percaya diri yang terlalu tinggi, ceroboh, dan pembuat onar
yang luar biasa. Terbukti saat satu tahun yang lalu, ia membuat bom di dalam
penanak nasi di rumah Hyun untuk menjahili Chan. Untung saja bom itu tidak meledak
karena ia gagal membuat bom itu. Chan yang saat itu marah bukan main langsung
meninju Ryu. Serangan tinjunya itu membuat Ryu tidak keluar dari tubuh Hyun
sampai sekarang. Kemampuan terhebat dalam sejarah Chan saat itu tercetak dalam
ingatan Ryu. Akan lebih baik jika kejadian itu masuk dalam catatan Guinness
World Record.
Kembali
lagi ke masa sekarang. Ryu berpakaian santai sekarang dan bersiap-siap untuk
pergi. Tiba-tiba Chan bangun dari tidurnya, lalu menengok kanan kirinya juga
untuk mencari Hyun. Lalu ia berdiri mencari Hyun sambil berteriak, "Hyun!
Hyun! Di mana kau? Kenapa kamu tidak membangunkan aku?". Ryu menengok dari
pintu kamar dan ya... mata mereka saling bertemu. Chan terkejut, tampak sosok
dengan penampilan seperti itu tidak asing baginya.
"Sebentar
sebentar, aku merasa tidak asing dengan penampilan ini?" ucap Chan sambil
melihat Hyun dan mengucek-ngucek matanya.
"Aku
Hyun" Bantah Ryu.
"Tidak
kau bohong. Hyun tidak biasanya berpenampilan seperti ini. Kau pasti Ryu"
selidik Chan sambil mengendus-ngendus tubuh Ryu.
"Aku
jujur, aku Hyun."
“Kau
Ryu.”
“Tidak.”
"Cara
berbicaramu menandakan bahwa kamu itu Ryu. Berhentilah bercanda" bentak
Chan dengan mempersiapkan tinjunya.
Kebohongannya
terungkap, Ryu pun langsung lari begitu juga dengan Chan yang ikut berlari
juga. Mereka berkejar-kejaran di dalam rumah layaknya kartun tom and jerry, Ryu
yang menjadi Jerry dan Chan menjadi tom. Dan akhirnya Ryu pun tertangkap juga
oleh Chan.
"Senang
bertemu denganmu kawan, apa kau sudah merindukan tinjuku selama satu tahun ini?
Hah?!" ucap Chan sambil mencengkeram kerah baju Ryu.
"Ah..
Itu... Dengarkan aku sebentar. Aku baru saja bisa keluar. Kau tahu betapa
bahagianya aku bisa keluar dan bernafas lega. Aku bersyukur sekali saat
ini" jawab Ryu agak ketakutan.
"Baiklah
sudah cukup dengan sambutannya, mari kita sekarang melakukan penutupan
kawan" ucap Chan dengan tangan mengepal tanda bahwa ia siap untuk meninju
Ryu.
"Hei...
Hei... Hei...!!! Dengarkan aku dulu. Aku keluar dalam situasi seperti ini juga
akan menyampaikan hal yang penting untuk Hyun. Ini demi keselamatan Hyun dan
yang lain."
“Kau
jangan banyak alasan. Ayolah lebih baik kau ucapkan selamat tinggal.”
“Hei! Aku berkata jujur saat ini! Kali ini aku
membawa hal yang penting, sungguh!” ucap Ryu dengan yakinnya.
"Awas
kalau kau berkata omong kosong." Ucap Chan sambil menurunkan tinjunya.
"Haish...
aku aslinya ingin menyampaikan hal ini hanya untuk Hyun sendiri. Hah tapi
bagaimana lagi karena kau tidak percaya denganku. Akan ku bisikkan saja ya.
Sini mendekatlah" sambil mengisyaratkan tangannya kepada Chan.
Chan
mendekat ke Ryu.
"Jadi
begini..." ucap Ryu sambil berbisik dengan Chan.
"Apa?!"
ucap Chan dengan mata terbelalak. Ia merasa tidak percaya dengan apa yang
dibisikkan oleh Ryu.
Ekspresi
Ryu terlihat meyakinkan kali ini. Ia seperti mengatakan sebuah hal yang
penting. Melihat Chan yang sedang lengah, Ryu pun melarikan diri dari rumah
itu. Chan sadar Ryu sudah kabur ia langsung lari mengejarnya. Di depan rumah
Hyun, Eun sudah menunggu Hyun keluar dari rumahnya. Tak lama ia melihat Hyun
(kepribadian Ryu) lari dari rumah. Eun memanggilnya tapi tidak direspon,
kemudian Chan juga keluar dari rumah itu. Eun akhirnya bisa mencegat Chan.
