Ada Aku yang Lain I Devita Syafa Adisti Putri

IDENTITAS PENULIS

Nama : Devita Syafa Adisti Putri

Divisi : Literasi

Jenis   : Cerita Pendek

 

ADA AKU YANG LAIN

 

Malam itu hujan turun dengan derasnya. Di rumah itu, Hyun merintih kesakitan sampai terjatuh di lantai. Ia ingin mengambil botol obatnya yang ada di atas meja, tapi tak bisa ia gapai. Hyun tergeletak di lantai tidak sadarkan diri. Tak lama kemudian ia bisa berdiri dengan tegak dan menghadap ke sebuah kaca. Ia tersenyum menyeringai disertai kilapan warna ungu di matanya. Hyun berubah menjadi seseorang yang berbeda.

Ia keluar malam itu memakai jaket, topi berwarna hitam, dan tas ransel. Saat berjalan, ia tidak sengaja ditabrak oleh orang yang sedang mabuk.

“Hey kau! Apakah kau tidak bisa berjalan? Kau baru saja menghalangi jalanku! Kenapa kau diam saja, bedebah?! Jawab aku!” katanya.

Kemudian Hyun memukul orang itu sampai tak bisa berkutik. Wajah orang itu dipenuhi oleh darah yang mengalir dari pelipisnya.

“Kau berurusan dengan orang yang salah hari ini!” ujar Hyun saat akan berjalan kembali.

Sahabat Hyun, Chan sedang menelepon Hyun sambil menyetir mobil. Ia terlihat cemas memikirkan Hyun.

Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif...

“Kemana saja dia ini, ku telepon dari tadi tidak aktif terus ponselnya. Semoga saja mereka tidak keluar.”

Terlihat di sebelah jok mobil Chan terdapat laporan medis mengenai penyakit D.I.D (Dissociative Identity Disorder) atau disebut juga kepribadian ganda. Tidak lama kemudian Chan melihat seseorang yang mirip Hyun di pinggir jalan. Ia pun langsung menghentikan mobilnya di pinggir jalan kemudian turun menghampiri seseorang yang mirip Hyun. Chan berhasil menghampiri seseorang itu, setelah dilihat orang itu bukan Hyun. Chan meminta maaf karena dia salah orang. Chan mencoba mengatur nafasnya yang terengah-engah itu. Ia mengeluarkan ponsel dari celananya dan mencoba menelepon Hyun lagi tetapi nomornya tetap tidak aktif. Akhirnya ia memutuskan untuk menelepon seseorang yang ia kenal dengan panggilan “Medusa”.

***

Hyun tiba di area pabrik yang sudah tidak beroperasi lagi. Ia masuk ke bangunan besar yang terbengkalai itu. Sesampainya di sebuah ruangan yang cukup menyeramkan, ia meletakkan tasnya di bawah dan mengeluarkan benda tajam, senjata api, dan tali. Barang-barang itu diletakkan di sebuah meja dan melakukan sesuatu di dalam ruangan itu. Setelah selesai,. Hyun mengeluarkan selembar foto dari jaketnya dan memandangi foto itu. Di foto itu ada gambar sosok pria yang berusia sekitar lima puluh tahun ke atas.

“Sepertinya sekarang ini adalah waktu yang tepat untuk kematianmu, orang tua” gumam Hyun sambil tertawa menyeringai.

Hyun melihat sekeliling ruangan itu sejenak. Ia melihat jam yang ada di tangannya mengarah ke pukul sepuluh malam, lalu ia pergi lagi dengan tas ranselnya. Ia berjalan keluar dari area pabrik itu dengan tenang. Tak lama kemudian ia menaiki taksi.

“Mau ke mana pak?” tanya si sopir taksi.

“Bawa aku ke kantor Hana Food sekarang” kata Hyun.

“Baik pak”

Taksi itu membawa Hyun ke kantor Hana Food. Apa yang akan dilakukan Hyun sebenarnya?

Sementara Chan berhenti di sebuah restoran Cina lalu masuk ke dalam restoran itu. Sepertinya itu bukan restoran Cina biasa. Di restoran itu tampak banyak orang-orang seperti preman sedang makan semangkuk mi kuah yang hangat. Chan masuk ke dalam restoran itu. Seorang pelayan datang menghampirinya.

“Medusa” kata Chan.

“Dia ada di dalam” jawab si pelayan.

Chan masuk ke dalam dapur itu, lalu menggeser pintu rahasia yang ada di dalam dapur restoran itu. Orang yang dijuluki “Medusa” ada di dalam ruangan itu. Medusa adalah senior Chan saat sekolah SMA dulu. Chan meminta bantuan kepada Medusa untuk melacak keberadaan Hyun. Medusa menyanggupi permintaan juniornya itu. Lalu ia bertanya tentang pelanggan Medusa yang menyeramkan seperti preman. Medusa menjawab bahwa preman-preman itu sering makan di restorannya karena harganya yang cukup pas di kantong mereka dan tempat makan yang paling dekat di markas mereka. Medusa mencoba melacak keberadaan Hyun dari ponsel Hyun. Tapi lokasi terakhir yang di dapatnya yaitu di rumah Hyun sendiri.

“Sepertinya dia cukup pintar. Ia mematikan ponselnya terakhir kali di rumahnya agar tidak ada yang tahu keberadaannya. Lokasi GPS yang ada di jam tangannya pun juga ada di rumahnya” kata Medusa.

“Apakah semua alat pelacak yang kau beri itu menunjukkan lokasi yang sama?” tanya Chan.

“Iya sama semua”

Chan menghela nafas. Kali ini dia gagal mendapatkan informasi keberadaan Hyun. Firasatnya menunjukkan bahwa Hyun berubah menjadi orang lain karena tidak seperti biasanya ia tidak bisa dilacak. Akhirnya Chan pergi dari tempat Medusa dan mencari Hyun lagi.

***

Waktu menunjukkan pukul dua belas malam. Hyun berdiri di depan kantor Hana Food. Dari bawah ia memandangi  jendela ruangan yang lampunya terlihat sedang menyala di lantai empat. Tanda bahwa ada orang yang belum pulang malam itu. Hyun mengeluarkan pisau kecil dari tasnya lalu menaruhnya di saku jaketnya. Dan juga ia memakai maskernya dan berjalan menuju kantor itu. Saat mau masuk ia dihadang oleh petugas keamanan yang sedang ada di sana. Hyun melawan petugas keamanan itu, dengan santai ia menangkal serangan dari petugas keamanan itu lalu ia melayangkan tinju mautnya kepada petugas keamanan itu. Akhirnya Hyun bisa lolos dari petugas keamanan itu lalu menaiki lift menuju lantai empat. Di sana ia menemukan ruangan pengawas CCTV. Ia menghapus seluruh rekaman saat ia memasuki kantor itu lalu mematikan semua CCTV yang ada di kantor itu. Setelah selesai, ia berjalan menuju ruangan yang lampunya masih menyala tadi. Ruangan itu adalah ruangan presdir. Ia memasuki ruangan presdir. Ruangan itu kosong tidak ada seorangpun. Hyun mengetahui bahwa presdir pasti sudah melarikan diri saat tahu ada situasi kacau di bawah. Hyun segera pergi dari sana karena mereka pasti sudah melaporkan kejadian itu ke kantor polisi. Rencana Hyun kali ini gagal.

“Sial! Bajingan itu sudah pergi dari sini” gumam Hyun.

Chan mendapat kabar dari temannya bahwa kantor Hana Food diserang oleh seseorang tak dikenal. Chan langsung memutar arah mobilnya menuju kantor Hana Food. Chan berharap bahwa orang itu bukan Hyun. Sesampainya di sana, ia menemui temannya yang merupakan petugas keamanan yang tadi dipukul Hyun. Teman Chan mengatakan bahwa seseorang yang memakai jaket, topi, masker, dan tas ransel hitam itu masuk ke lantai dasar. Seseorang itu tampak mencurigakan akhirnya petugas keamanan menghadangnya, karena terlalu kuat akhirnya petugas keamanan yang jaga malam itu pun gagal menghadangnya. Chan bertanya tentang rekaman CCTV saat kejadian itu, teman Chan menjawab bahwa rekaman itu sudah hilang.

“Orang itu sangat hebat sekali, dia bisa melumpuhkan semua petugas keamanan yang ada di sini. Aku pun mengakui teknik bela dirinya sangat baik.” kata teman Chan.

“Ciri-ciri orang itu bagaimana?” tanya Chan.

“Dia agak tinggi, agak kurus tapi kuat, lalu putih. Hanya itu yang ku tahu karena dia memakai masker” cerita teman Chan.

Dari ciri-ciri itu, Chan mengambil kesimpulan bahwa orang itu adalah Hyun tetapi perilakunya bukan seperti Hyun.

“Jangan-jangan Joseph” kata Chan lirih.

“Apa?” tanya teman Chan.

“Tidak, bukan apa-apa. Apakah presdir baik-baik saja?”

“Ya beliau untungnya baik-baik saja karena dia sudah pergi dari kantor saat kejadian” jawab teman Chan.