"Maaf
pak, tapi kenapa beliau berlari seperti itu? Bukankah beliau harus bekerja
sekarang?"
"Ah
itu... sepertinya ia tidak bisa masuk bekerja hari ini. Dia mengalami stres
berat. Jadi maklumilah oke, daaa..." ucap Chan dengan nafas terengah-engah
lalu kembali lari lagi.
Sementara
Eun di sana masih kebingungan, ia berpikir jika Hyun stres berat mengapa dia
kejar-kejaran? Apakah itu metode terbaru untuk menenangkan diri? Yang pasti
setiap orang mrmpunyai cara sendiri untuk menenangkan diri dengan nyaman.
Kembali
lagi ke Chan dan Ryu. Mereka masih saling kejar-kejaran satu sama lain lalu
berhenti di tepi sungai. Keringat bercucuran dari tubuh mereka. Olahraga ini
cukup efektif untuk membakar lemak-lemak yang ada di tubuh mereka. Mereka
saling mengaku untuk menyerah. Lalu Ryu memohon kepada Chan untuk membiarkannya
keluar sebentar saja kali ini.
"Apakah
kau masih bersikeras tidak mau membantuku kali ini. Padahal aku sudah
menyerahkan semuanya" keluh Ryu.
"Hei!
Setelah dipikir lagi, info darimu masih kurang. Jadi wajar saja aku tidak
mengijinimu keluar saat ini. Situasinya sangat serius" sanggah Chan.
"Berapa
banyak yang harus ku katakan. Yang ku tahu hanyalah itu saja. Aku hanya
mengetahui sekilas, bukankah itu cukup meyakinkan?"
"Itu
masih diragukan."
"Huuuuuhhhhh.....
Hei aku tidak bohong tentang hal itu, sungguh. Aku mohon ijinkan aku kali
ini" sambil pasang muka melas.
"Ada
syarat yang harus kau penuhi."
"Apa
itu?"
"Berpura-puralah
menjadi Hyun. Karena dia harus bekerja."
"Kau
ingin aku menjadi dia? Dengan tampilan seperti dia? Hei kau tahu kan di antara
kami semua aku yang paling modis dan yang paling tampan. Soal penampilan aku
juaranya. Jadi aku menolak permintaanmu."
"Justru
kau yang paling menjijikkan!"
"Hei!
Kau kurang ajar!"
"Justru
kau yang kurang ajar. Jika tidak menurutiku akan kuberi salam perpisahan yang
manis sekarang juga."
"Santai
kawan tenanglah dulu. Baiklah aku akan melakukan ini secara terpaksa. Satu hari
saja oke."
"Begitu
selesai kau langsung pergi jangan muncul lagi."
Ryu
masih memikirkan keputusannya lagi untuk keluar selama berapa hari menjadi
Hyun. Chan yang melihatnya menahan raut muka jahilnya. Chan merasa sudah menang
kali ini. Lalu ia mengajak Ryu untuk pergi sarapan dan berbelanja untuk meredam
stres.
***
Keesokan harinya Ryu berpura-pura
menjadi Hyun di kantor. Gerak-geriknya diawasi oleh Chan. Jika ada sedikit
kesalahan yang dilakukan, Ryu langsung diomeli Chan selama sepuluh menit. Chan
juga berpesan kepada Eun, bahwa ia harus menjaga Hyun baik-baik karena otak
Hyun agak tidak beres. Chan tidak mengatakan bahwa itu adalah kepribadian Ryu
yang ada di tubuh Hyun. Ryu menjadi agak gugup saat ditinggal Chan. Lalu ia
memulai pembicaraannya dengan Eun. Dari pembicaraannya, Ryu terlihat kepo
terhadap kehidupan Eun. Sampai Eun bingung harus menjawab pertanyaan yang
menyinggungnya itu atau tidak. Tetapi tidak lama Ryu sadar bahwa ia sepertinya
terlalu kepo kepada Eun dan akhirnya mengakhiri pembicaraannya itu. Eun pamit
untuk menyelesaikan tugasnya yang belum selesai, Ryu pun mengijinkannya.
Setelah Eun keluar, Ryu langsung menelepon Chan. Ia berkata bahwa ia tidak
sanggup untuk melakukan ini semua dan meminta untuk behenti dari skenario ini,
ia menyerah dengan persyaratan yang diberikan Chan. Ia lebih memilih untuk
tidak muncul saat ini. Chan yang mendengar keluhannya hanya bisa tertawa geli dan
menuruti keinginan Ryu itu saat jam makan siang telah tiba nanti.