Chan pun pergi dari kantor Hana Food. Ia menebak bahwa kepribadian Hyun yang lain telah keluar dan merencanakan suatu hal. Chan pun pergi ke rumah Hyun untuk melihat kondisi rumah Hyun. Sesampainya di sana, ia melihat kondisi rumah Hyun cukup kacau. Pecahan kaca berserakan di lantai rumahnya, benda-benda tajam berserakan di dapur. Chan berpikir bahwa telah terjadi sesuatu di rumah Hyun.

Kembali lagi ke Hyun. Hyun bersembunyi di suatu tempat yang agak gelap. Kali ini bukan pabrik terbengkalai yang ia kunjungi sebelumnya. Di depannya ada sebuah pecahan kaca.

“Bagaimana Hyun kali ini aku gagal lagi. Apakah kau bahagia jika aku gagal? Kau bahkan lebih bodoh dari aku. Kau juga seorang pengecut, menghadapi iblis itu saja tidak berani” gumam Hyun.

Hyun memecahkan kaca itu dan mengambil pecahan kaca lalu digoreskan ke lengannya sampai darah yang mengalir cukup banyak. Tiba-tiba Hyun merasa pusing, sama seperti kejadian sebelumnya. Ia pingsan di tempat itu.

***

Keesokan harinya Hyun terbangun dari tidurnya. Hyun memegangi kepalanya yang terasa sakit itu, tiba-tiba ia terkejut melihat tangannya mendapati luka goresan yang cukup panjang dan bekas darahnya. Ia melihat sekelilingnya, tempat itu terasa asing baginya. Hyun agak ketakutan dan segera melarikan diri dari tempat itu. Saat berjalan ia tidak sengaja menabrak seorang wanita yang sedang mengangkat kotak. Kotak itu roboh dan wanita itu agak terhuyung-huyung jalannya. Hyun segera menolong wanita itu dan meminta maaf, wanita itu terkejut melihat tangan Hyun yang terluka. Ia pikir luka itu didapatinya saat menabraknya. Wanita itu bingung apa yang harus dilakukannya. Hyun menenangkan wanita itu dan menjelaskannya bahwa luka itu didapatinya bukan karenanya melainkan dari kecerobohannya sendiri. Wanita itu bernafas lega karena luka itu bukan karenanya, tetapi ia kasihan melihat keadaan Hyun. Akhirnya wanita itu mengajak Hyun ke tokonya untuk mengobati luka Hyun. Awalnya Hyun menolak, wanita itu terus membujuk Hyun sampai Hyun mau diobati.

"Bagaimana kau bisa mendapat luka sebesar ini di tanganmu? Bukankah ini pertanda buruk?" tanya wanita itu.

"Ah aku tidak ingat apa-apa semalam mungkin karena mabuk. Ah.. ngomong-ngomong apakah kau tinggal di sekitar sini?" kata Hyun.

"Iya,  sebenarnya aku tinggal di atas toko ini" jawab wanita itu.

“Berapa banyak pelanggan yang biasanya datang ke sini setiap harinya?” tanya Hyun kali ini.

“Mereka jarang ke sini. Toko ini selalu sepi, akupun juga bingung apakah aku harus menutup toko ini atau tidak” cerita wanita itu dengan sedikit sedih.

“Ah... maafkan aku jika itu membuatmu menjadi sedih.”

“Tidak apa-apa, lagipula faktanya memang seperti itu jadi santai saja, hehehe...” ucap wanita itu dengan tersenyum manis.

Sepertinya Hyun agak tertarik dengan wanita ini. Wanita itu baik, ceria, dan cantik di mata Hyun. Lalu Hyun berterina kasih karena pertolongan wanita itu dan pamit untuk pergi. Dalam perjalanan Hyun mencoba untuk mengingat kembali kejadian sebelun ia tertidur hari ini. Perlahan-lahan ia coba ingat kembali, dan akhirnya ingat bahwa terakhir kali ia terjatuh di lantai saat mengambil botol obat di meja. Hyun tampak terkejut bahwa kepribadiannya yang lain pasti telah melakukan sesuatu yang tidak dia inginkan. Ia meraba-raba tubuhnya mencari ponselnya, tapi tidak ada. Hyun menghentikan taksi di pinggir jalan dan pulang ke rumahnya.

Sesampainya di rumah, Hyun terkejut melihat rumahnya berantakan. Tidak lama kemudian keluar Chan dari dapur mengenakan celemek dan memegang penyedot debu layaknya asisten rumah tangga. Dengan reaksi terkejut ala drama korea, mereka berpelukan erat seperti sepasang kekasih yang lama terpisah. Suasana romantis yang dilebih-lebihkan itu hanya bertahan sampai sepuluh detik saja, setelah itu Chan mulai menceramahi Hyun.

“Kau dari mana saja, bodoh?! Kau tahu betapa frustasinya aku mencarimu keliling kesana kemari” omel Chan.

“Hei bagaimana aku tahu, mereka keluar kemarin saat aku jatuh pingsan”kata Hyun.

“Dugaanku yang keluar adalah Joseph” tebak Chan.

“Kenapa?”

“Kemarin malam sepertinya dia datang mengunjungi Hana Food untuk menemui presdir, karena balas dendamnya belum terselesaikan. Tapi yang paling aneh adalah kenapa tanganmu dibalut perban? Apa dia melakukan sesuatu kepada seseorang?”

“Entahlah, saat aku terbangun tangan ini sudah terluka.”

Setelah melakukan obrolan singkat itu, mereka membersihkan rumah bersama-sama. Saat membersihkan rumah, tiba-tiba bel rumah berbunyi. Hyun keluar untuk melihat siapa yang datang. Ternyata ada kiriman paket tanpa nama. Awalnya Hyun ragu-ragu untuk menerimanya, tapi karena penasaran ia menerima paket itu. Saat dibuka paket itu ternyata berisikan obat bius yang khusus menggunakan resep dokter. Hyun heran siapa yang mengirim obat bius itu kepadanya. Hyun meletakkan paket itu ke dalam gudang yang ada di sebelah rumahnya, lalu kembali lagi membersihkan rumahnya. Chan bertanya siapa yang datang, lalu Hyun menjawab bahwa pengantar paket yang datang ke rumahnya. Ia juga bercerita tentang paket aneh itu kepada Chan. Chan menduga hal itu pasti ulah kepribadian Joseph dari kemarin. Chan juga menduga bahwa kepribadian Joseph memiliki rencana untuk melakukan sesuatu kepada presdir. Chan berpesan kepada Hyun agar selalu hati-hati dan Chan juga menyampaikan bahwa laporan medis Hyun dari dr. Shin ada di meja kamarnya. dr. Shin adalah dokter yang merawat Hyun saat Hyun mengetahui bahwa ia menderita penyakit kepribadian ganda. dr. Shin yang menolong Hyun mengatasi penyakitnya sampai sekarang ini.

Malamnya Hyun tertidur di sofa ruang tengahnya. Hyun bermimpi tentang masa lalunya. Di dalam mimpinya Hyun kecil berlari saat hujan turun. Ia seperti dikejar seseorang. Ia berlari dengan ketakutan di tengah hujan yang deras. Ia berlari sampai di suatu tempat yang agak gelap. Hyun kecil berhenti sejenak sambil mengatur nafasnya yang terengah-engah. Tiba-tiba ia mendengar langkah kaki seseorang yang misterius, Hyun kecil tampak ketakutan. Seseorang yang misterius itu menangkap Hyun. Hyun kecil berteriak. Dan saat itu juga Hyun langsung terbangun dari tidurnya. Nafasnya terengah-engah dan keringat bercucuran banyak, ia mencoba untuk menenangkan diri dengan meminum segelas air putih. Setelah menenangkan diri, ia kembali tidur. Tapi Hyun tidak bisa tidur, ia seperti gelisah karena mimpinya itu. Karena tidak bisa tidur, Hyun membuka buku album foto masa kecilnya. Di buku album foto itu, terdapat foto mendiang ibunya sedang tersenyum lebar. Hyun menatap lama foto itu sampai tidak sadar bahwa ia telah meneteskan air matanya. Terlihat dari mata Hyun betapa dalamnya rasa kasih dan sayang kepada mendiang ibunya itu.

“Ibu, apakah ibu baik-baik saja di sana? Aku di sini merasa tidak baik, apa yang harus aku lakukan ibu?” gumam Hyun.

***

Hyun tidak bisa tidur hingga keesokan harinya. Saat selesai mandi ia becermin, terlihat kantung mata Hyun menghitam. Hyun resah dengan penampilannya itu. Ia mengoleskan krim penghilang kantung mata berharap agar kantung matanya yang hitam itu kembali normal, karena hari ini Hyun berencana pergi ke taman dekat rumahnya untuk mencari udara segar. Penampilannya adalah harga dirinya, kira-kira seperti itu motto hidup Hyun. Dengan berpakaian kasual ala aktor film korea ia pergi dengan langkah yang ringan.