Saat
jam makan siang telah tiba, Ryu cepat-cepat keluar dari ruangannya. Bahkan
karyawan yang dilewatinya tadi measa heran dengan tingkah lakunya. Ryu
menelepon Chan untuk menanyakan posisinya. Chan menjawab bahwa mereka akan
bertemu di taman dekat kantor Hyun dan Chan dalam perjalanan menuju ke sana
sekarang. Sesampainya di taman Ryu berpesan kepada Chan untuk menyampaikan
informasi waktu itu kepada Hyun. Meskipun itu dibilang tidak akurat, tapi bisa
bermanfaat bagi keselamatan Hyun. Ryu agak sedih saat mengucapkan pesan itu,
Chan yang melihatnya juga ikut agak sedih. Chan pun akhirnya memukul Ryu. Tapi
yang terjadi adalah, Ryu belum menghilang. Chan memukulnya berkali-kali tapi
tetap saja Ryu belum pergi, Ryu yang merintih kesakitan meminta Chan untuk
berhenti.
“Hei
berhenti dulu! Kamu tidak tahu rasanya bagaimana. Aku akan pergi secara halus.
Kumohon hentikan” rengek Ryu.
“Lantas
aku harus apa?”
“Apa
kau tidak merasa bersalah memukulku? Lihatlah wajahku sudah ungu! Aku tahu kau
ingin aku pergi tapi tidak dengan cara seperti ini! Aku akan pergi seperti debu
yang terbang. Pergi secara halus” ucap Ryu dengan kesal lalu pergi meninggalkan
taman itu.
“Maafkan
aku, Ryu. Hei tunggu! Ryu maafkan aku!” ucap Chan sambil menahan tawa dan
mengejar Ryu.
***
Setelah kepribadian Ryu pergi, Hyun
akhirnya bisa kembali lagi. Ia menjalankan aktivitasnya seperti biasa. Chan
juga menyampaikan informasi yang didapatnya dari Ryu untuk Hyun. Setelah Chan
menyampaikan informasi itu, Hyun sedikit terpengaruh. Ia merasa cemas. Hyun
berkata hal itu bisa saja terjadi dan setelah dipikir-pikir dia memang cukup
tenang seperti merencanakan sesuatu. Chan meminta Hyun untuk ekstra hati-hati
saat ini. Ditambah pula kesehatan Hyun akhir-akhir ini tidak stabil bisa
memungkinkan terjadinya sesuatu. Chan juga menyarankan agar Hyun pergi
konsultasi ke dr. Shin secepatnya. Hyun mengiyakan saran dari Chan. Apa
informasi yang diberikan oleh Ryu itu sampai informasi itu penting sekali untuk
keselamatan Hyun?
Sesuai saran Chan, saat itu juga ia
mendatangi dr. Shin di rumah sakit. Kebetulan saat itu dr. Shin ada rapat, jadi
Hyun menunggu agak lama di ruangan dr. Shin. Setelah selesai rapat dr. Shin
masuk ke ruangannya, ia terkejut bahwa di ruangannya ada Hyun yang sudah
menunggunya. Hyun langsung berdiri dan berjabat tangan dengan dr. Shin.
“Oh...
ternyata Anda di sini dari tadi, maaf ya saya agak terlambat karena ada rapat.
Baru saja rapat itu selesai” ucap dr. Shin
“Tidak
apa-apa dokter, lagipula saya baru sampai kok” jawab Hyun sambil tersenyum.
“Anda
sudah lama tidak datang ke sini. Terakhir kali Anda datang sekitar tiga bulan
untuk periksa dan hasil laporannya Chan yang mengambilnya waktu itu, apakah
laporannya sudah Anda lihat?”
“Ya,
saya sudah melihatnya kok. Begini saya datang ke sini untuk konsultasi dengan
Anda, mungkin ini sedikit rumit.”
“Apa
itu?”
“Begini,
akhir-akhir ini keadaan saya agak tidak stabil. Mereka satu per satu keluar di
saat saya sedang lengah. Saya tidak tahu apa yang terjadi ke depannya, tapi
firasat saya menunjukkan akan terjadi sesuatu tidak lama lagi. Mereka tidak
seperti biasanya keluar dengan interval yang dekat. Dan juga sepertinya telah
melakukan sesuatu saat keluar. Beberapa waktu yang lalu saya menerima kiriman
paket yang isinya obat bius, saya merasa tidak memesan itu. Kepala saya sering
sekali pusing dan detak jantung kadang lebih cepat dari biasanya” curhat Hyun.