            Hyun sangat menikmati udara segar di taman itu. Sinar matahari bersinar dengan terang, bunga-bunga yang ada di taman itu pun bermekaran dengan indahnya, kupu-kupu terbang dengan saling mengejar satu sama lain, burung-burung berkicau dengan merdu di atas pohon. Pemandangan di taman itu sangat bagus. Tidak sedikit orang mengambil foto selfienya hari ini di taman dan mengunggahnya di sosial medianya masing-masing. Pandangan Hyun terhenti di sebuah bunga lili berwarna putih yang tumbuh agak tinggi dari yang lain. Bunga itu merupakan bunga kesukaan mendiang ibunya. Hyun mendekati bunga itu dan memegang lembut mahkota bunga itu. Saat menoleh ke seberang taman bunga lili itu, ia melihat ada seorang ibu dan anaknya sedang berjalan-jalan kemudian si anak memetik satu tangkai bunga mawar berwarna merah muda itu kepada sang ibu. Sang ibu tersenyum dan memeluk anaknya dengan penuh kasih sayang. Setelah melihat kejadian itu, Hyun jadi teringat akan kenangan masa lalu dengan mendiang ibunya saat kecil. Kenangannya persis dengan kejadian yang ia lihat di taman sekarang ini. Hyun jadi merindukan mendiang ibunya saat ini, bahkan rasa rindunya jauh lebih besar dari kemarin. Hyun memetik bunga lili berwarna putih tadi lalu ia memutuskan untuk pergi ke rumah abu mendiang ibunya itu untuk melepas rasa rindunya. Di rumah abu itu, Hyun sempat meneteskan air matanya sambil memandang foto mendiang ibunya yang dipajang di sebelah guci penyimpan abu. Setelah itu ia menaruh bunga lili yang dibawanya di sebelah foto mendiang ibunya.

***

Chan memasuki sebuah kafe, di sana ia bertemu dengan seorang lelaki berumur sekitar lima puluh tahunan menggunakan jas hitam. Chan datang menghampiri laki-laki itu lalu menyapanya. Rupanya lelaki itu adalah presdir perusahaan Hana Food.

"Ah... presdir Anda sudah datang terlebih dahulu. Maaf karena saya datang terlambat" sapa Chan.

"Tidak apa-apa, aku masih belum lama di sini. Duduklah. Bagaimana keadaan Hyun di Amerika saat ini? Apakah dia baik-baik saja?" tanya presdir.

"Ya pak, dia baik-baik saja di sana" jawab Chan dengan sedikit terkejut.

"Begini, saat ini aku membutuhkan Hyun untuk bekerja di perusahaan. Menurutku, sudah saatnya dia mengabdi ke perusahaan. Dia sudah cukup dewasa untuk mengambil keputusan. Oleh karena itu, di sini aku meminta bantuanmu untuk mengurus Hyun pindah ke sini. Bawa dia pulang, katakan ini adalah perintah ayahnya" tegas presdir.

Ternyata presdir perusahaan Hana Food itu adalah ayah Hyun.

"Ee... pak ini hal yang cukup berat, tetapi..." kata Chan agak ragu.

"Bagaimanapun caranya tolong bawa dia pulang. Lagi pula kau sahabatnya kan?" sela ayah Hyun

Chan diam sebentar lalu menjawab, "Baik pak akan saya lakukan."

"Terima kasih banyak Chan karena kamu telah membantu saya" kata ayah Hyun sambil tersenyum lalu pergi meninggalkan kafe itu.

Chan menghela nafas panjang, lalu ia menelepon Hyun. Hyun mengangkat telepon itu. Lalu Chan menceritakan tentang pertemuannya dengan ayah Hyun. Hyun terkejut dengan kabar yang diberi oleh Chan. Hyun bingung masalah apa lagi yang akan menimpanya saat  ini. Ia takut jika ayahnya tahu bahwa ia menderita penyakit kepribadian ganda. Hyun memutuskan untuk menyuruh Chan untuk datang ke rumahnya sekarang untuk membicarakan masalah ini. Hyun akhirnya pulang dari rumah abu itu.

Sesampainya di rumah Hyun, mereka membicarakan masalah itu. Hyun bertanya-tanya mengapa ayahnya melakukan itu dan juga ia cukup tidak dekat dengan ayahnya semenjak kepergian mendiang ibunya. Chan berpendapat bahwa Hyun menuruti sebaiknya menuruti keinginan ayahnya saja. Hyun menjawab hal itu bisa saja akan memancing kepribadian Joseph keluar jika ia berada di sekitar ayahnya. Chan menghela nafas lagi, lalu pergi menuju kulkas dan mengambil sebotol air minum. Chan kembali duduk di ruang tengah, ia memberi saran kepada Hyun bahwa sebaiknya sekarang ini adalah waktu yang tepat untuk menenangkan pikiran dengan menonton drama korea di televisi dan baru setelah itu bisa mendapat solusi dari masalah tersebut. Hyun pun setuju dengan saran Chan, ia langsung menyalakan televisi dan melihat drama korea yang berjudul Guardian: The Lonely and Great God. Hmm... ide yang diberikan oleh Chan ini cukup menarik.. Drama tersebut menceritakan sosok goblin yang mencari pengantinnya lebih dari 900 tahun agar bisa mencabut pedang yang menancap di dadanya. Dalam waktu kurang dari lima menit saja mereka sudah terbawa alur cerita drama itu dan menjadi baper. Chan yang cukup emosional saat menonton pun meneteskan air matanya walaupun sedikit. Setelah selesai menonton drama korea itu mereka kembali membahas masalah tadi. Menurut Chan satu-satunya cara adalah menuruti ayah Hyun agar tidak curiga terhadap Hyun. Hyun berpikir agak lama, mau tidak mau ia harus melakukan itu daripada ayahnya lebih curiga kepada Hyun.

***

            Satu minggu kemudian Hyun datang ke rumah ayahnya untuk mengunjungi ayahnya dengan berpakaian rapi dan membawa sedikit oleh-oleh untuk ayahnya. Ia berakting seperti sudah pulang dari Amerika. Ayah Hyun bertanya tentang sekolah Hyun saat di Amerika, kegiatan yang dilakukan Hyun sehari-hari saat di Amerika sambil menikmati hidangan yang sudah disiapkan di meja makan. Hyun berbohong kepada ayahnya tentang sekolah dan kehidupannya di Amerika. Setelah mereka selesai makan, ayah Hyun mulai berbicara serius dengan Hyun.

“Hyun, kamu sudah dewasa saat ini dan aku sudah mulai lemah untuk menjalankan perusahaan. Akan lebih baik jika kamu yang menggantikan posisiku nantinya. Tapi itu agak mustahil jika kamu ku letakkan langsung di posisi presdir. Oleh karena itu ayah akan mempekerjakan kamu harus memulai dari posisi yang rendah, yaitu sebagai manajer bagian produksi. Posisi itu sekarang kosong “ kata ayah Hyun.

“Kenapa ayah buru-buru sekali lagi pula aku cukup tidak tertarik dengan perusahaan” jawab Hyun.

“Ayah tidak buru-buru. Ayah malah mempersiapkan ini semua agar kamu bisa beradaptasi nantinya. Kali ini kamu harus menuruti permintaanku, kamu satu-satunya penerusku. Oh ya ayah juga berharap mulai minggu depan kamu sudah bisa bekerja di kantor” jelas ayah Hyun.

Lalu sekretaris ayah Hyun memberikan dokumen-dokumen yang harus Hyun pelajari. Mata Hyun terbelalak saat melihat tumpukan kertas  itu. Lalu menghela nafas panjangnya. Hyun bertanya kepada sekretaris ayahnya, “Apakah aku harus mempelajari semua dokumen ini?” sekretaris ayah Hyun menjawab dengan tegas, “Iya tentunya.” Rasa frustasinya mulai datang kepada dirinya.

Kemudian Hyun pergi untuk melihat-lihat rumah yang dulu pernah ia tinggali itu. Hanya sedikit yang berubah dari rumah itu, hanya penataan ruangannya saja yang lebih sederhana dibandingkan dulu. Hyun melihat-lihat rumah itu sambil mengingat kenangan masa kecilnya. Berlarian ke sana kemari dengan membawa mainannya. Ia juga melihat foto masa kecilnya bersama ayah dan ibunya dipasang di dinding. Senyum bahagia mereka diabadikan pada saat itu. Hyun melihat halaman rumah itu dari jendela rumah yang terletak tidak jauh dari bingkai-bingkai foto itu. Ia teringat kenangannya saat pesta ulang tahunnya yang ke-5. Saat itu banyak sekali teman-temannya yang datang ke pesta, balon-balon ulang tahun itu menghiasi halaman rumah dengan indah. Hyun tersenyum mengingat kenangan masa kecilnya.

Jam dinding menunjukkan pukul satu siang, Hyun pamit pulang ke ayahnya. Ayahnya bertanya di mana Hyun akan tidur nantinya, Hyun membohongi ayahnya dengan menjawab bahwa sementara ini ia akan tinggal di rumah Chan. Ayahnya mempercayai ucapan Hyun. Kemudian Hyun pergi meninggalkan dari rumah itu. Dalam perjalanan pulang, Hyun mendapat telepon dari Chan.

“Kau di mana Hyun?” tanya Chan.

“Aku baru saja pulang dari rumah ayah” jawab Hyun.

“Kau tidak punya rencana kan sekarang ini? Jika tidak, datanglah ke kafe M sekarang. Aku yang traktir”

“Okeeyy... aku ke sana sekarang.” Jawab Hyun dengan senang.

“Kalo gratisan aja langusng deh” gumam Chan.

Hyun segera menancapkan gas mobilnya menuju kafe. Memang hari begini siapa sih yang tidak mau menolak gratisan.

Sesampainya di kafe, mereka memesan makanan. Saat menunggu makanan datang, Chan menanyai Hyun tentang pertemuannya dengan ayahnya tadi pagi. Hyun akhirnya menceritakan pertemuannya dengan ayahnya. Ia juga menceritakan tentang berkas dokumen yang diberi oleh sekretaris ayahnya, Hyun mengeluh tentang itu. Mendengar Hyun mengeluh, Chan langsung menertawai Hyun seakan-akan mengejek Hyun. Hyun yang mendengar tawa Chan langsung cemberut. Lalu Chan kembali bertanya apakah tidak ada tanda-tanda “mereka” ingin keluar saat Hyun bertemu dengan ayahnya, Hyun menjawab bahwa ia tidak merasakan tanda-tanda bahwa “mereka” akan keluar. Chan merasa bahwa itu adalah hal yang aneh, Hyun pun setuju dengan pendapat Chan. Tidak lama kemudian makanan mereka sudah datang di meja mereka. Mereka makan di kafe itu sampai sore.

***

Satu minggu kemudian.

Hyun mulai bekerja di perusahaan ayahnya. Hari itu ia didampingi oleh sekretaris ayahnya. Saat memasuki ruangan bagian departemen produksi, ia terkejut melihat banyak karyawan yang menyambutnya hari ini. Hal itu membuatnya gugup sekaligus berkeringat dingin, sekretaris ayahnya memberi kode kepada Hyun untuk memperkenalkan diri.

“B... b... baik semuanya saya akan memperkenalkan diri. S... s..s.. saya Hyun sebagai manajer bagian produksi baru yang akan memimpin serta bertanggung jawab atas departemen ini mulai sekarang, mohon bantuan dan kerja sama dari kalian semuanya. Terima kasih.”

Semua karyawan yang ada di sana bertepuk tangan dengan meriah menyambut manajer mereka yang baru. Tak lupa juga Hyun bersalaman dengan semua karyawannya. Salah satu karyawan menceletuk saat itu.

“Wah bukankah lebih enak jika ada pesta penyambutan untuk manajer?”

Lalu Hyun menjawab celetukan karyawannya.

“Aduh... tidak usah repot-repot. Disambut seperti ini rasanya sudah cukup kok. Mari menghemat uang saja.”

Sontak hal itu membuat semua karyawan yang ada di sana tertawa.

Setelah acara penyambutan itu selesai, semuanya kembali ke pekerjaannya masing-masing. Hyun masuk ke ruangannya diikuti dengan sekretaris ayah Hyun. Sekretaris ayah Hyun berkata bahwa saat ini ia akan menjadi sekretaris Hyun untuk sementara karena ia masih mencari sekretaris untuk Hyun. Kemudian Hyun teringat dengan wanita yang pernah menolongnya saat terluka, lalu Hyun bertanya ke sekretaris ayah Hyun apakah ia boleh mencari sendiri seseorang untuk menjadi sekretarisnya. Sekretaris ayah Hyun memperbolehkan hal itu dengan syarat orang itu harus cekatan. Hyun pun menyanggupi syarat itu. Hyun ingin berbalas budi kepada wanita itu karena sudah menolongnya saat terluka, di sisi lain ia juga merasa kasihan bahwa toko yang dibuka wanita itu selalu sepi.  Sekretaris ayah Hyun bertannya apakah Hyun mempunyai seseorang yang ingin ia jadikan sebagai sekretarisnya, Hyun menjawab iya. Lalu sekretaris ayah Hyun pamit untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Hyun sendirian di ruangannya sekarang. Ia mencoba untuk menyelesaikan pekerjaannya yang sudah menumpuk di mejanya, tapi yang ia lakukan hanyalah membolak-balik kertas-kertas itu. Ia menaruh kertas itu lagi dan menghidupkan komputer yang ada di situ. Hal pertama yang ia lakukan saat komputer itu hidup adalah bermain solitaire, game andalan microsoft yang cukup populer dan yang terbaik. Saat sedang asyik bermain game, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu ruangan Hyun. Tanda bahwa seorang karyawan akan masuk ke dalam ruangan itu. Hyun langsung meminimize game itu lalu menyuruh karyawan itu masuk. Setelah karyawan itu masuk, ia menyerahkan sebuah laporan kepada Hyun. Karyawan itu menjelaskan hal yang ada di laporan itu dengan secara rinci, sampai Hyun hanya mampu menjawab “iya” saja kepada karyawan itu. Setelah karyawan itu pergi dari ruangannya, Hyun langsung membuka laporan itu. Hyun hanya bisa menganga dengan mata terbelalak saat melihat laporan itu. Mau tidak mau ia harus memeriksa laporan itu dan berhenti bermain game.

“Lupakan solitaire dan ayo bekerja!” ucap Hyun.

Hari pertama Hyun bekerja berakhir sampai jam tujuh malam. Meskipun sudah pulang, Hyun tetap membawa berkas-berkas itu ke rumahnya. Rasa lelah, lapar, dan kantuk pun satu persatu datang menghampirinya. Hyun memutuskan untuk mandi terlebih dahulu agar badannya segar setelah itu makan malam. Saat ia mandi, kepalanya terasa sedikit pusing. Ia mengira bahwa kepribadian yang lain akan keluar malam itu, jadi ia segera menyelesaikan mandinya lalu meminum obat untuk mencegah hal itu terjadi. Jantungnya berdegup kencang dan merasa was-was. Hyun melakukan olahraga kecil di rumahnya seperti jalan cepat dan push up. Di rasanya sudah aman keadaannya, akhirnya Hyun makan malam. Saat ia makan, ia merasakan ada sesuatu yang dilupakan. Lalu dia ingat bahwa setelah pulang dari kantor Hyun akan mampir menemui wanita yang pernah menolongnya. Hyun menyesali hal itu karena lupa. Tapi ia berencana akan menemuinya besok pagi saat akan pergi ke kantor. Tidak lama ponsel Hyun bunyi. Ia mendapat telepon dari ayahnya. Hyun mengangkat telepon itu. Ayahnya menanyakan tentang hari pertama Hyun bekerja di kantor. Hyun menjawab semuanya baik-baik saja. Mereka saling bercakap-cakap di sana mengenai urusan kantor.

Hari berikutnya ia masih disibukkan oleh pekerjaan kantor. Berangkat ke kantor pukul tujuh pagi dan pulang dari kantor paling lambat pukul delapan malam. Setiap hari ia terus memeriksa laporan yang ia terima dari anak buahnya lalu diserahkan kepada atasannya. Ayahnya terus memantau kinerja Hyun di kantor melalui sekretarisnya.  Dan kali ini Hyun berhasil mempekerjakan wanita yang pernah menolongnya untuk menjadi sekretarisnya. Wanita itu bernama Eun. Awalnya Eun menolak penawaran Hyun untuk menjadi sekretarisnya. Karena segala sesuatu membutuhkan proses dan usaha, lama-lama Eun akhirnya menerima tawaran Hyun.

***

Suatu malam di rumah Hyun, Chan mengadakan pesta perayaan karena Hyun sudah mendapat pekerjaan. Sebenarnya pesta ini sudah  terlambat untuk dirayakan. Dan Chan tetap membuat pesta itu menjadi meriah meskipun yang merayakan hanya mereka berdua saja. Alat pemanggang sudah disiapkan di atas meja ruang tengah. Daging, sosis, sayuran, dan minuman juga sudah disiapkan. Akhirnya mereka mulai memanggang daging itu dan memakanya.

“Hyun, bagaimana jika kita tambahkan alkohol. Makan daging tanpa minum alkohol kurang seru sepertinya.”

“Kamu gila ya? Besok aku masih harus bekerja. Buat yang sederhana saja, minuman bersoda sudah cukup.”

“Dasar penakut. Sedikit saja, ayo lah...” rayu Chan.

“ Hanya satu gelas kecil saja” jawab Hyun

Chan menuangkan alkohol itu ke dalam gelas Hyun dan begitu pula sebaliknya. Dan semakin lama mereka terus menuangkan satu sama lain sampai mabuk. Bicara mereka pun juga ngelantur dan mata mereka tidak sanggup membuka. Akhirnya mereka tertidur di ruang tengah itu, untung saja posisi panggangan sudah mati. Sungguh keadaan yang kacau malam itu.

***

Keesokan harinya Hyun bangun dari sofa. Ia menengok kanan kirinya sebentar lalu berjala menuju kamar mandi. Tapi kali ini ada yang tidak beres dengan gerak-gerik Hyun. Seperti bukan Hyun yang biasanya, gaya berjalannya pun berbeda. Setelah selesai mandi ia berdiri di depan cermin, ia merapikan rambutnya.