“Mendengar
tentang keluhan Anda sepertinya ada faktor yang mempengaruhi sepert tubuh yang
kelelahan, rasa cemas yang tinggi, dan pikiran yang kurang rileks. Mungkin
alangkah baiknya jika anda pergi berlibur. Tetapi jika tentang Joseph saya
pikir dia sudah merencanakan sesuatu di luar dugaan Anda, bisa saja terkait
dengan masa lalu Anda. Apakah Anda masih belum berani membuka pintu rahasia
masa lalu Anda itu? Rasa trauma dari masa lalu itu yang membuat kepribadian
lain terbentuk dan memungkinkan juga jika merekalah yang memegang kunci rahasia
itu.” Ucap dr. Shin panjang lebar.
Hyun
hanya bisa diam saja mendengar ucapan dr. Shin. Dan ucapan dr. Shin mengenai
masalah Hyun memang ada benarnya. Hyun berkonsultasi dan curhat dengan dr. Shin
sekitar dua jam lamanya di sana. Setelah selesai, Hyun pulang ke rumahnya. Dan
sesampainya di sana ia langsung istirahat agar tubuhnya terasa segar besoknya.
Di dalam tidurnya ia bermimpi
seperti berada di sebuah ruangan. Terdengar langkah kaki yang menghampirinya,
Hyun segera membalikkan badannya untuk melihat siapa yang datang. Rupanya yang
datang adalah Joseph. Joseph menghampiri Hyun lalu berbicara dengannya
seakan-akan memancing emosi Hyun saat itu. Hyun terlihat marah sekali dengan
Joseph, matanya terlihat merah dan tangannya mengepal dengan sangat kuat.
Karena tidak bisa menahan emosinya, Hyun meraih kerah baju Joseph dan meluapkan
semua emosi yang ia tahan di depan Joseph. Joseph hanya bisa tertawa dengan
penuh kelicikan di raut wajahnya seakan-akan ia meremehkan Hyun.
“Aku
akan mengakhiri semua ini bocah. Apa kau tidak muak dengan semua ini? Kau selama
ini hanya seperti seorang pengecut di sana. Akan ku perlihatkan kebenaran itu
padamu! Kau benar-benar seorang pengecut kelas kakap. Dan juga pengecut, kau
sudah mengantarkan sasaranku kali ini. Kau kadang cukup berguna juga ya” kata
Joseph lalu pergi meninggalkan Hyun dengan dinginnya.
Hyun
hanya bisa berteriak saat itu bahkan sampai menyumpahi Joseph. Tidak lama ia
terduduk lemas di sana dengan keringat bercucuran.
***
Kilas balik saat Ryu berbisik
tentang informasi yang ia peroleh kepada Chan. Ternyata informasi yang
diberikan oleh Ryu saat itu adalah tentang rencana Joseph untuk balas dendam
kepada ayah Hyun.
Aku
pikir sepertinya Joseph sedang merencanakan sesuatu kepada Hyun. Meskipun kami
berbeda kepribadian, banyak sedikit kami bisa memahami jalan pemikiran satu
sama lain. Joseph bisa memahahami dan menebak jalan pikir Hyun, begitu pula aku
bisa memahami jalan pikir Joseph dan Hyun. Hanya saja Hyun tidak mengetahui apa
saja yang mungkin kami lakukan kepadanya, ia tidak bisa memahami jalan pikir kami
lebih dalam.
Kilas
balik berhenti sampai di sini. Sekarang kita diperihatkan bahwa Joseph telah
keluar dari diri Hyun. Alasan ia menemui Hyun tadi adalah untuk membuat Hyun
menjadi down. Joseph terbangun seolah-olah penuh kemenangan. Terlihat dari tatapan
Joseph yang dingin itu bahwa ia telah menyimpan banyak dendam selama ini karena
kegagalannya. Ia juga mengetahui bahwa Hyun saat ini bekerja di perusahaan. Hal
ini membuat Hyun menjadi dekat dengan ayahnya, dan tentunya juga memudahkan
Joseph untuk melakukan balas dendamnya kepada ayah Hyun. Kali ini Joseph
benar-benar akan melancarkan balas dendamnya.
“Kau
sangat membantuku saat ini. Terima kasih kau sudah mendekat kepada ayahmu. Akan
kutunjukkan kebenaran selama ini, bocah” ucap Joseph sambil menatap wajahnya
sendiri di cermin.
Joseph
melihat ponsel Hyun yang tergeletak di meja, ia melihat daftar panggilan
terakhir yang ada di ponsel itu. Terlihat di daftar itu panggilan terakhir yang
diterima Hyun hanya nomor ayahnya, dan Chan saja. Joseph hanya bisa tersenyum
menyeringai melihat daftar itu dan ia menelepon ayah Hyun. Joseph ingin
menjebak ayah Hyun.
“Halo
ayah”
“Halo
Hyun, ada apa kamu meneleponku nak?”
“Ah...
begini, aku ingin mengajak ayah untuk jalan-jalan. Karena kupikir sudah lama
kita tidak menghabiskan waktu bersama setelah ibu meninggal. Aku merindukan
masa-masa itu. Bagaimana jika kita mengunjungi ibu dulu sebelum pergi
jalan-jalan? Apa ayah mau?” bujuk Joseph.
“Bagaimana
ayah menolak permintaanmu, ayah akan pergi sekarang. Sudah lama aku tidak
mengunjungi ibumu. Mari kita bertemu di rumah abu nanti.”
“Baik
ayah.”
Joseph
menutup telepon itu dengan senyum liciknya. Jebakannya berhasil. Lalu Joseph
teringat obat bius yang pernah ia beli. Tetapi ia tidak tahu di mana Hyun
menyimpan obat bius itu, Joseph mencari obat itu di dalam rumah tetapi tidak
ketemu. Ia berpikir Hyun akan menyimpan obat itu di gudang, setelah dicari di
gudang ia menemukan obat itu. Joseph bergegas pergi ke rumah abu.
Sesampainya
di rumah abu, ia berpura-pura menjadi Hyun. Senyum palsunya terlihat dari
bibirnya, kata-kata manisnya pun juga ikut dikeluarkan. Ayah Hyun tidak
menyadari bahwa itu adalah Joseph. Setelah selesai mengunjungi rumah abu itu mereka pergi ke suatu tempat.
Di dalam mobil, Joseph menawarkan sebuah minuman jus kepada ayahnya dan ayahnya
menerima itu lalu meminumnya. Tidak lama ayah Hyun tertidur di dalam mobil,
Joseph yang mengetahui itu berpura-pura membangunkan ayah Hyun untuk memastikan
bahwa ia tidak sadar. Setelah dirasa tidak sadar, Joseph merasa puas bahwa
rencananya telah berhasil, ia memutar arah mobilnya menuju ke tempat tujuan
yang sebenarnya.
Chan
datang ke rumah Hyun, ia mendapati rumah Hyun terkunci. Lalu ia menelepon Hyun.
Joseph mendengar ponsel Hyun yang
berdering, ia melihat bahwa Chan yang meneleponnya saat itu. Joseph menolak
panggilan itu, lalu mematikan ponsel Hyun. Chan yang mengetahui bahwa Hyun
menolak teleponnya merasa aneh. Ia mencoba meneleponnya lagi tetapi tidak bisa
karena ponsel Hyun sudah dimatikan. Kemudian ia menelepon Eun untuk menanyakan
Hyun.
“Halo”
ucap Eun mengangkat telepon.
“Halo
Eun, maaf jika mengganggu. Kalau boleh tau apakah Hyun saat ini mempunyai
jadwal rapat?” tanya Chan.
“Ah...
saya rasa beliau tidak memiliki jadwal rapat hari ini. Ia akan menghadiri rapat
pada hari Kamis.” jawab Eun
Chan
bertanya lagi, “Apa mungkin dia bersamamu sekarang ini?”
“Beliau
tidak bersama saya sekarang ini. Saya berada di luar kota sekarang.” Jawab Eun.
“Ah...
begitu ya. Baiklah Eun terima kasih atas informasinya ya.”
Chan
menutup teleponnya dan menghela nafas panjangnya, ia semakin curiga dengan hal
ini. Ia menduga bahwa ada sesuatu yang terjadi kepada Hyun saat ini. Akhirnya
Chan segera pergi mencari Hyun.
***
Di
sebuah ruangan yang agak gelap terlihat Ayah Hyun disekap di sana. Ia masih
belum sadar di kursi itu, badannya diikat oleh banyak tali dan mulutnya
disumpal oleh kain. Joseph berjalan mengelilingi ruangan itu sambil bersiul,
tidak lama kemudian ia duduk di depan ayah Hyun. Joseph bergumam, “Bukankah
sekarang ini dia sudah bangun?” lalu ia menepuk pipi ayah Hyun untuk
membangunkannya.
“Ayah...
ayah.... ayah... bangunlah sekarang” ucapnya sambil terus menepuk pipi ayah
Hyun.
Joseph
terus memandangi ayah Hyun itu. Tiba-tiba mata ayah Hyun terbuka sedikit demi
sedikit, Joseph melihat hal itu dengan senyum liciknya.