"Ya ampun lihatlah penampilannya, sungguh buruk sekali. Alangkah baiknya jika model rambutnya seperti model rambutku. Nah... dimodel seperti ini kan terlihat menarik. Haahh... Sudah lama aku tidak melihat wajah tampanku ini, hehehehehe.... . Ryu kau memang yang paling tampan di antara mereka" ucapnya dengan percaya diri.

Ternyata ia bukan Hyun, melainkan Ryu yang merupakan kepribadian lain yang ada di tubuh Hyun. Ryu merupakan sosok kepribadian yang paling menyebalkan dibandingkan dengan Joseph. Rasa percaya diri yang terlalu tinggi, ceroboh, dan pembuat onar yang luar biasa. Terbukti saat satu tahun yang lalu, ia membuat bom di dalam penanak nasi di rumah Hyun untuk menjahili Chan. Untung saja bom itu tidak meledak karena ia gagal membuat bom itu. Chan yang saat itu marah bukan main langsung meninju Ryu. Serangan tinjunya itu membuat Ryu tidak keluar dari tubuh Hyun sampai sekarang. Kemampuan terhebat dalam sejarah Chan saat itu tercetak dalam ingatan Ryu. Akan lebih baik jika kejadian itu masuk dalam catatan Guinness World Record.

Kembali lagi ke masa sekarang. Ryu berpakaian santai sekarang dan bersiap-siap untuk pergi. Tiba-tiba Chan bangun dari tidurnya, lalu menengok kanan kirinya juga untuk mencari Hyun. Lalu ia berdiri mencari Hyun sambil berteriak, "Hyun! Hyun! Di mana kau? Kenapa kamu tidak membangunkan aku?". Ryu menengok dari pintu kamar dan ya... mata mereka saling bertemu. Chan terkejut, tampak sosok dengan penampilan seperti itu tidak asing baginya.

"Sebentar sebentar, aku merasa tidak asing dengan penampilan ini?" ucap Chan sambil melihat Hyun dan mengucek-ngucek matanya.

"Aku Hyun" Bantah Ryu.

"Tidak kau bohong. Hyun tidak biasanya berpenampilan seperti ini. Kau pasti Ryu" selidik Chan sambil mengendus-ngendus tubuh Ryu.

"Aku jujur, aku Hyun."

“Kau Ryu.”

“Tidak.”

"Cara berbicaramu menandakan bahwa kamu itu Ryu. Berhentilah bercanda" bentak Chan dengan mempersiapkan tinjunya.

Kebohongannya terungkap, Ryu pun langsung lari begitu juga dengan Chan yang ikut berlari juga. Mereka berkejar-kejaran di dalam rumah layaknya kartun tom and jerry, Ryu yang menjadi Jerry dan Chan menjadi tom. Dan akhirnya Ryu pun tertangkap juga oleh Chan.

"Senang bertemu denganmu kawan, apa kau sudah merindukan tinjuku selama satu tahun ini? Hah?!" ucap Chan sambil mencengkeram kerah baju Ryu.

"Ah.. Itu... Dengarkan aku sebentar. Aku baru saja bisa keluar. Kau tahu betapa bahagianya aku bisa keluar dan bernafas lega. Aku bersyukur sekali saat ini" jawab Ryu agak ketakutan.

"Baiklah sudah cukup dengan sambutannya, mari kita sekarang melakukan penutupan kawan" ucap Chan dengan tangan mengepal tanda bahwa ia siap untuk meninju Ryu.

"Hei... Hei... Hei...!!! Dengarkan aku dulu. Aku keluar dalam situasi seperti ini juga akan menyampaikan hal yang penting untuk Hyun. Ini demi keselamatan Hyun dan yang lain."

“Kau jangan banyak alasan. Ayolah lebih baik kau ucapkan selamat tinggal.”

 “Hei! Aku berkata jujur saat ini! Kali ini aku membawa hal yang penting, sungguh!” ucap Ryu dengan yakinnya.

"Awas kalau kau berkata omong kosong." Ucap Chan sambil menurunkan tinjunya.

"Haish... aku aslinya ingin menyampaikan hal ini hanya untuk Hyun sendiri. Hah tapi bagaimana lagi karena kau tidak percaya denganku. Akan ku bisikkan saja ya. Sini mendekatlah" sambil mengisyaratkan tangannya kepada Chan.

Chan mendekat ke Ryu.

"Jadi begini..." ucap Ryu sambil berbisik dengan Chan.

"Apa?!" ucap Chan dengan mata terbelalak. Ia merasa tidak percaya dengan apa yang dibisikkan oleh Ryu.

Ekspresi Ryu terlihat meyakinkan kali ini. Ia seperti mengatakan sebuah hal yang penting. Melihat Chan yang sedang lengah, Ryu pun melarikan diri dari rumah itu. Chan sadar Ryu sudah kabur ia langsung lari mengejarnya. Di depan rumah Hyun, Eun sudah menunggu Hyun keluar dari rumahnya. Tak lama ia melihat Hyun (kepribadian Ryu) lari dari rumah. Eun memanggilnya tapi tidak direspon, kemudian Chan juga keluar dari rumah itu. Eun akhirnya bisa mencegat Chan.

"Maaf pak, tapi kenapa beliau berlari seperti itu? Bukankah beliau harus bekerja sekarang?"

"Ah itu... sepertinya ia tidak bisa masuk bekerja hari ini. Dia mengalami stres berat. Jadi maklumilah oke, daaa..." ucap Chan dengan nafas terengah-engah lalu kembali lari lagi.

Sementara Eun di sana masih kebingungan, ia berpikir jika Hyun stres berat mengapa dia kejar-kejaran? Apakah itu metode terbaru untuk menenangkan diri? Yang pasti setiap orang mrmpunyai cara sendiri untuk menenangkan diri dengan nyaman.

Kembali lagi ke Chan dan Ryu. Mereka masih saling kejar-kejaran satu sama lain lalu berhenti di tepi sungai. Keringat bercucuran dari tubuh mereka. Olahraga ini cukup efektif untuk membakar lemak-lemak yang ada di tubuh mereka. Mereka saling mengaku untuk menyerah. Lalu Ryu memohon kepada Chan untuk membiarkannya keluar sebentar saja kali ini.

"Apakah kau masih bersikeras tidak mau membantuku kali ini. Padahal aku sudah menyerahkan semuanya" keluh Ryu.

"Hei! Setelah dipikir lagi, info darimu masih kurang. Jadi wajar saja aku tidak mengijinimu keluar saat ini. Situasinya sangat serius" sanggah Chan.

"Berapa banyak yang harus ku katakan. Yang ku tahu hanyalah itu saja. Aku hanya mengetahui sekilas, bukankah itu cukup meyakinkan?"

"Itu masih diragukan."

"Huuuuuhhhhh..... Hei aku tidak bohong tentang hal itu, sungguh. Aku mohon ijinkan aku kali ini" sambil pasang muka melas.

"Ada syarat yang harus kau penuhi."

"Apa itu?"

"Berpura-puralah menjadi Hyun. Karena dia harus bekerja."

"Kau ingin aku menjadi dia? Dengan tampilan seperti dia? Hei kau tahu kan di antara kami semua aku yang paling modis dan yang paling tampan. Soal penampilan aku juaranya. Jadi aku menolak permintaanmu."

"Justru kau yang paling menjijikkan!"

"Hei! Kau kurang ajar!"

"Justru kau yang kurang ajar. Jika tidak menurutiku akan kuberi salam perpisahan yang manis sekarang juga."

"Santai kawan tenanglah dulu. Baiklah aku akan melakukan ini secara terpaksa. Satu hari saja oke."

"Begitu selesai kau langsung pergi jangan muncul lagi."

Ryu masih memikirkan keputusannya lagi untuk keluar selama berapa hari menjadi Hyun. Chan yang melihatnya menahan raut muka jahilnya. Chan merasa sudah menang kali ini. Lalu ia mengajak Ryu untuk pergi sarapan dan berbelanja untuk meredam stres.

***

            Keesokan harinya Ryu berpura-pura menjadi Hyun di kantor. Gerak-geriknya diawasi oleh Chan. Jika ada sedikit kesalahan yang dilakukan, Ryu langsung diomeli Chan selama sepuluh menit. Chan juga berpesan kepada Eun, bahwa ia harus menjaga Hyun baik-baik karena otak Hyun agak tidak beres. Chan tidak mengatakan bahwa itu adalah kepribadian Ryu yang ada di tubuh Hyun. Ryu menjadi agak gugup saat ditinggal Chan. Lalu ia memulai pembicaraannya dengan Eun. Dari pembicaraannya, Ryu terlihat kepo terhadap kehidupan Eun. Sampai Eun bingung harus menjawab pertanyaan yang menyinggungnya itu atau tidak. Tetapi tidak lama Ryu sadar bahwa ia sepertinya terlalu kepo kepada Eun dan akhirnya mengakhiri pembicaraannya itu. Eun pamit untuk menyelesaikan tugasnya yang belum selesai, Ryu pun mengijinkannya. Setelah Eun keluar, Ryu langsung menelepon Chan. Ia berkata bahwa ia tidak sanggup untuk melakukan ini semua dan meminta untuk behenti dari skenario ini, ia menyerah dengan persyaratan yang diberikan Chan. Ia lebih memilih untuk tidak muncul saat ini. Chan yang mendengar keluhannya hanya bisa tertawa geli dan menuruti keinginan Ryu itu saat jam makan siang telah tiba nanti.