“Akhirnya
Anda bangun juga, ayah. Aku sudah membangunkan Anda dari tadi” ucapnya dengan
senyum palsu.
Ayah
Hyun terkejut dengan keadaannya. Ia meronta-ronta meminta untuk dilepaskan.
“Ah...
aku lupa, ayah tidak bisa bicara ya jika mulutnya ditutup” lalu Joseph
melepaskan sumpalan kain di mulut ayah Hyun dan ikatan tali yang ada di
tubuhnya.
“Apa
yang kamu lakukan kepadaku sekarang ini hah?!” bentak ayah Hyun.
“Justru
apa yang Anda lakukan selama ini?” tanya balik Joseph.
“Apa
maksudmu?”
“Dua
belas tahun yang lalu, apa yang Anda lakukan saat itu?”
Ayah
Hyun hanya diam saja.
“Anda
pikir selama ini tidak ada yang tahu akan perbuatan itu? Anda adalah iblis!
Jujur saja, Anda membunuh ibu dengan tangan ayah waktu itu bukan?!” ucapnya
dengan mata dan wajah yang agak memerah.
“D...de.
. dengarkan aku dulu. Itu tidak benar...” ayah Hyun menjawab dengan gagap.
“Anda
yakin? Itu hanya ilusiku saja?! Nyawa Anda akan melayang hari ini! Hidup Anda
akan berakhir ditempat ini! Kuulangi sekali lagi! Apakah Anda telah membunuh
ibu saat itu?!Jawab aku!” tanya Joseph dengan murka.
Ayah
Hyun masih terdiam.
“Baiklah,
akan kuperlihatkan semua kebenaran ini kepada anak Anda, Hyun”
“Apa
maksudmu Hyun. Kamu Hyun!”
Joseph
hanya menyeringai lalu ia menutup matanya sambil mengacungkan pistol ke
pelipisnya.
“Apa
yang kau lakukan Hyun!” bentak ayah Hyun kepada Joseph, tetapi Joseph diam
saja.
Joseph
masih menutup matanya dengan menyeringai, tetapi pistol yang ia pegang sudah
tidak di arahkan ke pelipisnya lagi. Tetapi senyum menyeringainya lama-lama
hilang. Lama-lama ia membuka matanya, saat membuka matanya ia terlihat
linglung. Ya, kepribadian Hyun yang asli kembali lagi. Ia terkejut melihat
ayahnya berdiri di depannya. Ia segera mengalihkan pemandangannya. Tiba-tiba
kepalanya terasa sakit dan saat itu pula ingatan masa lalunya terbuka.
Hari
itu Hyun kecil sedang bermain di rumahnya. Tiba-tiba terdengar suara pecahan
kaca. Hyun kecil penasaran dari mana suara pecahan itu berasal,ia berdiri
mencari asal suara itu. Terlihat di sebuah kamar, orang tua Hyun bertengkar.
Bahkan ayah Hyun sampai menampar pipi ibu Hyun dengan keras. Ibu Hyun menangis
tersedu-sedu lalu ibu Hyun melawan dengan meminta cerai kepada ayah Hyun. Ayah
Hyun masih dibutakan oleh emosi, ia secara tidak sengaja memukul ibu Hyun
dengan keras sampai terjatuh tergeletak di lantai. Darah dari kepalanya
mengalir keluar di lantai. Kemudian ayahnya langsung sadar dan mencoba
membangunkan istrinya itu tapi sepertinya istrinya sudah tidak bernyawa lagi,
ia sangat kebingungan. Hyun kecil yang
melihat semua kejadian itu terkejut. Ia menjatuhkan mainan yang ada di
tangannya dan berlari meninggalkan rumahnya. Terlihat Hyun kecil marah
bercampur sedih, ia sangat tidak percaya dengan kejadian yang baru saja
terjadi.
Malam
itu hujan turun dengan derasnya, Hyun kecil masih berlari sampai berhenti di
tempat yang gelap. Ia terengah-engah dan berusaha mengatur nafasnya, kejadian
yang ia lihat tadi di rumahnya terus terngiang-ngiang di pikirannya. Hyun kecil
seketika emosi saat mengingat wajah ayahnya. Tiba-tiba terdengar langkah kaki
seseorang sedang menghampiri Hyun kecil. Hyun kecil ketakutan dan berteriak
kencang sampai jatuh pingsan. Kita dilihatkan sosok yang sedang mendekati Hyun
kecil saat itu adalah Chan kecil. Chan kecil yang bingung karena kejadian itu
akhirnya lari ke rumahnya untuk memanggil ayahnya untuk menolong Hyun. Saat
Chan kecil pergi, Hyun kecil sadar dari pingsannya tapi di mata Hyun kecil ada
kilatan mata berwarna ungu. Hyun kecil langsung pergi dari tempat itu. Dan dari
situlah kepribadian Joseph tercipta. Lima belas menit kemudian Chan kecil dan
ayahnya datang ke tempat itu, tetapi Hyun kecil sudah tidak ada di situ. Mereka
mencari keberadaan Hyun kecil malam itu. Tapi kita tidak pernah tahu ke mana
perginya Hyun kecil malam itu.
Joseph
telah berhasil membuka kunci pintu rahasia masa lalu itu. Fakta bahwa ayahnya
yang telah membunuh mendiang ibunya itu membuat Hyun terkejut dan tidak
percaya. Perlahan ia melangkah mundur dari ayahnya. Ayahnya bingung melihat
putranya, ia akan menyentuh pundak Hyun tetapi Hyun menolaknya.
“A...
ayah, t... t... tolong katakan yang sebenarnya. A... apakah ayah yang membunuh
mendiang ibu?” tanya Hyun dengan tergagap.
“Hyun....”
“Tolong
jawab saja, iya atau tidak?!” bentak Hyun.
“Iya
ayah yang membunuhnya, ayah akan menjelaskan semuanya tapi...”
“Cukup.
Mendengarkan itu saja rasanya sudah sakit. Aku tidak mau mendengarnya lagi”
sela Hyun dengan suara lemah.
Hyun
pergi meninggalkan gudang itu. Di jalan yang sepi itu, terlihat langkah kakinya
terasa berat sekali, tak lama Hyun terjatuh. Tubuhnya lemas, hanya air matanya
yang keluar dari dirinya. Ia tidak percaya pada kenyataan pahit ini. Tidak lama kemudian Hyun jatuh pingsan di
sana. Sementara ayah Hyun mencoba melarikan diri dari gudang itu, ia tidak tahu
bahwa Hyun pingsan di sana.
Chan
masih mencari keberadaan Hyun. Ia terus menerus mencoba menelepon Hyun, tapi
nomornya tetap tidak aktif juga. Tidak lama kemudian ia teringat bahwa hari ini
merupakan hari peringatan kematian ibu Hyun. Chan menduga bahwa Hyun sekarang
pasti berada di rumah abu mendiang ibu Hyun. Ia langsung memutar arah mobilnya
menuju rumah abu mendiang ibu Hyun. Tetapi sesampainya di sana, ia tidak
menemukan Hyun. Hanya saja ada seorang petugas kebersihan di sekitar situ yang
sedang bersih-bersih. Chan menghampiri orang itu dan bertanya kepadanya apakah
ia melihat Hyun ke sana sambil menunjukkan foto Hyun. Orang itu menjawab bahwa
Hyun memang datang ke sini tadi bersama seorang bapak-bapak. Chan bisa menebak
siapa orang yang disebut bapak-bapak itu, kemudian Chan berterima kasih kepada
orang itu dan pergi dari rumah abu itu. Di jalan ia mencoba menelepon ayah
Hyun.
“Halo
selamat siang presdir” Chan mengucapkan salam.
“Ya
halo Chan, ah... untung kamu menelepon saya.”
“Ada
apa memangnya pak?”
“Begini
Hyun menjadi aneh tadi, dia tiba-tiba saja mengikatku di suatu tempat area
pabrik yang terbengkalai itu. Lalu ia juga mempunyai pistol, ia sempat
mengarahkan pistol ke kepalanya lalu ia diam dan pergi dari situ. Saya meminta
tolong kepadamu untuk segera temui Hyun. Aku takut jika sesuatu terjadi kepada
Hyun saat ini. Mungkin dia masih belum jauh dari area pabrik itu” cerita ayah
Hyun panjang lebar.
“Baik
pak, saya segera mencari Hyun di sana. Bisakah Anda kirimkan alamatnya yang
lebih rinci lagi?”
“Akan
ku kirimkan lewat pesan sekarang. Sekali lagi terima kasih kamu sudah membantu
saya lagi.”
“Baik
pak, saya siap menolong Anda kapanpun.”
Setelah
mendapatkan lokasi pabrik dari ayah Hyun, ia langsung meluncur ke sana. Chan
berharap semoga Hyun masih belum pergi jauh dari area pabrik itu dan juga ia
berharap bahwa Hyun baik-baik saja. Chan menganggap Hyun seperti saudara
kandungnya sendiri. Persahabatan mereka dari kecil memang sudah kuat. Hyun
selalu membantu Chan saat mendapat masalah yang rumit, dan begitu pula
sebaliknya saat Hyun mendapat masalah Chan selalu membantu mencari solusi dari permasalahan yang
dihadapi oleh Hyun.