Saat jam makan siang telah tiba, Ryu cepat-cepat keluar dari ruangannya. Bahkan karyawan yang dilewatinya tadi measa heran dengan tingkah lakunya. Ryu menelepon Chan untuk menanyakan posisinya. Chan menjawab bahwa mereka akan bertemu di taman dekat kantor Hyun dan Chan dalam perjalanan menuju ke sana sekarang. Sesampainya di taman Ryu berpesan kepada Chan untuk menyampaikan informasi waktu itu kepada Hyun. Meskipun itu dibilang tidak akurat, tapi bisa bermanfaat bagi keselamatan Hyun. Ryu agak sedih saat mengucapkan pesan itu, Chan yang melihatnya juga ikut agak sedih. Chan pun akhirnya memukul Ryu. Tapi yang terjadi adalah, Ryu belum menghilang. Chan memukulnya berkali-kali tapi tetap saja Ryu belum pergi, Ryu yang merintih kesakitan meminta Chan untuk berhenti.

“Hei berhenti dulu! Kamu tidak tahu rasanya bagaimana. Aku akan pergi secara halus. Kumohon hentikan” rengek Ryu.

“Lantas aku harus apa?”

“Apa kau tidak merasa bersalah memukulku? Lihatlah wajahku sudah ungu! Aku tahu kau ingin aku pergi tapi tidak dengan cara seperti ini! Aku akan pergi seperti debu yang terbang. Pergi secara halus” ucap Ryu dengan kesal lalu pergi meninggalkan taman itu.

“Maafkan aku, Ryu. Hei tunggu! Ryu maafkan aku!” ucap Chan sambil menahan tawa dan mengejar Ryu.

***

            Setelah kepribadian Ryu pergi, Hyun akhirnya bisa kembali lagi. Ia menjalankan aktivitasnya seperti biasa. Chan juga menyampaikan informasi yang didapatnya dari Ryu untuk Hyun. Setelah Chan menyampaikan informasi itu, Hyun sedikit terpengaruh. Ia merasa cemas. Hyun berkata hal itu bisa saja terjadi dan setelah dipikir-pikir dia memang cukup tenang seperti merencanakan sesuatu. Chan meminta Hyun untuk ekstra hati-hati saat ini. Ditambah pula kesehatan Hyun akhir-akhir ini tidak stabil bisa memungkinkan terjadinya sesuatu. Chan juga menyarankan agar Hyun pergi konsultasi ke dr. Shin secepatnya. Hyun mengiyakan saran dari Chan. Apa informasi yang diberikan oleh Ryu itu sampai informasi itu penting sekali untuk keselamatan Hyun?

            Sesuai saran Chan, saat itu juga ia mendatangi dr. Shin di rumah sakit. Kebetulan saat itu dr. Shin ada rapat, jadi Hyun menunggu agak lama di ruangan dr. Shin. Setelah selesai rapat dr. Shin masuk ke ruangannya, ia terkejut bahwa di ruangannya ada Hyun yang sudah menunggunya. Hyun langsung berdiri dan berjabat tangan dengan dr. Shin.

“Oh... ternyata Anda di sini dari tadi, maaf ya saya agak terlambat karena ada rapat. Baru saja rapat itu selesai” ucap dr. Shin

“Tidak apa-apa dokter, lagipula saya baru sampai kok” jawab Hyun sambil tersenyum.

“Anda sudah lama tidak datang ke sini. Terakhir kali Anda datang sekitar tiga bulan untuk periksa dan hasil laporannya Chan yang mengambilnya waktu itu, apakah laporannya sudah Anda lihat?”

“Ya, saya sudah melihatnya kok. Begini saya datang ke sini untuk konsultasi dengan Anda, mungkin ini sedikit rumit.”

“Apa itu?”

“Begini, akhir-akhir ini keadaan saya agak tidak stabil. Mereka satu per satu keluar di saat saya sedang lengah. Saya tidak tahu apa yang terjadi ke depannya, tapi firasat saya menunjukkan akan terjadi sesuatu tidak lama lagi. Mereka tidak seperti biasanya keluar dengan interval yang dekat. Dan juga sepertinya telah melakukan sesuatu saat keluar. Beberapa waktu yang lalu saya menerima kiriman paket yang isinya obat bius, saya merasa tidak memesan itu. Kepala saya sering sekali pusing dan detak jantung kadang lebih cepat dari biasanya” curhat Hyun.

“Mendengar tentang keluhan Anda sepertinya ada faktor yang mempengaruhi sepert tubuh yang kelelahan, rasa cemas yang tinggi, dan pikiran yang kurang rileks. Mungkin alangkah baiknya jika anda pergi berlibur. Tetapi jika tentang Joseph saya pikir dia sudah merencanakan sesuatu di luar dugaan Anda, bisa saja terkait dengan masa lalu Anda. Apakah Anda masih belum berani membuka pintu rahasia masa lalu Anda itu? Rasa trauma dari masa lalu itu yang membuat kepribadian lain terbentuk dan memungkinkan juga jika merekalah yang memegang kunci rahasia itu.” Ucap dr. Shin panjang lebar.

Hyun hanya bisa diam saja mendengar ucapan dr. Shin. Dan ucapan dr. Shin mengenai masalah Hyun memang ada benarnya. Hyun berkonsultasi dan curhat dengan dr. Shin sekitar dua jam lamanya di sana. Setelah selesai, Hyun pulang ke rumahnya. Dan sesampainya di sana ia langsung istirahat agar tubuhnya terasa segar besoknya.

            Di dalam tidurnya ia bermimpi seperti berada di sebuah ruangan. Terdengar langkah kaki yang menghampirinya, Hyun segera membalikkan badannya untuk melihat siapa yang datang. Rupanya yang datang adalah Joseph. Joseph menghampiri Hyun lalu berbicara dengannya seakan-akan memancing emosi Hyun saat itu. Hyun terlihat marah sekali dengan Joseph, matanya terlihat merah dan tangannya mengepal dengan sangat kuat. Karena tidak bisa menahan emosinya, Hyun meraih kerah baju Joseph dan meluapkan semua emosi yang ia tahan di depan Joseph. Joseph hanya bisa tertawa dengan penuh kelicikan di raut wajahnya seakan-akan ia meremehkan Hyun.

“Aku akan mengakhiri semua ini bocah. Apa kau tidak muak dengan semua ini? Kau selama ini hanya seperti seorang pengecut di sana. Akan ku perlihatkan kebenaran itu padamu! Kau benar-benar seorang pengecut kelas kakap. Dan juga pengecut, kau sudah mengantarkan sasaranku kali ini. Kau kadang cukup berguna juga ya” kata Joseph lalu pergi meninggalkan Hyun dengan dinginnya.

Hyun hanya bisa berteriak saat itu bahkan sampai menyumpahi Joseph. Tidak lama ia terduduk lemas di sana dengan keringat bercucuran.

***

            Kilas balik saat Ryu berbisik tentang informasi yang ia peroleh kepada Chan. Ternyata informasi yang diberikan oleh Ryu saat itu adalah tentang rencana Joseph untuk balas dendam kepada ayah Hyun.

Aku pikir sepertinya Joseph sedang merencanakan sesuatu kepada Hyun. Meskipun kami berbeda kepribadian, banyak sedikit kami bisa memahami jalan pemikiran satu sama lain. Joseph bisa memahahami dan menebak jalan pikir Hyun, begitu pula aku bisa memahami jalan pikir Joseph dan Hyun. Hanya saja Hyun tidak mengetahui apa saja yang mungkin kami lakukan kepadanya, ia tidak bisa memahami jalan pikir kami lebih dalam.

Kilas balik berhenti sampai di sini. Sekarang kita diperihatkan bahwa Joseph telah keluar dari diri Hyun. Alasan ia menemui Hyun tadi adalah untuk membuat Hyun menjadi down. Joseph terbangun seolah-olah penuh kemenangan. Terlihat dari tatapan Joseph yang dingin itu bahwa ia telah menyimpan banyak dendam selama ini karena kegagalannya. Ia juga mengetahui bahwa Hyun saat ini bekerja di perusahaan. Hal ini membuat Hyun menjadi dekat dengan ayahnya, dan tentunya juga memudahkan Joseph untuk melakukan balas dendamnya kepada ayah Hyun. Kali ini Joseph benar-benar akan melancarkan balas dendamnya.

“Kau sangat membantuku saat ini. Terima kasih kau sudah mendekat kepada ayahmu. Akan kutunjukkan kebenaran selama ini, bocah” ucap Joseph sambil menatap wajahnya sendiri di cermin.

Joseph melihat ponsel Hyun yang tergeletak di meja, ia melihat daftar panggilan terakhir yang ada di ponsel itu. Terlihat di daftar itu panggilan terakhir yang diterima Hyun hanya nomor ayahnya, dan Chan saja. Joseph hanya bisa tersenyum menyeringai melihat daftar itu dan ia menelepon ayah Hyun. Joseph ingin menjebak ayah Hyun.

“Halo ayah”

“Halo Hyun, ada apa kamu meneleponku nak?”

“Ah... begini, aku ingin mengajak ayah untuk jalan-jalan. Karena kupikir sudah lama kita tidak menghabiskan waktu bersama setelah ibu meninggal. Aku merindukan masa-masa itu. Bagaimana jika kita mengunjungi ibu dulu sebelum pergi jalan-jalan? Apa ayah mau?” bujuk Joseph.

“Bagaimana ayah menolak permintaanmu, ayah akan pergi sekarang. Sudah lama aku tidak mengunjungi ibumu. Mari kita bertemu di rumah abu nanti.”

“Baik ayah.”

Joseph menutup telepon itu dengan senyum liciknya. Jebakannya berhasil. Lalu Joseph teringat obat bius yang pernah ia beli. Tetapi ia tidak tahu di mana Hyun menyimpan obat bius itu, Joseph mencari obat itu di dalam rumah tetapi tidak ketemu. Ia berpikir Hyun akan menyimpan obat itu di gudang, setelah dicari di gudang ia menemukan obat itu. Joseph bergegas pergi ke rumah abu.

Sesampainya di rumah abu, ia berpura-pura menjadi Hyun. Senyum palsunya terlihat dari bibirnya, kata-kata manisnya pun juga ikut dikeluarkan. Ayah Hyun tidak menyadari bahwa itu adalah Joseph. Setelah selesai mengunjungi  rumah abu itu mereka pergi ke suatu tempat. Di dalam mobil, Joseph menawarkan sebuah minuman jus kepada ayahnya dan ayahnya menerima itu lalu meminumnya. Tidak lama ayah Hyun tertidur di dalam mobil, Joseph yang mengetahui itu berpura-pura membangunkan ayah Hyun untuk memastikan bahwa ia tidak sadar. Setelah dirasa tidak sadar, Joseph merasa puas bahwa rencananya telah berhasil, ia memutar arah mobilnya menuju ke tempat tujuan yang sebenarnya.

Chan datang ke rumah Hyun, ia mendapati rumah Hyun terkunci. Lalu ia menelepon Hyun. Joseph mendengar  ponsel Hyun yang berdering, ia melihat bahwa Chan yang meneleponnya saat itu. Joseph menolak panggilan itu, lalu mematikan ponsel Hyun. Chan yang mengetahui bahwa Hyun menolak teleponnya merasa aneh. Ia mencoba meneleponnya lagi tetapi tidak bisa karena ponsel Hyun sudah dimatikan. Kemudian ia menelepon Eun untuk menanyakan Hyun.

“Halo” ucap Eun mengangkat telepon.

“Halo Eun, maaf jika mengganggu. Kalau boleh tau apakah Hyun saat ini mempunyai jadwal rapat?” tanya Chan.

“Ah... saya rasa beliau tidak memiliki jadwal rapat hari ini. Ia akan menghadiri rapat pada hari Kamis.” jawab Eun

Chan bertanya lagi, “Apa mungkin dia bersamamu sekarang ini?”

“Beliau tidak bersama saya sekarang ini. Saya berada di luar kota sekarang.” Jawab Eun.

“Ah... begitu ya. Baiklah Eun terima kasih atas informasinya ya.”

Chan menutup teleponnya dan menghela nafas panjangnya, ia semakin curiga dengan hal ini. Ia menduga bahwa ada sesuatu yang terjadi kepada Hyun saat ini. Akhirnya Chan segera pergi mencari Hyun.

***

Di sebuah ruangan yang agak gelap terlihat Ayah Hyun disekap di sana. Ia masih belum sadar di kursi itu, badannya diikat oleh banyak tali dan mulutnya disumpal oleh kain. Joseph berjalan mengelilingi ruangan itu sambil bersiul, tidak lama kemudian ia duduk di depan ayah Hyun. Joseph bergumam, “Bukankah sekarang ini dia sudah bangun?” lalu ia menepuk pipi ayah Hyun untuk membangunkannya.

“Ayah... ayah.... ayah... bangunlah sekarang” ucapnya sambil terus menepuk pipi ayah Hyun.

Joseph terus memandangi ayah Hyun itu. Tiba-tiba mata ayah Hyun terbuka sedikit demi sedikit, Joseph melihat hal itu dengan senyum liciknya.

“Akhirnya Anda bangun juga, ayah. Aku sudah membangunkan Anda dari tadi” ucapnya dengan senyum palsu.

Ayah Hyun terkejut dengan keadaannya. Ia meronta-ronta meminta untuk dilepaskan.

“Ah... aku lupa, ayah tidak bisa bicara ya jika mulutnya ditutup” lalu Joseph melepaskan sumpalan kain di mulut ayah Hyun dan ikatan tali yang ada di tubuhnya.

“Apa yang kamu lakukan kepadaku sekarang ini hah?!” bentak ayah Hyun.

“Justru apa yang Anda lakukan selama ini?” tanya balik Joseph.

“Apa maksudmu?”

“Dua belas tahun yang lalu, apa yang Anda lakukan saat itu?”

Ayah Hyun hanya diam saja.

“Anda pikir selama ini tidak ada yang tahu akan perbuatan itu? Anda adalah iblis! Jujur saja, Anda membunuh ibu dengan tangan ayah waktu itu bukan?!” ucapnya dengan mata dan wajah yang agak memerah.

“D...de. . dengarkan aku dulu. Itu tidak benar...” ayah Hyun menjawab dengan gagap.

“Anda yakin? Itu hanya ilusiku saja?! Nyawa Anda akan melayang hari ini! Hidup Anda akan berakhir ditempat ini! Kuulangi sekali lagi! Apakah Anda telah membunuh ibu saat itu?!Jawab aku!” tanya Joseph dengan murka.

Ayah Hyun masih terdiam.

“Baiklah, akan kuperlihatkan semua kebenaran ini kepada anak Anda, Hyun”

“Apa maksudmu Hyun. Kamu Hyun!”

Joseph hanya menyeringai lalu ia menutup matanya sambil mengacungkan pistol ke pelipisnya.

“Apa yang kau lakukan Hyun!” bentak ayah Hyun kepada Joseph, tetapi Joseph diam saja.

Joseph masih menutup matanya dengan menyeringai, tetapi pistol yang ia pegang sudah tidak di arahkan ke pelipisnya lagi. Tetapi senyum menyeringainya lama-lama hilang. Lama-lama ia membuka matanya, saat membuka matanya ia terlihat linglung. Ya, kepribadian Hyun yang asli kembali lagi. Ia terkejut melihat ayahnya berdiri di depannya. Ia segera mengalihkan pemandangannya. Tiba-tiba kepalanya terasa sakit dan saat itu pula ingatan masa lalunya terbuka.

Hari itu Hyun kecil sedang bermain di rumahnya. Tiba-tiba terdengar suara pecahan kaca. Hyun kecil penasaran dari mana suara pecahan itu berasal,ia berdiri mencari asal suara itu. Terlihat di sebuah kamar, orang tua Hyun bertengkar. Bahkan ayah Hyun sampai menampar pipi ibu Hyun dengan keras. Ibu Hyun menangis tersedu-sedu lalu ibu Hyun melawan dengan meminta cerai kepada ayah Hyun. Ayah Hyun masih dibutakan oleh emosi, ia secara tidak sengaja memukul ibu Hyun dengan keras sampai terjatuh tergeletak di lantai. Darah dari kepalanya mengalir keluar di lantai. Kemudian ayahnya langsung sadar dan mencoba membangunkan istrinya itu tapi sepertinya istrinya sudah tidak bernyawa lagi, ia sangat kebingungan.  Hyun kecil yang melihat semua kejadian itu terkejut. Ia menjatuhkan mainan yang ada di tangannya dan berlari meninggalkan rumahnya. Terlihat Hyun kecil marah bercampur sedih, ia sangat tidak percaya dengan kejadian yang baru saja terjadi.

Malam itu hujan turun dengan derasnya, Hyun kecil masih berlari sampai berhenti di tempat yang gelap. Ia terengah-engah dan berusaha mengatur nafasnya, kejadian yang ia lihat tadi di rumahnya terus terngiang-ngiang di pikirannya. Hyun kecil seketika emosi saat mengingat wajah ayahnya. Tiba-tiba terdengar langkah kaki seseorang sedang menghampiri Hyun kecil. Hyun kecil ketakutan dan berteriak kencang sampai jatuh pingsan. Kita dilihatkan sosok yang sedang mendekati Hyun kecil saat itu adalah Chan kecil. Chan kecil yang bingung karena kejadian itu akhirnya lari ke rumahnya untuk memanggil ayahnya untuk menolong Hyun. Saat Chan kecil pergi, Hyun kecil sadar dari pingsannya tapi di mata Hyun kecil ada kilatan mata berwarna ungu. Hyun kecil langsung pergi dari tempat itu. Dan dari situlah kepribadian Joseph tercipta. Lima belas menit kemudian Chan kecil dan ayahnya datang ke tempat itu, tetapi Hyun kecil sudah tidak ada di situ. Mereka mencari keberadaan Hyun kecil malam itu. Tapi kita tidak pernah tahu ke mana perginya Hyun kecil malam itu.