Begitu sesampainya di lokasi, Chan
langsung menyusuri area pabrik itu dengan teliti. Lalu dari jauh ia melihat
seseorang tergeletak di jalan, Chan langsung menghampiri orang itu. Rupanya
orang itu adalah orang gila. Ia pergi meninggalkan orang gila itu. Sekitar tiga
puluh menit kemudian ia mendapati seseorang tengah meringkuk di tepi jalan
situ. Dan orang itu adalah Hyun. Chan langsung berlari menghampiri Hyun di
sana. Chan terlihat cemas melihat keadaan Hyun. Hyun terlihat linglung, seperti
kehilangan sesuatu. Hyun berkata, “Chan, aku telah mengingat semua tentang kejadian
masa lalu itu.” Chan terkejut mendengar hal itu, lalu ia menyuruh Hyun untuk
pulang terlebih dahulu agar Hyun bisa beristirahat serta menenangkan
pikirannya.
***
Satu
tahun kemudian
Hyun beraktivitas seperti biasanya, ia bekerja
di kantor dan juga pergi berlibur untuk menenangkan diri dan pikirannya. Suatu
hari Chan menyampaikan pesan dari ayah Hyun bahwa Hyun harus datang ke rumah
ayahnya sekarang karena sakit. Hyun diam sejenak, lalu ia menjawab bahwa ia
tidak ingin pergi ke sana saat ini. Chan tidak bisa memaksakan Hyun saat itu,
ia hanya mengiyakan kehendak Hyun lalu menyampaikan kepada ayah Hyun bahwa saat
ini Hyun masih belum bisa menemuinya. Ayah Hyun hanya pasrah saja saat mendengarnya.
Entah mengapa tiba-tiba malam harinya Hyun pergi ke rumah ayahnya. Ayahnya
terkejut melihat kedatangan Hyun setelah satu tahun lamanya. Ayah Hyun sedikit
terharu melihat anak satu-satunya datang untuk menjenguknya. Dan saat itu juga
ayah Hyun meminta maaf kepada Hyun
karena selama ini sudah berbohong atas perbuatannya di masa lalu. Ayah Hyun
juga meminta maaf bahwa mungkin selama
ini ia menjadi seorang ayah yang tidak baik bagi Hyun. Hyun hanya diam dan
menunduk saja mendengar ucapan ayahnya. Ayahnya juga menceritakan kejadian yang
sebenarnya terjadi di masa lalu itu kepada Hyun. Ia bercerita bahwa sebenarnya
ibu Hyun telah berselingkuh di belakang ayahnya, hanya saja ayahnya diam saja
saat mengetahui itu. Lalu di hari kejadian itu, ibu Hyun secara terang-terangan
mengatakan ingin cerai kepada ayah Hyun dan juga ia telah berselingkuh di
belakang ayah Hyun. Ibu Hyun mengatakan itu semua sambil memancing emosi ayah
Hyun. Ayah Hyun langsung kalap hingga ia menampar pipi ibu Hyun, tetapi ibu
Hyun malah berkata kasar kepada ayah Hyun sampai akhirnya ayah Hyun tidak
sengaja memukul ibu Hyun dengan keras hingga kepalanya terbentur lantai dengan
kerasnya. Hyun yang hanya mendengarkan cerita itu tiba-tiba menitihkan air
matanya, ia merasa telah menjadikan ayahnya sebagai penjahat yang sebenarnya.
Dan pada akhirnya Hyun pun bercerita kepada ayahnya bahwa ia memilliki
kepribadian ganda. Saat ayah Hyun disekap di area pabrik itu bukanlah perbuatan
Hyun sendiri, melainkan perbuatan dari kepribadian Hyun yang lain. Ayah Hyun
cukup terkejut mendengar bahwa anaknya menderita kepribadian ganda. Ayah Hyun
menyesali bahwa ia telah menjadi ayah yang buruk karena membuat keadaan Hyun
seperti itu, bahkan ia pun juga kurang memperhatikan Hyun saat itu. Hyun
menghentikan ucapan ayahnya yang selalu menyalahkan dirinya sendiri itu. Bagi
Hyun ini semua merupakan takdir dari Yang Maha Kuasa. Dengan keadaan Hyun yang
seperti ini, ia bisa mengambil hikmah juga mempererat hubungan antara ayah dan
anak. Tidak ada lagi rahasia-rahasia di antara mereka saat ini. Mereka menjadi
lebih terbuka satu sama lain dan tidak ada kebohongan lagi di hidup mereka.
Komentar
Posting Komentar