Joseph telah berhasil membuka kunci pintu rahasia masa lalu itu. Fakta bahwa ayahnya yang telah membunuh mendiang ibunya itu membuat Hyun terkejut dan tidak percaya. Perlahan ia melangkah mundur dari ayahnya. Ayahnya bingung melihat putranya, ia akan menyentuh pundak Hyun tetapi Hyun menolaknya.

“A... ayah, t... t... tolong katakan yang sebenarnya. A... apakah ayah yang membunuh mendiang ibu?” tanya Hyun dengan tergagap.

“Hyun....”

“Tolong jawab saja, iya atau tidak?!” bentak Hyun.

“Iya ayah yang membunuhnya, ayah akan menjelaskan semuanya tapi...”

“Cukup. Mendengarkan itu saja rasanya sudah sakit. Aku tidak mau mendengarnya lagi” sela Hyun dengan suara lemah.

Hyun pergi meninggalkan gudang itu. Di jalan yang sepi itu, terlihat langkah kakinya terasa berat sekali, tak lama Hyun terjatuh. Tubuhnya lemas, hanya air matanya yang keluar dari dirinya. Ia tidak percaya pada kenyataan pahit ini.  Tidak lama kemudian Hyun jatuh pingsan di sana. Sementara ayah Hyun mencoba melarikan diri dari gudang itu, ia tidak tahu bahwa Hyun pingsan di sana.

Chan masih mencari keberadaan Hyun. Ia terus menerus mencoba menelepon Hyun, tapi nomornya tetap tidak aktif juga. Tidak lama kemudian ia teringat bahwa hari ini merupakan hari peringatan kematian ibu Hyun. Chan menduga bahwa Hyun sekarang pasti berada di rumah abu mendiang ibu Hyun. Ia langsung memutar arah mobilnya menuju rumah abu mendiang ibu Hyun. Tetapi sesampainya di sana, ia tidak menemukan Hyun. Hanya saja ada seorang petugas kebersihan di sekitar situ yang sedang bersih-bersih. Chan menghampiri orang itu dan bertanya kepadanya apakah ia melihat Hyun ke sana sambil menunjukkan foto Hyun. Orang itu menjawab bahwa Hyun memang datang ke sini tadi bersama seorang bapak-bapak. Chan bisa menebak siapa orang yang disebut bapak-bapak itu, kemudian Chan berterima kasih kepada orang itu dan pergi dari rumah abu itu. Di jalan ia mencoba menelepon ayah Hyun.

“Halo selamat siang presdir” Chan mengucapkan salam.

“Ya halo Chan, ah... untung kamu menelepon saya.”

“Ada apa memangnya pak?”

“Begini Hyun menjadi aneh tadi, dia tiba-tiba saja mengikatku di suatu tempat area pabrik yang terbengkalai itu. Lalu ia juga mempunyai pistol, ia sempat mengarahkan pistol ke kepalanya lalu ia diam dan pergi dari situ. Saya meminta tolong kepadamu untuk segera temui Hyun. Aku takut jika sesuatu terjadi kepada Hyun saat ini. Mungkin dia masih belum jauh dari area pabrik itu” cerita ayah Hyun panjang lebar.

“Baik pak, saya segera mencari Hyun di sana. Bisakah Anda kirimkan alamatnya yang lebih rinci lagi?”

“Akan ku kirimkan lewat pesan sekarang. Sekali lagi terima kasih kamu sudah membantu saya lagi.”

“Baik pak, saya siap menolong Anda kapanpun.”

Setelah mendapatkan lokasi pabrik dari ayah Hyun, ia langsung meluncur ke sana. Chan berharap semoga Hyun masih belum pergi jauh dari area pabrik itu dan juga ia berharap bahwa Hyun baik-baik saja. Chan menganggap Hyun seperti saudara kandungnya sendiri. Persahabatan mereka dari kecil memang sudah kuat. Hyun selalu membantu Chan saat mendapat masalah yang rumit, dan begitu pula sebaliknya saat Hyun mendapat masalah Chan selalu membantu  mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi oleh Hyun.

            Begitu sesampainya di lokasi, Chan langsung menyusuri area pabrik itu dengan teliti. Lalu dari jauh ia melihat seseorang tergeletak di jalan, Chan langsung menghampiri orang itu. Rupanya orang itu adalah orang gila. Ia pergi meninggalkan orang gila itu. Sekitar tiga puluh menit kemudian ia mendapati seseorang tengah meringkuk di tepi jalan situ. Dan orang itu adalah Hyun. Chan langsung berlari menghampiri Hyun di sana. Chan terlihat cemas melihat keadaan Hyun. Hyun terlihat linglung, seperti kehilangan sesuatu. Hyun berkata, “Chan, aku telah mengingat semua tentang kejadian masa lalu itu.” Chan terkejut mendengar hal itu, lalu ia menyuruh Hyun untuk pulang terlebih dahulu agar Hyun bisa beristirahat serta menenangkan pikirannya.

***

Satu tahun kemudian

             Hyun beraktivitas seperti biasanya, ia bekerja di kantor dan juga pergi berlibur untuk menenangkan diri dan pikirannya. Suatu hari Chan menyampaikan pesan dari ayah Hyun bahwa Hyun harus datang ke rumah ayahnya sekarang karena sakit. Hyun diam sejenak, lalu ia menjawab bahwa ia tidak ingin pergi ke sana saat ini. Chan tidak bisa memaksakan Hyun saat itu, ia hanya mengiyakan kehendak Hyun lalu menyampaikan kepada ayah Hyun bahwa saat ini Hyun masih belum bisa menemuinya. Ayah Hyun hanya pasrah saja saat mendengarnya. Entah mengapa tiba-tiba malam harinya Hyun pergi ke rumah ayahnya. Ayahnya terkejut melihat kedatangan Hyun setelah satu tahun lamanya. Ayah Hyun sedikit terharu melihat anak satu-satunya datang untuk menjenguknya. Dan saat itu juga ayah Hyun meminta maaf  kepada Hyun karena selama ini sudah berbohong atas perbuatannya di masa lalu. Ayah Hyun juga meminta maaf  bahwa mungkin selama ini ia menjadi seorang ayah yang tidak baik bagi Hyun. Hyun hanya diam dan menunduk saja mendengar ucapan ayahnya. Ayahnya juga menceritakan kejadian yang sebenarnya terjadi di masa lalu itu kepada Hyun. Ia bercerita bahwa sebenarnya ibu Hyun telah berselingkuh di belakang ayahnya, hanya saja ayahnya diam saja saat mengetahui itu. Lalu di hari kejadian itu, ibu Hyun secara terang-terangan mengatakan ingin cerai kepada ayah Hyun dan juga ia telah berselingkuh di belakang ayah Hyun. Ibu Hyun mengatakan itu semua sambil memancing emosi ayah Hyun. Ayah Hyun langsung kalap hingga ia menampar pipi ibu Hyun, tetapi ibu Hyun malah berkata kasar kepada ayah Hyun sampai akhirnya ayah Hyun tidak sengaja memukul ibu Hyun dengan keras hingga kepalanya terbentur lantai dengan kerasnya. Hyun yang hanya mendengarkan cerita itu tiba-tiba menitihkan air matanya, ia merasa telah menjadikan ayahnya sebagai penjahat yang sebenarnya. Dan pada akhirnya Hyun pun bercerita kepada ayahnya bahwa ia memilliki kepribadian ganda. Saat ayah Hyun disekap di area pabrik itu bukanlah perbuatan Hyun sendiri, melainkan perbuatan dari kepribadian Hyun yang lain. Ayah Hyun cukup terkejut mendengar bahwa anaknya menderita kepribadian ganda. Ayah Hyun menyesali bahwa ia telah menjadi ayah yang buruk karena membuat keadaan Hyun seperti itu, bahkan ia pun juga kurang memperhatikan Hyun saat itu. Hyun menghentikan ucapan ayahnya yang selalu menyalahkan dirinya sendiri itu. Bagi Hyun ini semua merupakan takdir dari Yang Maha Kuasa. Dengan keadaan Hyun yang seperti ini, ia bisa mengambil hikmah juga mempererat hubungan antara ayah dan anak. Tidak ada lagi rahasia-rahasia di antara mereka saat ini. Mereka menjadi lebih terbuka satu sama lain dan tidak ada kebohongan lagi di hidup mereka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEKAR Edisi Bulan Mei-Juni 2023 | Jalan yang Terang untuk yang Bertahan oleh Bella Najwa Muzdha

PROFIL

LITERAFILM: HOME SWEET LOAN (2024)